Sukses

Kasus Kematian Akibat Dipatuk Ular Weling, Seberapa Bahaya Bisanya?

Jika menyepelekan urusan penanganan patukan ular ini akan berakibat fatal bagi korbannya.

Liputan6.com, Bandung - Kematian akibat dipatuk ular berbisa ibarat bom waktu yang bisa menyerang siapa saja. Namun, jika menyepelekan urusan penanganannya akan berakibat fatal bagi korbannya.

Kasus terbaru yaitu meninggalnya bocah bernama Andi Ramdani, warga Kelurahan Pasirjati, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung. Andi tewas pada Rabu, 22 Januari 2020 lalu dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah beberapa jam dipatuk ular weling.

Pemerhati ular dari lembaga bidang studi ular Sioux Indonesia, Herlina Agustin mengatakan, reaksi bisa ular yang menyerang tubuh manusia terbilang cepat.

Dia menjelaskan, butuh sekitar dua jam untuk melumpuhkan saraf. Racun neurotoksin yang terkandung dalam ular weling biasanya menyebar melalui kelenjar getah bening.

"Sebenarnya kalau dibawa cepat ke rumah sakit, Insya Allah korbannya bisa sembuh. Untuk kasus gigitan ular itu bisa tertangani karena sekarang sudah ada serum anti-bisa," kata Herlina, Jumat (24/1/2020).

Menyoroti kasus kematian akibat gigitan ular weling yang menimpa Andi, Herlina menyayangkan penanganan korban gigitan ular. Seperti diketahui pasca-digigit ular weling, Andi mendapatkan perawatan yang tak sesuai yaitu diberi air hangat berisi garam.

"Yang jadi masalah saat ini adalah tidak banyak orang yang tahu penanganan korban gigitan ular yang paling tepat adalah imobilisasi. Yaitu membuat bagian tubuh yang terkena gigitan benar-benar tidak bergerak. Tujuannya untuk menunda racun menjalar ke seluruh tubuh dan merusak organ-organ tubuh," ucapnya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korban Meninggal Kedua Sepanjang Januari

Herlina juga mencatat, lembaganya mendapatkan data korban meninggal akibat gigitan ular weling. Sebelum kasus Andi, ada kasus korban meninggal akibat dipatuk ular weling yang menimpa balita bernama Kayla Truyani, warga Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Kayla digigit ular saat bermain di sekitaran rumahnya pada Kamis (16/1/2020).

"Baru Januari ini saja sudah dua anak jadi korban meninggal akibat gigitan jenis ular yang sama. Semuanya di Jawa Barat," kata Pembina Sioux Indonesia Regional Jawa Barat itu.

Berkaca pada kedua kasus gigitan ular weling tersebut, Herlina melihat ada kesamaan soal lambannya penanganan. Bahkan, kasus serangan ular berbisa di Indramayu sangat fatal akibat korban tak menceritakan kepada orangtuanya.

Sementara itu, selain ular weling, kasus korban meninggal dunia akibat gigitan ular berbisa sepanjang Januari 2020 juga dialami petani di Tasikmalaya. Sedangkan, jumlah laporan korban gigitan ular di Jabar dalam periode ini terdapat lebih dari 10 laporan.

"Kalau yang di Tasikmalaya ini digigit ular kobra. Jadi baru Januari 2020 ini saja total ada tiga yang meninggal dunia akibat gigitan ular berbisa," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Edukasi Ular pada Anak

Terkait kasus korban meninggal gigitan ular berbisa di kalangan usia anak-anak, Herlina berharap peran aktif pemerintah dan sekolah agar memberikan edukasi dan pengetahuan soal satwa-satwa berbahaya.

"Anak-anak SD itu harus dikenalkan betul mengenai lingkungan terdekat. Misalnya, apa hewan yang terdekat dengan mereka, mana yang berbahaya dan tidak," katanya.

Dia juga meminta instansi terkait memberi teguran pada tayangan di media sosial terkait penanganan ular yang tidak sesuai prosedur, mengingat tontonan seperti itu saat ini mudah diakses anak-anak tanpa adanya penjelasan.

"Yang saya khawatir anak-anak ini sering melihat vlog-vlog atau di tayangan lainnya yang tidak mengedukasi seperti prank gitu. Kalaupun di tayangan itu ada disclaimer, kadang perbuatan sama perkataannya tidak sebanding. Jadi ini harus diberi perhatian juga," dia menegaskan.

 

 

4 dari 4 halaman

Muncul pada Musim Hujan

Herlina menjelaskan, ular memiliki periode sendiri ketika muncul ke permukaan. Ular-ular tersebut keluar karena memiliki tujuan. Salah satunya terkait reproduksi.

"Memang Indonesia ini kaya sekali akan spesies ular. Di musim penghujan seperti ini kan biasanya tempat tinggal mereka basah. Karena basah dan lembab dia keluar," katanya.

Untuk ular weling, kata dia, karena reptil tersebut semi-acuatic akan menyukai tempat berair dan kering.

"Sawah itu di musim hujan seperti sekarang, mereka suka di situ karena banyak makanan seperti tikus, katak, dan siput. Bahkan, tidak harus di sawah, dekat kali atau got pun ada," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.