Sukses

Kisah Suami Istri yang Terpisah di Surga dan Neraka, Ternyata Ini Penyebabnya

Seorang ibu diberi siksa yang sangat mengerikan gara gara kikir dan pelit, ia digabungkan bersama ahli maksiat, sedangkan suaminya mendapat imbalan karena dermawan

Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajaran Islam, keyakinan bahwa sifat kikir atau pelit akan dibawa ke akhirat dan mendapat hukuman merupakan prinsip yang ditekankan dalam Al-Qur'an dan hadis.

Allah SWT menyatakan bahwa manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat, termasuk perilaku pelit atau kikir selama hidup di dunia. Sifat pelit dipandang sebagai sikap yang bertentangan dengan ajaran Islam yang menganjurkan kedermawanan, tolong-menolong, dan berbagi rezeki dengan sesama.

Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa kikir adalah sifat yang tercela dan akan mendapat hukuman di akhirat.

Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya berbagi rezeki dengan orang lain, baik itu dalam bentuk harta, ilmu, atau waktu, sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang dermawan dan bermurah hati. Namun masih banyak orang memilih untuk kikir dan pelit. Berikut kisah sosok yang pelit dihukum sangat mengerikan.

Kisah ini bisa menjadi ibrah sekaligus muhasabah agar seseorang terus berupaya menjadi hamba Allah yang bertaqwa dan manusia yang baik kepada sesamanya.

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Begini Siksa bagi Orang Pelit

Menukil islami.co, pada suatu hari ada seorang wanita mendatangi Rasulullah SAW. Wanita tersebut datang dengan kondisi tangan kanannya yang kering. Dia lantas berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar menyembuhkan tanganku dan mengembalikannya ke keadaan semula.”

Mendengar perkataan wanita tersebut, Rasulullah SAW pun bertanya, “Apa yang menyebabkan tanganmu menjadi kering?”

Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Bakar al-Ushfury dalam Mawa’idz al-Ushfuriyah, wanita tersebut kemudian bercerita kalau dia bermimpi seolah-olah hari kiamat terjadi. Neraka Jahim telah dinyalakan apinya. Surga telah dibuka. Api neraka berubah menjadi jurang-jurang.

Kemudian wanita tersebut melihat ibunya berada di salah satu jurang dari jurang-jurang Jahannam. Satu tangannya memegang potongan gajih, dan satu tangannya lagi memegang kain kecil yang menjaganya dari kobaran api.

Ya Rasulullah, saat aku melihat kondisi ibuku seperti itu, aku kemudian bertanya kepadanya, “Oh ibuku! Mengapa kamu berada di jurang ini? Padahal kamu adalah perempuan yang taat kepada Allah dan suamimu juga ridho denganmu.”

Ibuku menjawab, “Oh anakku! Aku ini adalah seorang perempuan pelit ketika di dunia. Jurang ini adalah tempat orang-orang yang pelit.”

Aku kemudian bertanya kepada ibuku, “Potongan gajih dan kain kecil apa yang aku lihat di tanganmu itu?”

“Potongan gajih dan kain ini adalah shodaqoh yang pernah aku sedekahkan ketika berada di dunia. Selama masa hidupku, aku tidak pernah mengeluarkan shodaqoh kecuali dua benda ini. Dua benda ini diberikan kepadaku. Aku terlindungi dari api dan siksa berkat kedua benda ini,” jawab ibu kepadaku.

3 dari 3 halaman

Begini Nasib Orang Dermawan, Berada di Telaga Kautsar

Jawaban tersebut kemudian membuatku kembali bertanya kepada ibuku, “Di mana bapakku?”

“Ia sekarang berada di tempat orang-orang yang dermawan, yaitu di surga,” Ibu kepadaku.

Saat aku mendatangi bapakku, aku melihat bapakku sedang berdiri di tepi telagamu, wahai Rasulullah! Ia sedang memberikan minuman air telaga kepada orang-orang. Ia mengambil gelas dari tangan Ali. Sedangkan Ali mengambilnya dari tangan Usman. Sedangkan Utsman mengambilnya dari tangan Umar. Sedangkan Umar mengambilnya dari tangan Abu Bakar as-Siddiq. Sedangkan Abu Bakar sendiri mengambilnya dari tanganmu, wahai Rasulullah!

Melihat hal tersebut, aku pun berkata kepada bapakku, “Hai bapakku! Sesungguhnya ibuku seorang perempuan yang taat kepada Allah dan yang kamu ridhoi, sekarang berada di jurang (demikian) di neraka Jahannam. Sedangkan kamu memberikan minuman kepada orang-orang dari telaga Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama. Ibuku sangat kehausan. Berilah ia seteguk air itu!”

Namun Bapakku justru menjawab, “Hai anakku! Sesungguhnya ibumu berada di tempat orang-orang yang pelit, yang bermaksiat, dan yang berdosa. Sesungguhnya Allah SAW telah mengharamkan air telaga Rasulullah SAW bagi mereka yang pelit, yang bermaksiat dan yang berdosa.”

Aku kemudian mengambil air telaga itu dengan telapak tanganku agar bisa memberikannya kepada ibuku. Ketika ibuku meminumnya, maka terdengar suatu seruan, “Allah telah mengeringkan tanganmu, karena kamu telah mendatangi dan memberikan minuman kepada wanita yang bermaksiat dan yang pelit, dengan air telaga Rasulullah shollallahu alaihi wa sallama!” Dan ketika aku terbangun dari tidurku, tiba-tiba tanganku sudah dalam keadaan seperti ini.

Selepas mendengarkan cerita wanita tersebut, Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Sifat pelit ibumu telah memberimu bencana di dunia. Lantas bagaimana bencana baginya di akhirat?”

Rasulullah SAW kemudian meletakkan tongkatnya di tangan wanita itu dan berkata, “Ya Allah! Demi mimpi yang baru saja ia ceritakan semoga Engkau menyembuhkan tangannya,” Kemudian tangan wanita itu pun sembuh dan kembali seperti semula.

Kikir adalah satu di antara sekian banyak sifat buruk yang ada dalam diri manusia. Sifat buruk yang dilakukan oleh orang tua atau para pendahulu kita di dunia, bakal membawa sengsara kepada anak cucunya di masa mendatang. Begitu juga sifat-sifat buruk manusia yang hidup di masa sekarang, kelak di masa yang akan mendatang akan menyengsarakan para keturunannya.

Begitu juga sebaliknya. Jika kita hari ini menanam kebaikan, menjalankan perintah agama dan berbuat baik kepada sesama manusia dan sesama makhluk Tuhan. Maka, kelak akan mendapatkan balasan kebaikan. Jika bukan kepada diri kita, bisa jadi balasan tersebut akan diberikan kepada para keturunan kita.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.