Sukses

Aksi Badan Siber Ansor Meredam Konten Sesat Chanel Sunnah Nabi

Konten chanel sunnah Nabi dinilai melecehkan ajaran Islam dan Nabi Muhammad

Liputan6.com, Jakarta - Sepekan lalu, ramai postingan di Facebook tentang anjuran agar para pengguna media sosial ini mereport atau melaporkan satu chanel Youtube bernama Sunahnabi1.

Gerakan ini diprakarsai oleh Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, melalui Badan Semi Otonomnya yaitu Badan Siber Ansor atau BSA.

Tak hanya anjuran, postingan itu juga disertai hasil kajian lembaga ini yang berkesimpulan bahwa konten-konten animasi yang diunggah chanel sunnah nabi bermuatan hoaks dan ujaran kebencian sekaligus.

Judul-judul kontennya pun dibuat se-provokatif mungkin. Misalnya konten berjudul Nabi Muhammad, Zainab dan Zaid, Cinta Segitiga Islamiah atau Kematian Tragis Nabi Muhammad dan Keluarganya.

Dan yang paling disorot oleh Badan Siber Ansor adalah pembuatan animasi wajah Rasul dengan sangat jelas. Padahal hal ini adalah terlarang dan tidak sesuai dengan akidah Islam.

Saat ini akun 'sunnah Nabi' masih aktif dan memiliki 14 ribu pengikut atau subscriber. Menurut detail lokasi, akun ini dibuat di Amerika Serikat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara menangkal Hoaks

Dihubungi Ahad malam (27/8/2023), Sekretaris Pengurus Cabang, GP Ansor Bangkalan, Abdul Hamid menjelaskan meski hingga kini akun sunnah nabi masih aktif, namun dia yakin lewat seruan di media sosial itu pesan bahwa konten-konten dalam chanel itu sesat dan menyesatkan telah diketahui khalayak luas.

Dan kalau pun subcribernya bertambah, dia yakin mereka adalah pemantau bukan penonton. "Hoaks berkaitan ajaran agama ini sangat berbahaya. Sekali terekam dalam ingatan dan tanpa ada counter, selamanya kita memahami sesuatu yang menyesatkan," kata dia.

Sebab itu, selain gerakan advokasi, Badan Siber Ansor, kata Hamid, secara periodik juga mengelar pelatihan-pelatihan dengan tema besarnya bagaimana menangkal hoaks. Pelatihan ini tidak hanya untuk kader, tapi juga untuk kalangan milenial lewat kerjasama antar lembaga.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, milenial sebagai pengguna media sosial teraktif menjadi kaum yang paling rentan terpapar hoaks.

Dan, Hamid melanjutkan, jika mengetik kata kunci menangkal hoax di google, ada ratusan ribu artikel muncul dan kesemua anjurannya mengarah pada satu kata yaitu verifikasi sebagai langkah utama tak termakan kabar bohong.

"Verifikasi itu mengecek sebuah informasi kepada sumber lain yang relevan untuk mengkonfirmasi sebuah peristiwa," ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.