Sukses

Jakarta Disorot Media Asing Sebagai Kota dengan Polusi Terburuk di Dunia

Musim kemarau dan kendaraan bermotor disebut jadi biang kerok polusi Jakarta. Apa kata Jokowi?

Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya jadi headline berita nasional, polusi Jakarta juga "mendunia" dengan diulas sejumlah media asing. Publikasi-publikasi itu termasuk South China Morning Post, Mashable SEA, AFP, dan AP.

Mereka menobatkan Jakarta sebagai kota dengan polusi terburuk di dunia berdasarkan data IQAir, perusahaan teknologi kualitas udara berbasis Swiss. "Faktanya, kondisi kualitas udara Jakarta sepanjang tahun 2023 sedikit berfluktuasi," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, lapor AP, dikutip Sabtu (12/8/2023).

Outlet itu menyambung, "Indonesia kini memasuki musim kemarau, yang berlangsung dari Juli hingga September, waktu di mana polusi udara mencapai puncaknya. Kualitas udara di Jabodetabek memburuk karena dipengaruhi udara kering dari sisi timur Indonesia."

"Penggunaan kendaraan bermotor juga jadi faktor utama," catat AP. "Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebut, 44 persen pencemaran udara berasal dari transportasi, dibandingkan 31 persen dari industri."

Publikasi itu juga menyoroti menigkatkan kasus penyakit pernapasan yang diyakini terkait polusi udara. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengakui terjadi peningkatan gangguan kesehatan akibat polusi udara pada 2023 dibandingkan tahun 2022.

"(Kasus penyakit pernapasan) meningkat dibandingkan tahun 2022, dan kondisi ini hampir sama dengan yang kita temukan pada 2019 dan 2018, sebelum pandemi COVID-19," kata Dwi Oktavia, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, lapor AP.

Untuk mencegah peningkatan lebih lanjut, "kita harus aktif menggunakan transportasi umum dan sepeda," kata Oktavia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Polusi Sudah Jadi Masalah Bertahun-tahun

Sementara itu, Mashable SEA dan SCMP kompak menyoroti pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait polusi Jakarta. Awal pekan ini, Jokowi mengakui bahwa polusi udara di Jakarta telah jadi masalah selama bertahun-tahun.

Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dinilainya sebagai salah satu solusi. "Salah satu solusinya adalah mengurangi beban Jakarta agar nantinya sebagian dipindahkan ke Nusantara, dan transportasi massal itu suatu keharusan," katanya, catat Mashable SEA.

SCMP mencatat, Jokowi juga mengatakan bahwa jaringan kereta metro yang direncanakan melintasi Jakarta "harus diselesaikan" untuk mengurangi polusi. "Indonesia berjanji menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru mulai tahun 2023 dan jadi netral karbon pada 2050," lapor SCMP.

"Namun, meski ada protes dari para aktivis, pemerintah memperluas pabrik batu bara Suralaya yang sangat besar di Jawa, salah satu yang terbesar di Asia Tenggara," sambung publikasi itu. "Menurut Greenpeace Indonesia, 10 pembangkit listrik tenaga batu bara beroperasi dalam radius 100 kilometer dari ibu kota (Jakarta)."

3 dari 4 halaman

Polusi Sebabkan Langit Jakarta Terlihat Keruh?

Berdasarkan laporan kanal News Liputan6.com per 11 Agustus 2023, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab langit Jakarta terlihat keruh di tengah polusi udara yang sedang meningkat.

Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa siklus harian kualitas udara memengaruhi tingkat polusi udara di Jakarta. "Saat lepas malam hari hingga dini hari cenderung lebih tinggi dari pada siang hingga sore," kata Ardhasena.

Penyebab utama yang membuat langit Jakarta terlihat keruh, sebutnya, karena adanya lapisan inversi. Itu adalah lapisan atmosfer yang hangat dan berada di atas lapisan atmosfer yang dingin.

"Karena kita di wilayah urban dan saat musim kemarau, akan ada fenomena namanya lapisan inversi. Jadi ketika pagi, di bawah atau permukaan ini lebih dingin dibandingkan di lapisan atas," ujar Ardhasena. "Itu mencegah udara naik, kemudian terdispersi."

Mengatasi polusi udara yang cenderung tinggi di musim kemarau, Asep menyebut, Pemprov DKI telah menyiapkan tiga strategi.

 

4 dari 4 halaman

3 Strategi Tekan Polusi Udara

Startegi pertama, yakni meningkatkan tata kelola, yang berarti Dinas Lingkungan Hidup akan mengendalikan pencemaran udara melalui berbagai kebijakan dan regulasi. Kedua, strategi pengurangan emisi pencemaran udara. Salah satunya dengan menggalakkan uji emisi dan penggunaan transportasi umum.

"Dinas LH se-Jabodetabek sudah tanda tangan komitmen bersama untuk mengurangi pencemaran udara melalui uji emisi," ujar Asep.

Terakhir, Pemprov DKI mengimbau pada seluruh warga untuk mengecek kondisi kualitas udara melalui aplikasi sesuai standar nasional, seperti JAKI, BMKG, dan ISPU.

"(Kami juga mengimbau warga) melakukan upaya-upaya preventif untuk mencegah atau mengurangi dampak itu (polusi udara). Misal, dengan memakai masker, mengurangi aktivitas di luar, dan sebagainya," kata Asep.

Namun, Pemprov DKI Jakarta tidak akan membatasi warganya yang ingin membeli kendaraan roda dua atau empat untuk menekan polusi udara Jakarta. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo menyebut, aturan Pemprov DKI yang berlaku sekarang hanya dapat membatasi pergerakkan kendaraan yang dimiliki warga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini