Sukses

Larangan Penjualan Kantong Plastik di Korea Selatan Bikin Pemilik Mini Market Meradang

Pemilik mini market di Korea Selatan tengah meradang. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan atas keputusan pemerintah setempat melarang penjualan kantong plastik pada 24 November 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik mini market di Korea Selatan tengah meradang. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan atas keputusan pemerintah setempat melarang penjualan kantong plastik pada 24 November 2022.

Dikutip dari The Korea Times, Senin (24/10/2022), larangan tersebut ditentang para pemilik mini market dengan alasan langkah itu dapat merugikan bisnis mereka, menurut pejabat industri pada Minggu, 23 Oktober 2022. Toko hanya dapat menjual kantong kertas atau kantong sampah plastik standar yang disetujui oleh Kementerian Lingkungan Hidup Korea Selatan.

Menurut kementerian, penjualan kantong plastik sekali pakai di toko ritel berukuran lebih dari 33 meter persegi tidak akan diizinkan. Hingga 2020, ada 38.718 mini market yang lebih besar dari ukuran tunduk pada penegakan hukum, yaitu 84 persen dari keseluruhan toko di negara ini.

Mereka yang menjual atau menyediakan kantong plastik akan didenda hingga 3 juta won atau setara Rp32,4 juta. Kekhawatiran terbesar bagi pemilik mini market adalah pertengkaran yang harus mereka lalui dengan pelanggan atas peraturan baru tersebut.

"Saya telah memberikan kantong plastik gratis kepada pelanggan untuk membawa pembelian mereka sampai saat ini. Tetapi setelah pemerintah memutuskan untuk melarang penjualan kantong plastik mulai bulan depan dan hanya mengizinkan menjualnya sebelum penegakan hukum, saya banyak bertengkar dengan pelanggan yang yang meminta tas gratis," kata seorang pemilik mini market bermarga Kim.

Pada 2016, seorang pekerja paruh waktu di sebuah mini market di Provinsi Gyeongsang Utara ditikam sampai mati oleh seorang pelanggan. Tragedi ini terjadi setelah korban meminta pembayaran untuk kantong plastik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kekhawatiran Pemilik Mini Market

Pemilik mini market juga khawatir bahwa memaksa pelanggan untuk membeli kantong kertas atau kantong sampah plastik standar yang tiga sampai 10 kali lebih mahal daripada kantong plastik dapat membuat mereka enggan membeli banyak barang di toko. "Kebanyakan orang yang datang ke mini market membeli makanan ringan atau bir kecil," kata pemilik mini market setempat.

"Jika saya berhenti memberikan kantong plastik kepada pelanggan, mereka tidak akan membeli lebih dari satu atau dua barang yang menyebabkan penurunan penjualan," lanjutnya.

Ia mengatakan, "Kami memahami tujuan pemerintah menegakkan hukum tersebut yang bertujuan untuk melindungi lingkungan. Namun, tidak tepat untuk menyerahkan semua konflik yang dihasilkan kepada pemilik toko dan menjatuhkan hukuman ketika mereka melanggar peraturan. Kami percaya pemerintah harus memberi tahu pelanggan tentang hukum lebih dulu dan mengadopsinya dengan waktu yang cukup."

Kementerian lingkungan menyebut pemerintah daerah akan mulai mengadopsi peraturan seperti yang direncanakan semula. Namun, pihaknya juga mempertimbangkan untuk memberlakukan periode sementara sebelum penegakan hukum dimulai.

3 dari 4 halaman

Upaya Jepang

Sementara, Jepang punya cara sendiri guna mengurangi timbulan sampah plastik. Pembeli di Negeri Sakura kini bisa membawa wadah yang dapat digunakan kembali untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya.

Penggunaan wadah ini berdasarkan berat atau volume untuk mengurangi jumlah kemasan plastik yang mereka bawa pulang dari supermarket sambil mengurangi pemborosan makanan. Dikutip dari Japan Today, Senin, 5 September 2022, konsumen di Jepang dihadapkan pada jumlah kemasan plastik yang sangat banyak saat berbelanja di supermarket dibandingkan dengan negara lain.

Hal ini memicu perusahaan tertentu dan pelanggan setia mereka bertindak lebih ramah lingkungan. Di berbagai daerah di negara ini, orang-orang membawa wadah mereka sendiri yang dapat digunakan kembali ke toko dan membeli apa yang mereka butuhkan.

Sementara, produsen timbangan telah mengembangkan perangkat yang secara otomatis mengidentifikasi dan menimbang produk untuk melayani permintaan yang meningkat akan cara baru berbelanja di toko-toko besar. Toko khusus Poco Mucho, yang dibuka di kota Fukuoka pada April 2020, menjual sekitar 200 bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari menurut beratnya. Toko ini menjual pistachio asap seharga 80 yen (Rp8.400 ribu) per 10 gram dan selai kacang seharga 55 yen (Rp5.800) dengan harga yang sama.

4 dari 4 halaman

Cara Kerja

Konsumen membayar produk setelah ditimbang dalam kantong kertas atau botol yang disediakan toko. Pelanggan menerima diskon tiga persen jika mereka membawa tas atau wadah belanja sendiri.

"Saya mencuci botol kecil saya saat sudah kosong dan membawanya ketika saya kembali," kata seorang perawat berusia 38 tahun yang merupakan pembelanja tetap di Poco Mucho. "Daya tariknya adalah Anda bisa membeli sedikit demi sedikit, sebanyak yang Anda mau makan," katanya.

Motoki Yanase, manajer Poco Mucho, mengatakan, "Saya berharap pelanggan meningkatkan kesadaran lingkungan mereka sambil menikmati berbelanja di sini."

Toko-toko di Eropa dan Amerika Serikat telah mulai berupaya untuk mengurangi sampah plastik. Di Prancis, ada gerakan untuk menghapus penggunaan plastik untuk pembungkus dan pengemasan produk.

Di Jepang, kontainer dan kemasan menyumbang lebih dari 60 persen sampah rumah tangga berdasarkan volume, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, dengan supermarket dan pengecer besar lainnya hampir tidak mungkin menghindari plastik dengan menjual barang, bahkan buah-buahan dan sayuran, dalam bungkus individual. Kementerian mengatakan sampah rumah dapat dikurangi secara signifikan jika lebih banyak pembeli membawa tas dan wadah belanja mereka sendiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.