Sukses

Viral Ibu Guru Berikan Simulasi Bahaya Merokok, Bikin Siswanya Melongo

Guru yang viral di TikTok kini memberikan simulasi bahaya merokok untuk paru-paru di depan siswanya.

Liputan6.com, Jakarta Hingga kini, rokok masih belum henti-hentinya digandrungi oleh masyarakat, termasuk pada kelompok usia remaja. Baru-baru ini viral seorang guru memberikan simulasi bahaya merokok di sekolah.

Guru biologi yang viral di TikTok ini menggunakan simulasi sederhana dengan rokok yang diletakan di atas tutup sebuah botol. Simulasi ini menunjukkan bagaimana tubuh menghirup asap rokok dan hasilnya untuk paru-paru.

"Anak-anak, hari ini kita melihat bahaya merokok ya. Kita lihat ini rokoknya sudah nyala, asapnya keluar," ujar Ari Cahyani mengutip video unggahannya melalui akun TikTok @aricahyani9000, Rabu (25/1/2023).

Perlahan, air yang ada di dalam botol itu terisi dengan asap rokok dan berubah warna menjadi keruh karena sudah tercampur asap. Kemudian Ari Cahyani membuka tutup botolnya dan meletakkan tisu bersih di atasnya.

Setelah dieratkan pada bagian atas botol, terlihat air yang keluar dari botol berwarna kuning hampir kecoklatan pada tisu yang ditempelkan.

"Tisu ini kita anggap sebagai paru-paru. Kita buka (botolnya). Ini satu batang ya. Kita lihat anak-anak ya, ini kan satu rokok saja, kita lihat paru-paru kita kayak apa. Nih lihat nih ya," kata Ari Cahyani sambil menunjukkan tisu yang warnanya sudah berubah menjadi kekuningan akibat rokok.

"Ini satu batang saja. Seandainya sehari merokok satu pack, ini akan lebih dari ini (efeknya) di paru-paru kita. Itu baru satu hari. Kalau dia merokoknya satu tahun, seperti apa," tambahnya.

Beberapa siswa yang menyaksikan simulasi itu nampak melongo dan ada pula yang terdengar jijik melihat tisu hasil tempelan pada asap rokok.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Banyaknya Remaja yang Merokok

Upaya mencegah anak tidak merokok memang perlu dilakukan banyak pihak termasuk guru di sekolah. Hal ini lantaran jumlah perokok usia remaja yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan ragam upaya mengedukasi bahaya rokok pada anak.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia sendiri menempati posisi ke 13 dari seluruh dunia jika dilihat dari jumlah perokoknya. Totalnya mencapai 37,90 persen dari seluruh populasi atau sekitar 53,7 juta jiwa.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2021 di Indonesia, jumlah perokok paling tinggi ada pada usia 35-39 tahun yakni sebesar 35,55 persen. Selain itu, remaja mulai dari usia 15 tahun turut menyumbang persentase di dalamnya.

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengungkapkan bahwa saat ini remaja memang tengah menjadi perhatian khusus dalam persoalan rokok. Menurutnya, ada beberapa alasan yang membuat remaja merokok.

"Ada beberapa alasan, tapi ada lima yang banyak dikatakan. Pertama itu coba-coba, kedua karena dikatakan kalau merokok ini keren. Laki, macho," ujar Erlina dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia pada Sabtu, 14 Februari 2023.

"Kemudian (ketiga) di kelompok tertentu ini dianggap bisa gabung sama geng atau kelompok, atau begitulah di sekolah atau kampus. Terus yang (keempat), tidak sedikit karena teman atau orangtuanya juga merokok," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Ragam Alasan Remaja Merokok

Selanjutnya atau alasan kelima adalah anggapan bahwa rokok bisa menghilangkan stres. "Salah kaprah alasannya karena dikatakan rokok ini bisa menghilangkan stres," kata Erlina.

Erlina mengungkapkan bahwa pada kategori usia remaja, banyak yang nampaknya masih berada di bangku SMP. Kemudian disusul oleh usia di atas 20-24 tahun yang kemungkinan sudah mulai bekerja.

"Usia muda banyak yang merokok. Kita lihat kelompok usia 15-19 tahun, itu masih usia SMP. Kira-kira ada 9-10 persen. Kemudian usia di atasnya 20-24 tahun karena mungkin sudah punya duit, sudah bekerja, jadi ada 26,97 persen (yang merokok)," ujar Erlina.

Bahkan, lansia di atas 65 tahun juga masih menyumbang persentase yang cukup besar dalam hal merokok yakni sekitar 21,90 persen.

4 dari 4 halaman

Dokter Paru Ingatkan Soal Masa Depan

Dalam kesempatan yang sama, Erlina pun mengingatkan soal masa depan. Menurutnya, masa depan akan ditanggung oleh masyarakat sendiri, bukan pemilik pabrik rokok.

"Merasa keren, merasa kece. Kalau pakai rokok ini awesome katanya kelihatan cool. Maka saya mau mengatakan bahwa masa depan Anda milik Anda, bukan pemilik pabrik rokok," kata Erlina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.