Sukses

Dalam Sebulan 5 Orang Tewas Digigit Ular di Jabar

Kasus kematian akibat gigitan ular berbisa kembali menunjukkan angka yang signifikan.

Liputan6.com, Bandung - Kasus kematian akibat gigitan ular berbisa kembali menunjukkan angka yang signifikan. Lembaga studi ular Yayasan Sioux Indonesia mencatat, sedikitnya ada lima korban meninggal dunia akibat digigit ular berbisa.

Kelima korban meninggal tersebut terhitung pada periode Januari 2020. Semua kasus gigitan ular berbisa tersebut terjadi di Jawa Barat.

"Ada lima orang meninggal di Jawa Barat. Rata-rata dipatuk ketika menangani ular dalam kondisi tangan kosong," kata Pembina Sioux Indonesia Regional Jawa Barat Herlina Agustin, Senin (3/2/2020).

Herlina merinci korban meninggal akibat gigitan berasal dari berbagai jenjang usia dan jenis ular. Di Kota Tasikmalaya, seorang kakek berusia 74 tahun tewas setelah digigit cobra.

Lalu ada dua korban lainnya yang masih anak-anak, masing-masing digigit ular jenis weling. Korban pertama bocah lima tahun di Kabupaten Indramayu. Korban anak lainnya yakni siswa SD berusia 11 tahun asal Kota Bandung.

Kemudian ada juga korban gigitan cobra, pria berusia 50 tahun yang berasal dari Kabupaten Sumedang. Teranyar adalah pemuda berusia 19 tahun di Kabupaten Bandung, meninggal setelah digigit King Cobra.

Lebih lanjut Herlina mengatakan, kematian akibat gigitan ular berbisa terseburlt disebabkan oleh lambannya penanganan terhadap korban.

"Selain itu masih ada ketidakpahaman baik itu orang awam apalagi kasusnya yang menimpa anak. Termasuk petugas medik yang tidak paham jenis ular yang mematuk," ucapnya.

Menurut Herlina, persoalan gigitan ular tidak boleh dianggap sepele. Karena hampir setiap kasus gigitan ular kerap terjadi pembunuhan terhadap satwa tersebut. Padahal, kata dia, pemusnahan ular bisa berdampak pada berkurangnya populasi ular dan mengganggu pola rantai makanan.

Herlina juga menilai perdagangan dan pemeliharaan ular masih marak terjadi. Namun edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait penanganan gigitan ular masih minim.

"Saya kira di kita ini perlu perbaikan kurikulum di pendidikan kedokteran berkaitan kasus korban gigitan ular. Dokter harus bisa bedain jenis ular bisa sehingga penanganannya tepat," tuturnya.

Dia juga berharap tiap rumah sakit yang mendapatkan pasien dengan korban gigitan ular segera melakukan pendataan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

"Kalau sudah terkumpul kita akan tahu kebutuhan akan serum anti bisa ularnya apa saja kan," kata Herlina.

 

Simak video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.