Sukses

Petambak Lemas, Ribuan Hektare Lahan Garam Siap Panen Tergulung Rob

Ribuan hektare lahan garam di Cirebon terkena banjir air laut atau rob saat hendak produksi.

Liputan6.com, Cirebon - Harapan petambak garam mendulang keuntungan di bulan Ramadan pupus. Sekitar 2.900 hektare lahan garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, terkena banjir rob, Rabu, 23 Mei 2018.

Warga yang mayoritas mengandalkan hidup dari hasil mengelola lahan garam tersebut harus bersabar menghadapi kondisi alam yang tidak bisa diprediksi.

Salah seorang petambak garam Desa Rawaurip, Kabupaten Cirebon, Rochmannur mengatakan, dari 3000 hektare lahan garam, yang selamat hanya sekitar 300 hektare. Dia mengaku, rob yang menenggelamkan ribuan lahan garam tersebut merupakan terbesar dibanding beberapa tahun sebelumnya.

"Kalau tiga tahun lalu kan kami susah dapat sinar matahari alias cuaca cenderung hujan tapi giliran cuaca tahun ini lagi bagus robnya parah dari pemukiman ketinggiannya sampai 1 meter," sebut Rochman.

Dia mengaku, pada bulan Mei ini umumnya petambak garam Cirebon mulai mempersiapkan lahan mereka. Jika cuaca mendukung, sejumlah petani sudah bisa mengasilkan garam.

Namun, hampir seluruh lahan terkena rob, diprediksi petambak garam akan mengalami keterlambatan panen. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi paceklik sehingga mengakibatkan naiknya harga garam.

"Mayoritas (warga) dari Desa Rawaurip, Kalibangka, Bendungan adalah petambak garam sementara stok garam sudah jarang ditemukan di gudang milik petambak," ujar dia.

Dia menyebutkan, banjir rob menenggelamkan lahan garam sejak pukul 16.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Para petani mengaku terus berusaha menyiapkan lahan garam di tengah rob.

Dia mengatakan, tiap pagi petani harus membersihkan lumpur di lahan garam akibat banjir rob. "Sambil menunggu dan berdoa agar alam mendengar kita dan tidak ada lagi rob yang separah ini," sebut dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rugi Jutaan Rupiah

Dia menjelaskan, jika cuaca normal, idealnya proses penyiapan lahan garam membutuhkan waktu tiga minggu di bulan Mei ini. Bahkan, tidak sedikit petani yang panen lebih awal setelah proses pengairan air laut ke lahan.

"Idealnya sampai panen raya itu dari bulan Mei sampai Oktober garam melimpah kalau cuaca mendukung," kata dia.

Dari kondisi tersebut, masing-masing petambak garam mengalami kerugian rata-rata Rp 5 juta per satu lahan. Yang miris, tidak semua petambak garam mengolah lahannya sendiri.

Dia mengaku, sejumlah petambak garam di Desa Rawaurip, Kabupaten Cirebon juga menyewa lahan milik perorangan. Oleh karen itu, dia berharap kondisi alam berangsur membaik.

"Memang tiap bulan ada rob tapi tidak separah ini mudah-mudahan akhir bulan normal dan kami bisa memproduksi garam," ujar dia.

Dari informasi yang didapat, beberapa tambak lain juga terkena dampak banjir rob. Dia mengaku ada beberapa tambak udang dan bandeng alami di tengah ribuan hektare lahan garam.

"Iya dan tambah udang maupun bandeng alami sudah terkena rob semua jadi ya rugi semua," sambung Rochman.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.