Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Banyuwangi secara resmi ditunjuk oleh Pemerintah Pusat sebagai Pilot Project dalam Program Digitalisasi Bangsa Indonesia. Banyuwangi berhasil mengalahkan 514 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, sangat berterima kasih atas keterpilihan Banyuwangi. Menurut dia, langkah Banyuwangi menerapkan digitalisasi pada setiap programnya sejak beberapa tahun belakangan menjadi tolak ukur tersendiri yang membuat Banyuwangi terpilih.
“Kenapa Banyuwangi? Dari 514 kabupaten kota. Karena Banyuwangi dianggap layak di mana di Banyuwangi itu semua desa kami sudah tersambung fiber optic. Jadi kalau untuk mendigitalisasikan data-data sesuai dengan yang diinginkan pemerintah pusat, Banyuwangi sangat siang,” ujarnya dalam acara Bincang Liputan6, Selasa (14/10/2025)
Advertisement
Ipuk mengakui banyak masyarakat mengeluhkan Bantuan Sosial (Bansos) yang tidak tepat sasaran. Ipuk berharap digitalisasi bansos akan membuat penyaluran menjadi tepat sasaran khususnya di Kabupaten Banyuwangi.
“Dengan digitalisasi ini Insya Allah nanti akan lebih tepat sasaran, tepat manfaat dan juga secara akuntabilitas bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Bupati Ipuk Blak-blakan soal Inovasi di Banyuwangi
Berikut wawancara lengkap Tim News Liputan6.com bersama Bubati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani dalam program Bincang Liputan6:
Q: Jadi kalau boleh diulas sedikit Bu, kenapa sampai akhirnya Banyuwangi bisa terpilih sebagai pilot project?
A: Ya jadi pertama-pertama sih ini sebuah kebanggaan ya, bagi Banyuwangi ya rasa syukur kami karena sebenarnya masalah digitalisasi itu atau masalah kemiskinan berbasis digital itu Banyuwangi sudah memulainya cukup lama.
Jadi kita menyelesaikan permasalahan kemiskinan by data. Kita lakukan dengan digitalisasi. Kita kebetulan punya support app namanya Smart Kampung. Dan itu menjadi dasar kami dalam melakukan pekerjaan. Terutama dalam menyelesaikan masalah kemiskinan.
Kenapa Banyuwangi gitu kan pertanyaannya ya? Dari 514 Kabupaten-kota. Karena Banyuwangi dianggap layak di mana di Banyuwangi itu semua desa kami sudah tersambung fiber optic. Jadi kalau untuk mendigitalisasikan data-data sesuai dengan yang diinginkan pemerintah pusat Banyuwangi sangat siap. Di satu sisi kami juga tadi punya Smart Kampung.
Kami juga sudah membuat yang namanya B1ID. B1ID itu di mana semua program dibuat berdasarkan NIK. Jadi satu identitas yaitu NIK yang kita gunakan. Ya tadi masalah kemiskinan kita sudah ada NIK. Masalah anak putus sekolah kita sudah ada NIK. Jadi semua berbasis NIK.
Jadi masalah yang dilihat oleh pemerintah pusat kenapa kok akhirnya Banyuwangi terpilih untuk menjadi pilot project. Dan jika nanti di Banyuwangi ini sukses maka nanti akan diaplikasikan ke beberapa daerah di Indonesia. Dan bahkan semua daerah di Indonesia.
Jadi ini kita lagi trial error pendataannya lalu juga nanti verifikasi by system ini disiapkan semuanya oleh pemerintah pusat. Dan kami diminta untuk menjadi tempat atau laboratorium dari program ini. Bisa baik atau tidak baiknya ini nanti tergantung bagaimana di lapangan.
Itu yang pertama. Lalu yang kedua memang dari segi geografis Banyuwangi cocok dengan kondisi Indonesia. Di Banyuwangi ini ada gunung, ada laut, kita punya kota, kita punya perdesaan, bahkan kita masih ada masyarakat yang tinggalnya di daerah terdalam.
Di hutan, di gunung. Jadi ini gambaran Indonesia. Bagaimana kalau misalkan nanti digitalisasi dalam pemberian bansos ini bisa tidak sampai ke daerah-daerah yang sulit atau tidak digital. Dan insya Allah bisa dengan apa yang kami lakukan di Banyuwangi.
Q: Digitalisasi pada program bansos ini penting, tetapi memang bisa agar ini tepat sasaran?
A: Betul. Jadi tujuannya memang selama ini kita sering banyak masyarakat yang mengeluhkan bahwa bansos itu tidak tepat sasaran. Yang kaya masih dapat, yang sudah meninggal juga masih dapat.
Bahkan yang tidak kaya atau memang benar-benar berhak malah tidak dapat. Dengan digitalisasi ini insya Allah nanti akan lebih tepat sasaran, tepat manfaat dan juga secara akuntabilitas bisa dipertanggungjawabkan.
Q: Tapi kan Bu, ini kan bicara soal digital juga ya. Tidak lepas dari namanya SDM, Bu. Dan masyarakat kita terhadap melek teknologi. Itu bagaimana solusinya, Bu? Apakah nanti memang mereka diajarin bagaimana cara melakukan? Mereka mendaftar atau bagaimana?
A: Jadi langkah awalnya, biasanya kan kalau penerima bansos itu kan biasanya dihimpun dari lingkup RT, pendataannya. Nah sekarang ini beda. Jadi masyarakat bisa mendaftarkan dirinya sendiri untuk mendapatkan bansos.
Jadi baik yang kaya, baik yang miskin, semua boleh mendaftarkan dirinya sebagai penerima bansos. Nah bagi yang dimulai perkotaan, yang punya smartphone, yang sudah sangat familiar dengan digitalisasi, mereka bisa mendaftarkan sendiri. Mandiri. Mendaftarkan mandiri. Sebagai calon penerima bansos. Asal syaratnya mereka harus punya IKD.
Identitas Kependudukan Digital. Tetapi bagi masyarakat yang hansia, lalu juga yang tinggal di pedalaman yang tidak ada sinyal, kita menggunakan sistem agen. Jadi kalau di Banyuwangi ini, selain teman-teman dari PKH, selain teman-teman dari TKSK, selain dari teman-teman pilar-pilar sosial, kita juga melibatkan semua kepala OPD kami harus bisa menjadi agen.
Pak Camat, Pak Kades, Pak Lurah, bahkan juga teman-teman perangkat desa juga bisa menjadi agen. Tujuannya apa? Tujuannya itu tadi, membantu masyarakat yang tidak punya smartphone, yang tidak melek digital, ini mereka bisa terdaftar sebagai calon penerima bansos. Dan caranya sangat mudah kok. Tidak sulit. Jadi bagi masyarakat yang memang mungkin smartphone-nya juga tidak begitu canggih, juga bisa. Yang penting sambung internet. Dan punya pulsa ya.
Q: Semua desa sudah tersambung juga ke internet kan?
A: Ya, kebetulan kami itu tadi. Kenapa Banyuwangi? Karena kami sampai ke desa-desa sudah tersambung fiber optic, dan sampai ke desa juga sudah bisa melayani administrasi kependudukan bagi masyarakat.
Q: Bu, tapi kalau misalnya yang diadaptasikan individu, pengawasannya bagaimana? Maaf, karena kadang orang banyak cara. Nah, itu pengawasannya seperti apa Bu? Apakah nanti begitu dia by system, misalnya, oh ini NIK ini ternyata pernah ada di NIK yang ini, oh tidak cocok, dia bukan orang yang berhak menerima bansos. Apakah ada semacam notifikasi? Atau seperti apa Bu?
A: Ini nanti akan terverifikasi secara system-by-system. Jadi nanti kalau kita sudah mendaftar, apalagi nanti ada datanya lengkap. Karena by NIK ini lengkap, datanya apakah dia ASN, apakah dia TNI, apakah dia polri, apakah dia usaha, itu nanti kelihatan. Apakah dia punya rumah, sertifikat rumah, atas namanya, apakah dia menerima gaji bulanan, apakah dia punya mobil, motor, aset-asetnya akan terlihat.
Dan itulah nanti yang akan menjadikan seseorang ini layak atau tidak layak mendapatkan bantuan sosial. Jadi akan terverifikasi by system. Jadi sangat detail sekali dan insyaallah tepat penyelesaian.
Dan pemerintah pun menjanjikan bahwa bagi yang memang sudah tidak produktif, akan memang diberikan bantuan sosial seumur hidup. Karena dia sudah tidak bisa produktif. Contohnya langsir sebatang karak, walaupun juga teman-teman disabilitas yang sudah tidak bisa produktif, itu akan diberikan bantuan sosial secara langsung.
Tapi kalau yang masih produktif, nanti akan terseleksi dan mereka akan mendapatkan bantuan sifatnya pemberdayaan.
Q: Bunga desa ini adalah singkatan dari bupati ngantor di desa. Kebetulan beliau yang membuat programnya. Maksudnya bupati ngantor di desa. Jadi tiap hari pindah-pindah atau di mana program itu bisa berjalan?
A: Iya, jadi bunga desa itu kami lakukan ketika kami di periode pertama. Hari pertama saya menjadi bupati, waktu periode pertama itu kami langsung berkantor di desa dengan program bunga desa ini. Jadi dalam satu hari kami benar-benar berkantor.
Benar-benar berkantor, kami keliling desa, satu desa. Kami bertemu dengan masyarakat, menyapa masyarakat. Kami bawa semua pelayanan yang ada di kabupaten ke desa.
Contohnya kayak admin duk, perizinan, lalu juga bantuan UMKM, lalu juga bantuan sosial, lalu juga masalah pendidikan, semua masalah kesehatan kita bawa semua ke dalam satu desa. Dan kita sekalian di situ bertemu dengan tokoh-tokoh, bertemu dengan masyarakat, dan kita sekalian belajar masalah setiap program bunga desa. Hal-hal yang bisa diselesaikan langsung, pada hari itu kita selesaikan.
Contohnya misalkan ada anak yang putus sekolah, dan dia ingin melanjutkan sekolah, langsung kita bisa selesaikan, kita bantu selesaikan. Ada masyarakat yang belum mendapatkan bantuan sosial, kita bisa langsung bantu. Tetapi kalau sifatnya seperti infrastruktur yang butuh proses, maka kita masukkan, kita catat, kita masukkan dalam perencanaan.
Q: Sudah berapa lama program ini berjalan? Apa dari periode sebelumnya?
A: Jadi dari periode pertama, saya sudah melaksanakan program bunga desa itu, dan menuruti sampai sekarang, alhamdulillah.
Q: Wilayah Banyuwangi ini kan bergunung-gunung, konturnya ada pantai, ada gunung, perbukitan, dan lain-lain. Itu mana yang paling menantang desanya ini, perjalanannya? boleh cerita sedikit, Bu?
A: Jadi waktu pertama kali melaksanakan program bunga desa, memang saya memilih desa-desa yang paling terluar, paling terpencil yang adanya di gunung, hutan.
Bahkan kami juga sempat bermalam, karena memang lokasinya jauh, dan cukup menantang. Di situ kami seperti tadi, saya sampaikan bahwa teman-teman tim memberikan layanan kepada masyarakat. Jadi sampai sekarang, sudah selesai yang di pinggir-pinggir, kita sudah selesaikan, baru kita mengarah yang memang daerah perkotaan.
Q: Bagimana Bu, memastikan bahwa ibu datang ini, dalam tanda kutip tidak menyusahkan perangkat desa dan lain-lain?
A: Jadi memang dari program bunga desa ini ada kebijakan yang saya buat. Ada SOP-nya. Bahwa setiap program bunga desa kita tujuannya adalah menyelesaikan masalah, bukan menambah masalah bagi desa.
Maka kami ada SOP, tidak boleh ada dana keluar dari desa dan dari masyarakat. Kita semua bawa sendiri. Kalau kita nginep, ya kita bawa sendiri.
Makanan kita bawa sendiri atau kita beli di warung sekitar. Lalu juga bahkan sampai hal-hal yang kecil, kopi saja, saya larang tim saya untuk minta kopi dari staf desa atau dari masyarakat. Kalau mau kopi harus beli. Makan siang juga begitu. Makan siang kita tidak bawa sendiri untuk nge-catering, tapi kita makan di warung-warung yang ada di desa tersebut.
Intinya dalam program bunga desa itu, kita ingin menyelesaikan masalah, maka kita harus membantu masyarakat desa itu. Baik dari segi ekonominya, baik dari segi penyelesaian masalahnya di tingkat desa dan sebagainya.
Q: Apa yang mereka sering keluhkan?
A: Kalau saat ini memang kalau di desa-desa yang terpencil, itu memang infrastruktur yang banyak sekali dikeluhkan. Infrastruktur, karena memang kadang-kadang itu kan di wilayah yang di luar jangkauan dari pemerintah desa. Contohnya kawasan hutan, kawasan perkebunan. Jadi memang kami perlu melakukan langkah-langkah koordinasi dengan pemangku kepentingan yang ada di sana
Q: Kan bicara tentang daerah terpencil, biasanya kita bisa secara tidak langsung, pasti memang angka kemiskinannya juga ada ya. Nah mereka sering keluhkan gak misal baru dapat bansos beberapa bulan setelahnya, karena maaf-maaf ya bu, kadang dipotek gitu. Nah ada enggak curhatan itu?
A: Ada, pasti ada. Jadi ada masyarakat yang memang juga melakukan seperti itu. Dan kita juga punya dua opsi. Jadi kalau memang dia belum mendapatkan bank sosial dari pemerintah ke pemerintah pusat, kita daftarkan langsung. Tapi kan ini butuh proses. Tidak langsung tiba-tiba pemerintah pusat juga langsung memasukkan nama ini ke dalam data.
Maka kita punya program yang namanya Banyuwangi Berbagi atau ASN Berbagi. Jadi, bagi masyarakat yang belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah pusat seperti PKH, TKSK, atau bantuan pangan, seperti itu, kita berikan melalui Banyuwangi Berbagi atau ASN Berbagi. Atau juga kita libatkan teman-teman bisnis. Sebagai dukungan bagi masyarakat yang sama-sama juga bersinergi dengan pemerintah.
Q: Tapi sejauh ini penyaluran Bansos di Banyuwangi cukup aman ya Bu? Atau Ibu memang sudah warning, pokoknya kalau ada yang nakal-nakal terhadap Bansos, sanksinya serius!
A: Alhamdulillah aman, ya, jadi tidak bisa. Saya rasa, saya selalu warning teman-teman, jangan sekali-sekali bermain-main dengan yang namanya Bansos. Kalian bisa kualat. Biasanya harusnya patungan buat bantu rakyat. Betul, iya betul.
Q: Banyuwangi sangat mengandalkan pariwisata, dalam kondisi pemerintah menetapkan efisiensi. Bagaimana cara Ibu dan juga pemerintah di Banyuwangi ini bertahan, agar sektor wisata ini tidak mati?
A: Iya, jadi kalau Banyuwangi itu sebenarnya sudah terbiasa dengan kerja-kerja kolaboratif ya. Jadi kita anggap seperti cross-cutting lah. Jadi kita juga tidak hanya melibatkan APBD, tapi kita juga melibatkan sektor-sektor filantropi. Jadi sektor swasta, logo lintas sektor, dan sebagainya.
Nah memang ketika ada efisiensi itu yang paling terdampak adalah ketika kita sudah melakukan perencanaan untuk membangun infrastruktur. Tapi karena ada efisiensi maka infrastruktur ini tidak bisa terbangun. Yang pertama kita harus mengkomunikasikan kepada masyarakat karena itu sudah masuk janji kepada masyarakat.
Kita komunikasikan kepada masyarakat. Dan tetap kita bangun, tapi tidak bisa maksimal. Kalau kemarin di perencanaannya kita akan aspal hot mix semuanya, ya ini mungkin hanya bisa nambal seperti itu.
Dan memang namanya masyarakat kan pasti juga tidak semuanya bisa menerima itu. Jadi kita terus sosialisasikan. Nah terkait dengan pariwisata, kita tetap bagaimana program pariwisata ini bisa berjalan.
Lalu sektor-sektor lagi bisa terdampak. Alhamdulillahnya sampai saat ini Banyuwangi ini masih menjadi kabupaten tidak hanya terkenal dengan wisata alamnya. Tidak hanya wisata pantai, gunung, dan sebagainya.
Tapi selain budaya dan juga kita menjadi salah satu tempat banyak kabupaten kota belajar. Dan itu menjadi wisata edukasi yang kita bangun di Kabupaten Banyuwangi. Itu salah satu bentuk bagaimana kita kembangkan wisata dengan banyak sektor.
Selain itu juga kita kembangkan wisata sport tourism. Alhamdulillah Banyuwangi punya program berbasis internasional Tour de Banyuwangi Ijen, Sepeda Tingkat Internasional, kita ada Downhill, kita ada BMX, kita ada Ijen Com. Itu juga salah satu sektor wisata yang tumbuh di Banyuwangi.
Jadi kalau terkait dengan efisiensi, kami berupaya untuk meningkatkan PAD dengan sektor-sektor lain. Tidak melulu pariwisata itu dibangun atau dikembangkan dengan APBD. Tapi dengan kelompok komunitas-komunitas yang ada di Banyuwangi.
Secara aksesibilitas, Banyuwangi sudah siap dengan bandara. Lalu kita juga ada pelabuhan, kita juga ada jalur darat menggunakan kereta api yang sudah terhubung dengan Jakarta, yang sudah terhubung dengan Jogja, Malang. Malang, 16 jam. Jadi secara akses, alhamdulillah Banyuwangi diuntungkan dengan tersedianya fasilitas itu. Belum lagi targetnya nanti tol Probowangi yang akan segera direlokasi.
Q: Sektor pariwisata itu juga nggak bisa dengan satu konsep yang sama terus. Strateginya gimana aagar Banyuwangi terus punya ikon wisata yang kalau dibicarakan orang, jawabannya cuma ada Banyuwangi?
A: Maka penting ketika daerah-daerah mulai mengembangkan pariwisata, kami menjaga kualitas pariwisata kami. Kami tetap konsisten sampai hari ini. Wisata yang kami kembangkan adalah wisata ecotourism, kita sebut ecotourism. Jadi berbasis alam, berbasis budaya, berbasis pendidikan, berbasis olahraga. Tanpa kami mengurangi kualitas dari yang sudah ada.
Alam, kita ada ijen dengan blue fire-nya. Kita punya Taman Nasional Alas Purwo. Kita punya lautnya, Baluran. Baluran bukan, Baluran Situ Bondong. Jadi kita ada bank string yang tadi disampaikan. Jadi contoh-contoh tempat wisata inilah yang kita pertahankan, agar terjaga dan menarik bagi pengunjung.
Kita bicara alam yang tadi saya sampaikan. Maka kita harus terus berinovasi. Inovasi memunculkan hal-hal baru. Kalau sekarang, generasi Z senangnya music, kita fasilitasi dengan kegiatan musik. Kalau generasi Z senangnya kuliner, kita fasilitasi dengan festival berbasis kuliner.
Jadi orang ke Banyuwangi tidak sekali bosan. Tapi mereka bisa datang kembali ke Banyuwangi. Itu upaya kami untuk bagaimana mempertahankan wisata bisa tumbuh di Banyuwangi. Kita buat yang namanya Banyu Festival, kta buat Banyu Festival. Ini sudah dari 2011 kita bikin Banyu Festival.
Jumlahnya terus bertambah dan tetap kita pertahankan konsep Banyu Festival. Kita kurasi terus. Kita evaluasi terus. Setiap tahunnya kira-kira mana sih yang benar-benar berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, mana yang tidak. Bahkan sekarang di Banyu Festival tidak melulu kerjaannya pemerintah daerah. Bahkan juga di Banyu Festival ini kita libatkan pemerintah desa. Jadi program-program berbasis desa ini kita kembangkan, kita dukung, kita support, kita masukkan.
Desa-desa juga sudah membuat event. Contohnya festival bambu itu juga konsepnya berbasis desa. Lalu juga ada festival menari, desa penari.
Q: Ide-idenya bagaimana bu?
A: Memang di awal ini kita juga terlibat teman-teman ASN. Panitianya teman-teman ASN. Jadi kita tidak menggunakan IO. Tapi berkembangnya waktu, desa mulai terlibat. Maka desa yang menyelenggarakan sendiri. Tingkat kabupaten tetap teman-teman ASN yang menjadi leading sectornya.
Q: Dalam waktu dekat itu Gandrung Sewu. Itu event apa Bu?
A: Jadi ada seribu lebih penari gandung. Yang narinya di pinggir pantai, di pinggir pantai di Selat Bali. Jadi kita nonton Gandrung Sewu sambil melihat Pelopori. Itu dulu memang awalnya kita ingin menaikan kelas lah ya.
Anak tari gandrung, karena dulu tari gandrung itu kan hanya dibawakan ketika di acara-acara bersih desa dan anak-anak Banyuwangi dulu belum punya kepercayaan diri untuk menari gandrung, dianggapnya jadul lah. Nah maka difasilitasi lah dengan konsep Gandrung Sewu.
Awalnya kita harus konsolidasi. Harus mencari anak mana yang mau ikut tari gandrung. Nah pertama sukses, tahun selanjutnya kita nggak mencari lagi. Bahkan anak-anak sudah datang sendiri dan kita sudah melakukan sistem seleksi.
Sampai hari ini bahkan yang tahun ini lebih dari 2000 anak Banyuwangi mendaftarkan dirinya dan mengikuti seleksi. Bahkan yang lebih menyentuh hati ketika mereka terpilih gitu ya, mereka menangis. Tapi ketika mereka tidak terpilih, mereka juga menangis. Jadi anak-anak ini benar-benar merasa mulai bangga dengan tari gandrung ini dan mereka bangga bisa tampil di Gantung Sewu karena tidak hanya mereka bisa tampil di kamera atau layar TV dan sebagainya, tapi mereka bangga menarikan tarian lokal Banyuwangi dan terlibat di sebuah event yang membawa nama Banyuwangi.
Q: Sudah menjadi event internasional ya bu?
A: Jadi waktu kami di tahun 2022, masih masa Covid, kami menggunakan cara tetap diadakan Gantung Sewu tapi dengan cara virtual. Jadi kami libatkan teman-teman atau masyarakat Banyuwangi yang tinggal di luar negeri, yang tinggal di Indonesia, seluruh Indonesia, itu mereka menari Gantung bersama.
By virtual. Jadi itu yang salah satunya kenapa kita libatkan penari-penari dari Amerika, dari semuanya, dari Jepang, dari Malaysia, dari Taiwan, mereka menari Gantung bersama. Jadi kalau kita bicara Gantung ya sudah mendunia.
Q: Angka kemiskinan di Banyuwangi itu turun terus, bahkan di tengah kondisi ekonomi yang masih naik turun. Ini siasatnya ibu apa nih bisa menekan angka kemiskinan itu? Karena kan seperti tadi, sektor pariwisata dibilang bangkit juga, ya sedang proses ibu ya, sedang proses bangkit. Ini gimana buat strateginya?
A: Iya jadi ketika masa COVID, kemiskinan Banyuwang itu sebelum saya menjadi bupati itu diangkat 8,06. Lalu ada COVID, peningkatannya hanya 0,01.
Jadi 8,07. Kenapa bisa gitu ya? Sedangkan daerah-daerah lain kemiskinan meningkat dengan pesat. Karena kami dari awal sudah punya, tadi saya sampaikan sistem bagaimana kolaborasi ini menjadi cara bagi Banyuwangi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di Banyuwangi, Salah satunya adalah kemiskinan. Nah kami waktu kami menjabat, kami langsung bikin kegiatan berbasis bagaimana UMKM bisa tumbuh.
Karena kan memang selama COVID yang sangat terdampak adalah pelaku UMKM. Jadi kami berikan pendampingan, kami berikan pelatihan-pelatihan pemberdayaan dan kami juga fasilitasi mereka bukan hanya sekedar pelatihan dan pemberdayaan, kami juga fasilitasi mereka untuk ongkos kirim, ongkir gratis. Kita kerjasama dengan PT POS waktu itu. Itu ke seluruh Indonesia dan itu sangat berdampak pada peningkatan nilai jual dari produk UMKM.
Lalu yang selanjutnya kita juga terkait dengan kemiskinan, kita juga sama-sama semuanya sama-sama bergerak. Masyarakat yang miskin kita bantu alat usaha agar mereka bisa berdaya. Kita tidak bicara dengan kemiskinan ekstrim seperti lansia. Kita bicara yang masih produktif agar mereka tidak semakin terpuruk pada kemiskinan. Kita dampingi sampai mereka juga mentaslah istilahnya bahasa Jawa.
Lalu yang selanjutnya juga kita memitigasi agar kemiskinan ini tidak berlarut. Jadi kita memitigasinya dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu. Baik yang masih tingkat SD, SMP, SMA, bahkan juga yang sudah kuliah. Sehingga mereka bisa ke depannya bisa meningkatkan derajat keluarganya dari kemiskinan. Dan selanjutnya kita juga punya program Rantang Kasih. Ini memang untuk masyarakat lansia sebatang kara.
Jadi kita berikan makanan setiap hari dua kali, kita libatkan warung-warung sekitar untuk mensuplai makanannya. Jadi tidak hanya lansia yang mendapatkan manfaat, tapi warung-warung sekitar juga mendapatkan manfaat dengan kita memasak untuk lansia tersebut.
Rantang kasih sudah ada sejak 2016. Jadi itu buat Lansia Sembat Langkara yang memang tidak punya anak, mereka tinggal sendiri. Jadi ini konsep-konsep bagaimana kami menjaga masyarakat kami agar mereka kemiskinan tidak semakin dalam. Di satu sisi sampai hari ini kami juga dengan teman-teman ASN kita libatkan.
Kalau ASN ini kan memang pendapatannya Fixed Income ya. Jadi kita mengajak kerelaan hati dari teman-teman ASN untuk menyisihkan rezekinya kepada masyarakat yang membutuhkan. Jadi kita setiap bulan ada program yang namanya Belanja di Tanggal Cantik.
Jadi kita Belanja di Tanggal Cantik, belanjanya di pasar, di pasar dan UMKM. Karena selama Covid ini kan yang banyak mengeluhkan pasar-pasar, tapi ya kalah bersaing dengan online-online. Maka kita minta teman-teman belanja di pasar dan juga di UMKM.
Nanti bisa di konsumsi sendiri atau disumbangkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Itu kita bikin ASN Berbagi. Karena ASN Berbagi ini ternyata menarik, maka banyak yang ingin terlibat. Pengusaha, teman-teman HIPMI, teman-teman Kadin. Lalu juga banyak lintas sektoral ingin terlibat, komunitas-komunitas.
Akhirnya kita bikin program yang namanya Banyuwangi Berbagi dan semakin luas masyarakat yang mendapatkan manfaat dari program ini. Nah inilah akhirnya ketika masyarakat merasakan perutnya kenyang. Mereka akhirnya semangat untuk bisa melanjutkan hidupnya. Apalagi kita fasilitasi dengan alat pesaha dan sebagainya.
Q: Semua orang juga tahu ya ibu adalah istri dari Bapak Azwar Anas yang juga sebelumnya sudah banyak memberikan kontribusi bagi pembangunan Banyuwangi. Tapi kan sebagai seorang pemimpin, kadang kita tidak mau dilihat seperti itu. Ibu adalah ibu, dan pak Azwar adalah pak Azwar. Tapi kan orang yang melihat, pasti ada bayang-bayang itu kan terus ada. Nah gimana ibu melepaskan bayang-bayang sebagai istri Pak Azwar?
A: Ya kalau dilepaskan 100% misalnya dari Pak Azwar juga tidak bisa. Karena memang beliau ini membangun Banyuwangi benar-benar dari awal. Dari awal Banyuwangi sebagai tempat hanya mampir untuk ke toilet terus bergeser ke Bali gitu ya.
Image kota santet, terus diubah oleh beliau sebagai daerah yang palisatannya berkembang. Lalu juga kemiskinannya menurun, ekonomi tumbuh. Ya itu memang tidak bisa dilepaskan. Tapi memang kami punya cara memimpin yang berbeda. Ya beliau laki-laki, saya perempuan.
Jadi kalau kami ini lebih banyak bagaimana merangkul masyarakat, menyapa masyarakat ketika di selatan. Karena memang kondisinya, kondisi kami berdua menjawab ini berbeda. Pak Anas memang dalam kondisi ekonomi yang sedang kuat-kuatnya.
Sedangkan kami ini dalam kehidupan pertama kami kena covid. Lalu yang kedua ini ada efisiensi. Jadi kami harus bagaimana melakukan, membangun daerah ini dengan konsep melayani, benar-benar melayani. Sehingga program yang diangkat oleh Pak Anas ini tidak hilang. Tapi masyarakat pun merasakan bahwa mereka membawa, mendapatkan manfaat tampak yang, atau mereka tetap menjadi tujuan utama dalam pembangunan.
Jadi bukan hanya membawa nama Banyuwangi yang harum, tapi juga bagaimana masyarakat terlibat. Terlibat bareng-bareng, kita bergabung bareng-bareng, karena tidak mungkin kondisi Banyuwangi atau daerah kita, yang kondisi seperti ini, covid, efisiensi, hanya mengandalkan dari pemerintah. Maka saya lebih banyak merangkul, semuanya terlibat.
Q: Kalau pesan khusus ada nggak? Karena gini ya, kadang-kadang kan namanya perempuan itu, lebih banyak nggak enaknya. Nah, sementara kita sudah melihat sendiri bahwa banyak juga kasus-kasus korupsi kepala daerah . Warning dari Pak Azwar?
A: Iya, pasti. Pasti kan kita juga, karena namanya suami istri kan, kita ingin semuanya selamat ya, bareng-bareng kita sudah berupaya untuk memberikan yang terbaik kepada daerah, tapi kita juga harus berhati-hati seperti itu. Jadi, ya selalu ada, ada peringatan, ada nasihat dari beliau dalam penggunaan anggaran dan sebagainya.
Dan saya sendiri juga mengingatkan ke teman-teman, bukan untuk diri saya sendiri, tapi ke teman-teman birokat, untuk sama-sama hati-hati, kita ini bangun banyu wangi susah payah. Jangan nodai kerja keras kita dengan cara-cara yang tidak baik, gitu. Akhirnya, ya jadi rusak semuanya seperti itu.
Q: Mengatur organisasi itu kan nggak mudah ya, Bu. Apalagi kita organisasi besar ya. Dan belum tentu juga semuanya setuju. Tapi kan Ibu gimana nih mengakomodir banyak yang masukkan PNS dan segala macam, dengan segala dinamikanya, bahwa kita ini teamwork, gitu. Jadi kerjanya jangan yang 1A, 1B, 1C, gitu?
A: Jadi memang sebenarnya kalau kerja teamwork ini memang sudah dimulai dari waktu Pak Azwar menjadi Bupati. Nah, sekarang tinggal kita kuatkan lagi. Kita yakinkan bahwa kerja teamwork ini berdampak loh dengan apa yang sudah dari Banyuwangi sampai saat itu. Maka saya terus ajak teman-teman, ayo, jadi kalau di Banyuwangi itu sudah tidak ada lagi ego sektoral.
Kalau misalkan, contohnya, tema kita kemiskinan. Kalau bicara kemiskinan, saya tidak hanya menegur dinas sosial, tapi saya juga bisa menegur PUN, saya bisa menegur teman-teman kesehatan, saya bisa menegur dinas pendidikan, saya bisa menegur dinas UMKM, saya bisa menegur siapa saja. Jadi kalau kita bicara kemiskinan, kita ini bareng-bareng.
Sama ketika konsepnya waktu di zamannya Pak Azwar, karena pariwisata, semua dinas adalah dinas pariwisata, semua tempat adalah destinasi, semua kegiatan adalah atraksi. Sama ketika saya bicara kemiskinan, semua dinas adalah dinas kemiskinan dan semua masyarakat kita, ini adalah sasaran. Sasaran kemiskinan kita.
Jadi kita sudah punya konsep seperti itu. Waktu bahas stunting juga begitu, kita tidak hanya mengevaluasi dinas kesehatan, tapi semua, sampai ke camat, sampai juga ke teman-teman yang lainnya. Jadi semua dinas adalah dinas stunting, penanganan stunting. Jadi konsep kami sudah sempurna. Jadi kalau bicara kasus, kita tidak menunjuk satu eskap, tapi semua. Karena kita tunggu.
Q: Mungkin pesan terakhir dari Ibu, dan juga mungkin ajakan bagi banyak orang supaya meramaikan Banyuwangi. Apalagi dalam event terdekat ini?
A: Ya, pasti kepada seluruh masyarakat, seluruh masyarakat Indonesia, Banyuwangi adalah daerah di ujung timur Pulau Jawa. Kami menyebutnya The Sunrise of Java, karena pertama kali matahari terbit di Pulau Jawa adalah di kabupaten Banyuwangi dan Banyuwangi memiliki potensi yang lengkap. Kita punya laut, kita punya gunung, kita punya hutan, kita juga punya persawahan.
Jadi, Banyuwangi menarik, Banyuwangi indah, dan Banyuwangi juga penuh dengan inovasi. Ayo datang ke Banyuwangi, Anda pasti ingin kembali.
Advertisement
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5413849/original/076796100_1763201864-klaim_pemutihan_bpjs_kes.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5388965/original/018271300_1761182259-Cek_Fakta_Tidak_Benar_Ini_Link_Pendaftaran_-_2025-10-23T074852.807.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5380981/original/046199200_1760441878-klaim_link_magang_kemnaker.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5413265/original/060792600_1763118793-bansos_penerima.jpg)

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5383779/original/038792800_1760692525-Jepretan_Layar_2025-10-15_pukul_16.13.40.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3443072/original/098295500_1619676836-044625300_1587565300-20200422-Penyaluran-Bansos-6.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/1373270/original/037937100_1476380658-banyuwangi.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/avatars/3884479/original/ACg8ocJc_oid6J3VLtCVFHYL6ugvHZoO8rxNNMWPfM8krXX-0Ve03HZakQ%3Ds200.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5398908/original/086614100_1761900233-Lagidiskon__desktop-mobile__356x469_-_Button_Share.png)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5413217/original/016979500_1763117253-Blazer_Pria.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5409805/original/097393000_1762907774-Koko_Kurta.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408885/original/051210600_1762838620-Armada_Vietjet__1_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5407768/original/070203800_1762753906-Fujifilm_Instax_Mini_LiPlay__02.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4767838/original/039381300_1710008223-Beige_Chino___Tapered_Cotton_Stretch_Trouser_-_ASKET.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/4700848/original/089505300_1703763117-sandals-4273243_640.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2255977/original/087039700_1529581269-Sofo_Olive__1_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3948052/original/092439800_1646031798-waldemar-brandt-UP9DtTjRYpI-unsplash.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5380473/original/087177100_1760425229-1000487802.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5379584/original/054674800_1760351186-Banner_Bincang_Liputan6_-_Bupati_Ipuk.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5361814/original/007707500_1758793965-1000454681.jpg)