Sukses

3 Penumpang Pesawat Positif Campak Usai Mendarat di Bandara Melbourne Australia

Dua dari tiga kasus positif campak itu disebutkan menular selama dalam penerbangan menggunakan pesawat dari Singapura.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga kasus campak baru dilaporkan otoritas negara bagian Victoria, Australia, pada Jumat, 18 November 2022. Kasus itu menjangkiti sekelompok pelancong yang kembali ke Melbourne dengan penerbangan dari Singapura.

Ketiga pasien campak masih satu keluarga. Mereka menumpang pesawat Qantas QF36 pada 14 November 2022. Departemen Kesehatan Victoria mengatakan penerbangan itu juga merupakan penerbangan codeshare dengan Emirates berkode EK5036.

Dua dari tiga kasus itu tertular selama penerbangan. Mereka dilaporkan segera mencari pertolongan medis. Departemen Kesehatan mengidentifikasi penerbangan dan Bandara Melbourne sebagai situs paparan publik.

"Anda yang mengunjungi tempat-tempat ini didesak untuk mencari perawatan medis jika mengalami gejala, dan mengenakan masker, serta menghubungi terlebih dahulu untuk memastikan Anda dapat diisolasi dari orang lain," demikian pernyataan otoritas kesehatan, dikutip dari laman Chanel News Asia, Sabtu (19/11/2022).

Otoritas meminta para penumpang yang berada di pesawat yang sama atau berada di area kedatangan internasional Bandara Melbourne pada 15 November 2022, antara pukul 06.10 sampai 08.40 waktu setempat, memantau kesehatan masing-masing hingga 3 Desember 2022. 

"Campak adalah penyakit virus yang sangat menular yang menyebar dengan cepat melalui kontak dekat, terutama pada mereka yang tidak divaksinasi sepenuhnya," kata wakil kepala petugas kesehatan Victoria Deborah Friedman.

"Anak kecil dan orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah adalah yang paling berisiko tertular penyakit serius ini."

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

5 Kasus

Otoritas kesehatan Victoria melaporkan lima kasus campak terjadi sejak Januari 2022. Menurut Departemen Kesehatan, penyakit ini biasanya dimulai dengan gejala seperti flu biasa seperti pilek, mata merah, dan batuk, diikuti demam dan ruam.

Ruam campak yang khas biasanya dimulai tiga hingga empat hari setelah gejala pertama. "Umumnya dimulai di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh," tambahnya.

"Pasien bisa terkena pneumonia dan komplikasi serius lainnya dari campak, dan seringkali perlu dirawat di rumah sakit," kata Associate Professor Friedman.

"Tolong segera cari pertolongan medis jika Anda melihat gejala apa pun, terutama jika Anda baru saja kembali dari luar negeri."

Hingga 12 November 2022, tiga kasus campak telah dilaporkan di Singapura tahun ini, menurut Kementerian Kesehatan (MOH). Tak satu pun dari kasus ini dilaporkan antara 6 November hingga 12 November 2022. CNA telah menghubungi Depkes, Bandara Changi, dan maskapai penerbangan untuk informasi lebih lanjut.

3 dari 4 halaman

Campak di Zimbabwe

Di Zimbabwe, jumlah kematian anak akibat wabah campak meningkat menjadi 698 orang sejak dimulai pada April 2022, menurut kementerian kesehatan setempat. Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, sejumlah pihak menyerukan pemberlakuan undang-undang yang mewajibkan vaksinasi di Zimbabwe.

Melansir laman VOA Indonesia, Rabu, 7 September 2022, pihak kementerian menyebut 37 kasus kematian terjadi sekaligus dalam satu hari pada 1 September 2022. Kementerian mengaku telah mencatat 6.291 kasus hingga 4 September 2022.

Jumlah kematian terbaru itu lebih dari empat kali lipat jumlah kematian yang diumumkan pada dua minggu lalu ketika kementerian mengatakan 157 anak – kebanyakan di antaranya belum divaksinasi karena kepercayaan yang dianut oleh keluarga mereka – meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Dr. Johannes Marisa, presiden Asosiasi Praktisi Medis dan Gigi Swasta Zimbabwe, mengatakan kepada The Associated Press, bahwa pemerintah harus meningkatkan kampanye vaksinasi massal yang sedang digalakkan dan memulai program peningkatan kesadaran yang secara khusus menyasar kelompok-kelompok agama yang anti-vaksin. Negara berpopulasi 15 juta jiwa itu banyak dikuasai oleh sekte-sekte agama yang anti-pengobatan modern.

4 dari 4 halaman

Capaian Indonesia

Situasi memprihatinkan juga terjadi di Indonesia dengan merosotnya tingkat capaian imunisasi pada anak selama pandemi COVID-19. Jika situasi ini terus dibiarkan, risiko transmisi penyakit-penyakit seperti campak dan rubella akan semakin meluas.

"Risikonya, Indonesia akan gagal mencapai eliminasi campak-rubella pada 2023 yang merupakan target global," kata Ketua Tim Kerja Imunisasi Tambahan dan Khusus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Gertrudis Tandy, dalam seminar daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia, 8 September 2022, dikutip dari kanal Health Liputan6.com.

Selain itu, lanjut Tandy, Indonesia juga bisa gagal untuk mencapai tujuan bebas polio yang sebetulnya sudah dicapai sejak 2014. Di sisi lain, penyakit yang kembali timbul akibat merosotnya imunisasi juga bisa menjadi beban ganda di tengah pandemi.

"Tentu saja beban kasus dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat menjadi beban ganda di tengah pandemi COVID-19 yang juga belum usai," sambung dia.

Dia menyebut pada 2020, ada 23 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi lengkap, tertinggi sejak 2009. Dari 23 juta anak yang belum mendapat imunisasi lengkap, 60 persennya berasal dari 10 negara. Negara-negara tersebut adalah, Brasil, Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, dan Filipina.

"Jadi, kita menjadi penyumbang 10 terbesar untuk anak-anak yang tidak lengkap imunisasinya di tahun 2020,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.