Sukses

100.000 Pasukan Pembuat Mandul Siap Halau DBD dari Yogya

Pada semester I 2016 terdapat 623 orang yang tercatat mengalami DBD di Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Lebih dari 100.000 pasukan pemandul virus Demam Berdarah Dengue (DBD) disebar dan diasuh oleh warga Yogyakarta. Lokasi penyebarannya di dua kecamatan yang rawan kasus DBD, yakni Tegalrejo dan Wirobrajan. Pasukan tersebut dalam bentuk telur nyamuk Aedes Aegypti yang sudah terinjeksi dengan bakteri Wolbachia.

Ada 1.000 ember yang akan diserahkan kepada warga. Setiap ember berisi 100 telur nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia. Bakteri tersebut mampu melumpuhkan virus yang terdapat dalam nyamuk sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit DBD.

"Tepat sekali hari ini peletakan perdana telur dilakukan di Tegalrejo, mengingat kasus DBD di Kecamatan ini cukup tinggi," ujar Vita Yulia Kisworini, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, seusai peletakan perdana telur nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia di Museum Sasana Wiratama Diponegoro Tegalrejo Yogya, Rabu (31/8/2016).

Data yang dimiliki Dinkes Yogya, ada 114 kasus DBD di Kecamatan Tegalrejo, yang meliputi Kelurahan Kricak, Karangwaru, Bener, dan Tegalrejo sepanjang Januari sampai Agustus 2016.

Ia juga mengungkapkan, pada semester I 2016 terdapat 623 orang yang tercatat mengalami DBD. Ada indikasi jumlah kasus meningkat karena sepanjang 2015 terdapat 943 orang yang terkena DBD.

Peneliti Utama Eliminate Dengue Project (EDP) Yogya, Adi Utarini, menjelaskan secara bertahap akan ada 6.000 ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia yang akan diasuh oleh warga Yogya.

"Mulai dari pertengahan 2016 sampai 2017, harapannya dalam kurun waktu tertentu, nyamuk ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti lokal dan menghasilkan keturunan ber-Wolbachia dan menghambat penularan DBD ke manusia," ucap Adi.

Ia memaparkan, secara teknis peletakan telur dilakukan delapan kali setiap dua minggu. Setelah peletakan selesai, dilakukan pengamatan frekuensi nyamuk ber-Wolbachia sampai 60%.

"Kalau sudah mencapai persentase itu bisa diasumsikan seluruh nyamuk Aedes Aegypti di satu wilayah sudah ber-Wolbachia," kata Utarini.

Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh EDP-Yogya, Fakultas Kedokteran UGM, dan didanai oleh Yayasan Tahija Indonesia sejak 2012. Proses memasukkan bakteri Wolbachia dilakukan di Australia dengan sistem mikro injeksi.

Keterbatasan peralatan di Indonesia membuat proses tersebut belum memungkinkan dilakukan di dalam negeri. Nyamuk jantan ber-Wolbachia yang mengawini nyamuk betina lokal tidak bisa menghasilkan keturunan, sedangkan betina ber-Wolbachia yang mengawini jantan lokal akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya ber-Wolbachia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini