Sukses

3 Pasar Tradisional Bersejarah di Yogyakarta yang Masih Eksis Sampai Sekarang

Beberapa pasar tradisional Yogyakarta itu menjadi bagian dari saksi perjalanan sejarah kota ini.

Liputan6.com, Yogyakarta - Banyak pasar tradisional di Yogyakarta. Beberapa pasar tradisional Yogyakarta itu menjadi bagian dari saksi perjalanan sejarah kota ini.

Dikutip dari berbagi sumber, berikut tiga pasar tradisional Yogyakarta yang menyimpan nilai sejarah dan masih eksis.

 1. Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo sudah tidak asing lagi bagi banyak orang karena lokasinya yang cukup strategis berada di kawasan wisata Malioboro dan berdekatan dengan Benteng Vredeburg. Pasar Beringharjo ini merupakan salah satu pasar tertua dengan nilai historis dan filosofi yang melekat dengan Keraton Yogyakarta.

Pasar ini dibangun pada 1758 dan bertahan dari masa kerajaan hingga saat ini. Beringharjo sendiri memiliki makna hutan pohon beringin. Harapannya, pasar ini dapat membawa kesejahteraan bagi warga Yogyakarta.

Pasar Beringharjo mempunyai dua bangunan, bangunan barat dan bangunan timur. Bangunan timur terdiri dari dua lantai dan untuk bagian barat terdiri dari tiga lantai. Pintu utama pada Pasar Beringharjo terletak di bagian barat menghadap ke Jalan Malioboro. Pada pintu masuk pasar ini terdapat tulisan aksara jawa dan aksara latin.

Di Pasar Beringharjo, pengunjung bisa menemukan beragam oleh-oleh sebagai buah tangan khas Yogyakarta, antara lain seperti baju dan kain batik, aneka rempah-rempah khas yang jarang ditemui di kota lain, aneka barang antik, aneka jajanan pasar tradisional, aneka kerajinan tradisional hingga suvenir pengantin, kebaya modern maupun kebaya kuno.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Pasar Kranggan

Pasar Kranggan berdiri pada awal abad ke-19, pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pasar Kranggan menjadi salah satu pusat perekonomian di Yogyakarta yang dimotori oleh warga Tionghoa saat itu.

Berawal dari peraturan pada pemerintahan kolonial Belanda bernama Wijkensteelsel yang membagi wilayah permukiman dalam tata ruang Kota Yogyakarta saat itu. Masyarakat pribumi hingga pendatang diwajibkan membuat perkampungan yang berisi orang-orangnya sendiri.

Warga Tionghoa saat itu ditempatkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Jalan A.M Sangaji, jalan di sebelah timur Pasar Kranggan saat ini.

Pasar Kranggan berdekatan dengan ikon bersejarah yaitu Tugu Pal Putih Yogyakarta. Hingga saat ini Pasar Kranggan tetap menonjolkan aktivitasnya sebagai pasar tradisional sebagai wadah berinteraksi sosial, budaya, dan ekonomi.

Pasar ini juga menjadi saksi sejarah kewibawaan Sultan HB IX seperti yang tertuang dalam buku Takhta Untuk Rakyat.

 

3 dari 3 halaman

3. Pasar Legi Kotagede

Pasar Sargede yang kini dikenal dengan Pasar Legi Kotagede ini dibangun pada abad ke-16. Pasar ini merupakan pasar tertua di Yogyakarta.

Konon berdasarkan catatan sejarah, pasar ini lebih dulu ada daripada kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede saat itu. Nama Pasar legi ini diambil karena puncak keramaian ada pada hari pasaran legi dalam penanggalan jawa. Lokasi pasar ini berada di Jalan Mondorakan 172B, Kotagede.

Meskipun Pasar Kotagede hanya pasar tradisional, namun dari sisi kelengkapannya tidak perlu diragukan. Siapa pun yang berkunjung dan mencari sesuatu pasti ada, terutama pada hari pasaran.

Pada hari pasaran, jumlah pedagang di pasar ini dapat meningkat 100 persen, mulai aneka sayur, pakaian, aksesoris, peralatan keluarga hingga hewan piaraan ada di sini.

Pasar ini juga memiliki landmark di barat laut pasar, yaitu Babon Anim. Babon Anim merupakan gardu listrik induk yang dibangun awal 1900-an. Gardu ini merupakan warisan perusahaan listrik pemerintah Belanda, yang saat ini kondisinya telah direnovasi.

 

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.