Liputan6.com, Tangerang - Kampung Bekelir, kawasan yang berada di tengah Kota Tangerang, Banten ini bukan hanya menyimpan magnet wisata, melainkan sejuta wirausaha kreasi lokal warganya. Bahkan jadi destinasi wajib turis asing bila singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanan udara melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kampung yang pernah dianugerahi Pesona Indonesia ini tampak warna-warni dari atap, kemudian terlihat menarik karena ratusan karya mural yang menghiasi tembok sekitar 300 rumahnya, membuat kampung yang dahulu kumuh ini, menjadi wisata ikonik milik Kota Tangerang.
Baca Juga
Menurut Lurah Babakan Abu Sofyan, semenjak resmi beroperasi jadi kawasan wisata, Kampoeng Berkelir ini sudah dua kali dipugar atau berganti tema mural.
Advertisement
"Di sini itu ada 300 rumah yang ditempati 1.175 jiwa, jadi padatnya kampung ini tetap tertata indah dan berkarakter, karena ada 122 gambar mural dan grafiti yang menghiasi tembok rumah warga," ujar Abu Sofyan, Rabu (9/10/2019).
Bukan hanya tembok, jalanan yang terbuat dari konblok juga terlihat indah warna-warni. Lengkap dengan puluhan payung hias yang membuat teduh lingkungan.
Bukan sekadar dijadikan tempat selfie, warga yang berasal dari 4 RT di RW 001, Kelurahan Babakan itu, ternyata memiliki potensi wirausaha yang mendunia.
"Iya banyak, ada pengrajin kacamata kayu, atau apa pun dari kayu. Lalu minuman sirup belimbing wuluh, atau sirup bunga teleng, itu semua hasil kreasi warga," tutur Abu Sofyan.
Kedepan, kawasan tersebut akan dilengkapi dengan wahana flying fox yang akan menyeberangi Sungai Cisadane yang lebarnya sekitar 25 meter.
Jadi ketika wisatawan mampir, bukan sekadar selfie atau menikmati pemandangan mural atau grafiti yang indah, melainkan bisa berbelanja produk lokal. Terlebih, dalam satu tahun ini tercatat lebih dari 5 ribu pengunjung mampir berwisata di kampung tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Manfaatkan Limbah Kayu
Sementara, salah satu warga yang merasakan manfaat adanya Kampoeng Bekelir ini adalah Dona, pengrajin kacamata dan casing kayu warga asli Kampoeng Bekelir. Sudah banyak wisatawan asing yang dikenalkan ke bengkel pembuatan kacamatanya, lalu ikut membeli.
"Saya sendiri dari 2015, saat Kampung Bekelir ini diresmikan sekitar 2 tahun lalu, Dinas Pariwisata dan kelurahan setempat, mengarahkan wisatawan lokal dan asing ke tempat saya. Alhamdulillah, jadi makin luas pemasarannya," ujarnya.
Padahal, awalnya dia hanya memanfaatkan limbah kayu yang berada di sekitar rumahnya saja. Kini, kacamata dan casing buatannya sudah dipasarkan hingga ke Bali.
"Paling sering Jabodetabek, dan turis-turis asing yang suka mampir ke sini," kata Dona.
Untuk pembuatannya sendiri, Dona membutuhkan waktu kurang lebih 7 sampai 14 hari untuk pembuatannya. Dengan harga Rp 400 ribu sampai Rp 700 ribu, Dona mengaku sudah melahirkan berbagai macam karya dan kacamata dari berbagai jenis kayu.
Advertisement