Sukses

Kapak Merah Masih Berdarah

Sedikitnya, 14 anggota Kapak Merah telah dilumpuhkan sejak pertengahan 2000 hingga kini. Sepuluh di antaranya tewas diterjang peluru polisi. Namun, mereka masih berkeliaran.

Liputan6.com, Jakarta: Sebutan Kapak Merah mencuat sejak pertengahan 2000 silam. Nama itu identik dengan pelaku kriminal yang merampok pengendara mobil yang terjebak kemacetan di beberapa daerah di Ibu Kota. Seperti namanya, para bandit itu selalu menggunakan kapak berwarna merah ketika beraksi. Selain kapak, mereka juga dikenal piawai menjarah telepon genggam para pengendara.

Memasuki awal 2001, ulah Kapak Merah makin menjadi-jadi. Daerah operasi mereka kian meluas. Sebutan Kapak Merah seakan menjadi momok masyarakat. Apalagi, korban perampokan Kapak Merah rata-rata bercerita tentang hal-hal yang menyeramkan lantaran kawanan kriminal ini juga menggunakan senjata tajam. Akibatnya, upaya polisi mengantisipasi kejahatan Kapak Merah terasa amat lamban. Polisi seolah-olah tak sakti melumpuhkan aksi mereka.

Angin segar berembus sejak Senin (8/1) pekan silam. Polisi berhasil melumpuhkan Antonio dan Iful Supriyadi, dua dari empat penjahat berkapak merah. Namun, dua rekan mereka yakni Yoyo dan Doni lolos. Menurut Liana, korban keganasan kawanan itu, telepon selulernya sempat dirampas di sebuah perempatan lampu merah di kawasan Jakarta Pusat. Namun, seorang polisi yang tidak jauh dari lokasi memergoki kejadian itu. Antonio dan Iful berhasil diringkus dan kini masih terus diperiksa polisi.

Iful, 28 tahun, mengaku bahwa kejahatan itu ia lakukan lantaran ikut-ikutan teman. Pemuda yang berasal dari Mojokerto, Jawa Timur itu bertutur, sebelumnya, ia adalah satu dari sekian penganggur yang hidup di Jakarta. Setelah hidup luntang-lantung selama dua tahun terakhir dan terdorong keinginan menutupi biaya hidup sehari-hari, Iful lalu berkomplot dengan sembilan temannya. Selanjutnya kawanan tersebut melakukan kejahatan dengan senjata kapak merah.

Menurut Iful, para anggota kelompoknya sudah saling mengenal. Sebelum beroperasi mereka selalu mengadakan pertemuan untuk menentukan tempat operasi. Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, nasib sial menimpa Iful. Ia tertangkap bahkan sempat dihakimi massa hingga harus dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, seusai beraksi bersama dengan tiga temannya, Senin itu.

Kendati begitu, Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala berpendapat, kawanan Kapak Merah bukan kelompok terorganisir, sebagaimana mafia atau gangster. Kesamaan penggunaan kapak merah oleh kelompok-kelompok kriminal di sejumlah titik rawan di Jakarta tidak bisa dianggap sebagai tanda kesatuan mereka. Sebab, menurut dia, Kapak Merah dalam hal ini hanya menjadi lambang dan gertakan agar cepat mendapatkan hasil.

Dan memang, selalu ada anggota Kapak Merah yang dengan licin memanfaatkan kelengahan polisi dan melanjutkan kejahatannya. Nico, salah seorang korban menuturkan, ia dirampok di daerah perempatan Rawa Sari, Jakarta Pusat. Menurut dia, kawanan bandit itu menodongkan Kapak Merah mereka dan memaksanya menyerahkan telepon genggam. Tak hanya itu, kriminal tersebut juga tak segan-segan merusak kaca spion mobilnya. Pengakuan senada juga diungkapkan oleh Kesia, serta korban lain. Mereka umumnya ditodong di perempatan lampu merah, di pintu kereta api, dan di jalanan yang rawan macet.

Akibatnya, masyarakat Jakarta yang berkendaraan resah. Mutalim, Kosip, dan Lorensius, tiga warga Jakarta yang ditemui SCTV mengatakan, mereka tak mempunyai pilihan dan harus tetap mengendarai kendaraan sendiri lantaran keterbatasan waktu dan lokasi pekerjaan. Karena itu, mereka mendesak polisi agar terus bertindak tegas terhadap Kapak Merah. Tak pelak polisi pun mau tak mau meningkatkan operasi mereka.

Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Anton Bahrul Alam mengatakan, telah menurunkan sejumlah petugas di titik-titik rawan kejahatan, sejak Senin silam. Titik rawan tersebut adalah Perempatan Coca Cola, Pedongkelan, Rawasari, Pramuka, Klender, Perempatan Universitas Kristen Indonesia, Kampung Rambutan, Harmoni, Roxy, Gunung Sahari, Pasar Baru, Dukuh Atas, Palmerah, Slipi, Grogol, Sunter Podomoro, Cilincing Raya, dan Ancol.

Suara senada juga dicetuskan Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Polisi Mathius Salempang. Bahkan, Salempang menegaskan, polisi sudah bisa melumpuhkan para bandit itu satu per satu. Dua anggota Kapak Merah tewas diterjang peluru saat mereka berusaha melarikan diri setelah beraksi di lintasan pintu kereta api Senen, pada 7 dan 18 Januari silam.

Selang beberapa saat kemudian, Kepala Satuan Reserse Polres Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Polisi Agus Irianto juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, tujuh anggota Kapak Merah di daerahnya tewas ditembak dan sejumlah lainnya berhasil dilumpuhkan. Alhasil, total jenderal sedikitnya 14 anggota Kapak Merah yang telah dilumpuhkan sejak pertengahan tahun 2000 hingga kini. Sepuluh di antaranya tewas oleh senjata petugas.

Mereka yang ditahan adalah Sony Hutahaya, Rajat Sitiyoko, Iful, dan Antonius. Sementara itu, Robera Manurung, Eko Haryanto alias Joko dan seorang lain yang belum diketahui identitasnya tertembak mati. Kendati begitu, kata Agus, para penjahat ini tampak tak juga jera. Bahkan, kata Agus Irianto, aksi kejahatan mereka bisa menjadi semakin nekat. Namun, ia menegaskan, polisi pun akan berupaya terus menekan angka kejahatan Kapak Merah dan membasmi mereka.(HFS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.