Sukses

Cerita Mahalini Alami Kekerasan Saat Pacaran Sebelum Bersama Rizky Febian, Pernah Ditendang Mantan

Mahalini membagikan cerita soal kekerasan yang pernah dialaminya saat berpacaran. Tunangan Rizky Febian itu menyebut bahwa ia pernah ditendang oleh mantan kekasihnya.

Liputan6.com, Jakarta - Ni Luh Ketut Mahalini Ayu Raharja, atau yang akrab disapa Mahalini, mungkin sudah tidak asing bagi Anda. Karya-karyanya menghiasi dunia hiburan Tanah Air sejak beberapa tahun belakangan.

Namun, siapa sangka wanita asal Bali ini ternyata pernah mengalami kekerasan saat berpacaran dengan mantan kekasihnya. Mahalini mengungkapkan bahwa dirinya pernah diselingkuhi hingga empat kali.

"Gue pernah sama satu cowok terus diselingkuhin empat kali. Gue pernah ditendang," ujar Mahalini mengutip video yang diunggah dalam kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Senin (26/6/2023).

Selain itu, Mahalini menyebut bahwa dirinya pun pernah ditempeleng. Bahkan, saat mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol, Mahali sempat mengalami body shaming dari mantan kekasihnya.

"Orang-orang pada enggak tahu mantan gue yang ini. Sudah putus, terus kayak dia itu masih ngejar-ngejar," kata Mahalini.

"Terus dia bilang kayak 'Kamu tuh jangan gendut-gendut gitu dong'. Tapi dia masih ngejar gue. Pada saat itu gue lagi gendut-gendutnya tuh waktu di Idol," sambungnya.

Mahalini Sempat Tak Mau Pacaran

Alhasil, dari pengalaman bersama mantan kekasihnya, Mahalini mengaku pada Rizky Febian bahwa dirinya sudah tidak mau pacaran lagi.

Sebab sebelum memutuskan berpacaran bahkan bertunangan seperti saat ini, Rizky Febian sempat merasa jikalau Mahalini sangat cuek sebagai seorang wanita.

"Banyak hal kayak gitu. Akhirnya gue (bilang) ke Iky (panggilan untuk Rizky Febian), 'Gue gak mau cinta-cintaan t*i kucing' gitu kan. Akhirnya ya sudah dia mau nerima gue sampai pacaran pun dia nerima gue dengan keadaan kayak gitu (cuek dan sebagainya)," ujar Mahalini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sekilas soal Kekerasan dalam Hubungan

Mahalini bukanlah satu-satunya korban kekerasan dalam hubungan. Terdapat cukup banyak kasus kekerasan lainnya mulai dari yang terjadi saat berpacaran, dalam rumah tangga, dan lain-lain.

Sayangnya, beberapa orang masih kerap menyalahkan korban dan melihat tindak kekerasan sebagai suatu hal yang wajar atas dalih emosi.

Padahal, menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani, perilaku kekerasan yang dilakukan termasuk saat berpacaran bukanlah suatu hal yang dapat terjadi secara kebetulan.

"Biasanya, sang pelaku memang sudah memiliki kecenderungan untuk melakukan agresi pada orang lain," ujar Efnie saat dihubungi Health Liputan6.com beberapa waktu lalu.

3 dari 4 halaman

Pemicu Seseorang dalam Melakukan Tindak Kekerasan

Lebih lanjut Efnie menjelaskan bahwa kecenderungan untuk melakukan tindak kekerasan sebenarnya dapat terbentuk sejak kecil lewat pengalaman yang terjadi dalam hidup seseorang.

Salah satunya bisa disebabkan oleh lingkungan yang mencontohkan hal tersebut.

"Hal ini (kekerasan) terbentuk sejak dari kecil. Beberapa hal yang bisa membentuk seseorang atau watak menjadi agresi di antaranya sejak kecil ia berada dalam lingkungan yang memberikan contoh demikian," kata Efnie.

"Misalnya, ada kekerasan yang dilakukan dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal memberikan contoh kekerasan, efek dari menonton film yang memiliki adegan kekerasan, game yang mengandung unsur kekerasan, dan lain-lain," sambungnya.

4 dari 4 halaman

Cara Keluar dari Hubungan Tak Sehat Mengandung Kekerasan

Menurut Efnie, apabila seseorang ingin keluar dari hubungan yang tidak sehat dan diliputi oleh tindak kekerasan, maka mengubah pola pikir jadi cara yang utama.

"Karena jika pola pikir ini tidak diubah maka meskipun sudah menerima perlakuan kekerasan berkali-kali maka sang korban akan memaafkan dan tidak mengakhiri hubungan," Efnie menuturkan.

Selanjutnya, Efnie menyarankan, ada baiknya untuk memberikan jeda lebih dulu usai tindak kekerasan berlangsung. Artinya, hubungan bisa diakhiri dalam kesempatan yang berbeda demi mencegah adanya kekerasan lebih lanjut pada waktu yang bersamaan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.