Sukses

Pemerintah Diminta Fokus Percepat Riset Vaksin Merah Putih dari pada Berlakukan Vaksinasi Berbayar

Mulyanto melihat, pemerintah terkesan melakukan pembiaran terhadap riset vaksin inovasi domestik untuk berjalan tanpa genjotan.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua FPKS DPR RI Mulyanto menyarakan, ketimbang berjualan vaksin Sinopharm melalui Kimia Farma, sebaiknya Pemerintah fokus mempercepat riset dan produksi vaksin Merah Putih.

Diketahui, vaksin tersebut adalah buatan anak negeri yang tengah dikembangkan Konsorsium Riset Covid di bawah koordinasi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

"Percepatan fokus ini dapat menjadi instrumen mencapai herd immunity masyarakat. Pemerintah jangan terlalu mengandalkan vaksin impor," kata Mulyanto dalam keterangan tertulis diterima, Senin (12/7/2021).

Mulyanto melihat, pemerintah terkesan melakukan pembiaran terhadap riset vaksin inovasi domestik untuk berjalan tanpa genjotan. Menurut Anggota Komisi VII DPR ini, hal itu berbeda dengan sikap sikap pemerintah terhadap vaksin impor.  

"Padahal penggunaan vaksin Merah Putih sangat penting sebagai upaya untuk membangun keunggulan SDM dan kemampuan inovasi domestik. Dengan demikian Indonesia tidak tergantung pada vaksin impor dan sekedar menjadi pasar bisnis vaksin semata," jelas dia.  

Mulyanto berharap, jika fokus percepatan terhadap Vaksin Merah Putih dapat lebih ditingkatkan, maka pemerintah tidak habis anggaran terhadap vaksin impor.

"Sayang anggaran dari utang yang terbatas ini terkuras habis untuk membeli puluhan juta vaksin impor," kata Mulyanto menandasi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Efisiensi Anggaran

Menurut catatan Mulyanto, dana untuk riset vaksin di LBM Eijkman tidak lebih dari Rp 10 M. Angka itu jauh dari memadai, terlebih jika dibandingkan dengan dana untuk impor vaksin yang ratusan triliun rupiah.

Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Konsorsium Riset Covid-19, bahwa produksi Vaksin Merah Putih mengalami kemundura. Hal itu disebabkan karena BUMN Bio Farma tidak siap jika vaksin tersebut didasarkan pada protein rekombinan mamalia.  

Fasilitas produksi BUMN Bio Farma hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast). 

Karenanya LBM Eijkman harus banting setir mulai dari nol lagi untuk mengembangkan riset vaksin berbasis ragi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.