Sukses

Kisah Masjid Tua Tosora Wajo yang Didirikan Cucu Rasulullah SAW di Sulsel

Liputan6.com, Jakarta - Cagar Budaya Masjid Tua Tosora yang berada di Kecamatan Majauleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan, penggiat budaya, tokoh agama maupun wisatawan lainnya.

Seperti Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel Khaeroni bersama Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulsel Pdt Adrie Octavianus Massie serta para pengurus lintas agama lainnya yang melakukan wisata religi ke masjid kebanggaan masyarakat Wajo, di Wajo, Kamis.

Kedatangan Kakanwil Kemenag Sulsel bersama pengurus lintas agama disambut langsung Bupati Wajo Amran Mahmud didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Wajo, Sitti Maryam, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Wajo, Muhammad Yunus, Ketua FKUB Wajo, Muhammad Arif serta Ketua Yayasan Budaya Wajo, Sudirman Sabang

Amran Mahmud menjelaskan bahwa ia telah mengupayakan membuat pelindung untuk cagar budaya ini. Sebab, jika tidak dilindungi, maka bangunan ini akan hancur dan beberapa generasi berikutnya mungkin tidak akan bisa melihatnya lagi.

"Alhamdulillah pada tahun 2021 lalu, Panglima Kodam XIV Hasanuddin, Bapak Mayjen TNI Mochamad Syafei Kasno memberikan bantuan berupa atap pelindung yang kita lihat sekarang ini. Selanjutnya beberapa bantuan lainnya mulai datang, termasuk ubin yang langsung disumbangkan oleh tokoh kita di Tulungagung," ucapnya, dikutip Antara.

Di kawasan Masjid Tua ini juga terdapat makam Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini. Gelar Al-Habib menunjukkan bahwa beliau memang cucu Rasulullah SAW, dari jalur Sayyidina Husein.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ramai Diziarahi

Amran Mahmud menjelaskan bahwa selain makam Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini yang berada di samping masjid, ada kelebihan lain yang ada di kawasan tersebut, yaitu mata air yang telah diteliti dan memiliki khasiat untuk kesehatan berdasarkan penelitian dari laboratorium Universitas Hasanuddin Makassar.

"Pada waktu-waktu tertentu juga, masjid dan makam ini banyak dikunjungi oleh para habib, bahkan tahun lalu Sultan Cirebon pernah memperingati Haul Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini di tempat ini," jelasnya.

Sementara Kakanwil Kemenag Sulsel Khaeroni menyampaikan bahwa situs ini memberikan gambaran orang yang berjuang dengan ikhlas akan dikenang sepanjang masa.

"Begitu juga makam yang berada di sekitar masjid itu menandakan bahwa beliau semasa hidupnya berjuang untuk ummat," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Khaeroni memimpin doa untuk Syekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini, sementara para tokoh agama selain islam diminta menyesuaikan dan mendoakan pejuang agama masing-masing.

3 dari 3 halaman

Peninggalan Mesjid Tua Tosora

Mesjid Tua Tosora merupakan mesjid raya yang pertama dibangun di wilayah Kerajaan Wajo, oleh Arung Matowa Wajo XV La Pakallongi To Allinrungi pada tahun 1621. Pada waktu mesjid tersebut diresmikan, dihadiri oleh Raja Gowa, Raja Bone, dan Datu Soppeng (Patunru, 1983).

Letak sisa bangunan mesjid tersebut adalah berada pada ketinggian 30,6 m dpl, persis berada di belakang Kantor Desa Tosora sekarang, di sebelah selatannya terdapat alun-alun. Sisa bangunan yang masih tampak adalah bagian mihrab (ceruk) di sisi barat yang masih utuh, sedangkan bagian dinding lainnya tinggal pondasinya.

Masjid ini berdenah bujur sangkar terbuat dari batu yang disusun dengan ukuran, panjang 18,20 meter, lebar 15,90 meter, tinggi tembok 3,70 m, dan tebal tembok 53 cm, pintu pada bangunan ini berada disebelah timur.

Terdapat empat pintu masuk, yaitu dari depan (sisi timur), dari sisi sisi utara-selatan, dan dari sisi kanan (utara) mihrab. Pada bagian dalam mesjid terdapat empat umpak batu sebagai landasan tiang penyangga atap soko guru, pada arah tenggara terdapat kolam sebagai tempat air wudhu dengan ukuran panjang 7,35 m, lebar 5,70 m, dalam 0,76 m, dan tebal tembok 0,41 m. Pada arah timur kolam terdapat sumur tua dengan kedalaman 13 m.

Di bagian belakang (sisi barat) mesjid terdapat beberapa makam-makam kuno, dan yang terkenal adalah makam dari Renreng Bettempola La Gau atau yang bergelar MatinroE ri Masigina. Bahan bangunan masjid tersebut, berasal dari berbagai jenis batu alam seperti batu kapur yang masih lunak, batu pasir, dan batu beku dengan ukuran yang tidak seragam.Bahan perekat (spesi) dipergunakan campuran pasir dengan kapur yang terbuat dari moluska yang dibakar.

Peninggalan Bangunan Musala

Bangunan Musallah tersebut tidak diketahui kapan dan siapa yang membangunnya, namun ada kemungkinan didirikan bersamaan dengan bangunan geddong dan gedung bunga setelah mesjid tua Tosora lebih dulu dibangun. Letaknya  pada ketinggian 20,8 m dpl, berada pada arah barat mesjid tua dengan jarak 290 m, pada arah baratnya terdapat bangunan geddong dan Danau Seppengnge dengan jarak 30 m.

Keadaan bangunan adalah dinding bagian barat masih berdiri tegak sedangkan pada sisi lainnya tinggal pondasinya saja. Bentuk bangunan adalah  empat persegi panjang, dengan ukuran panjang 10,09 m, lebar 9,75 m, tinggi dinding 2,90 m, tebal dinding 0,50 m, dan luas 98,78 m2. Mihrab berupa ceruk berada di sisi barat. Bahan dan teknik bangunannya sama dengan mesjid tua Tosora.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.