Sukses

Hannah Al Rashid Terkejut Banyak Followers-nya yang Jadi Korban Kekerasan di Sekolah

Menurut Hannah Al Rashid, sebagian besar kekerasan yang dialami oleh pengikutnya di media sosial dilakukan oleh orang yang mereka kenal.

Liputan6.com, Jakarta Hannah Al Rashid, aktris yang juga aktivis kesetaraan gender, mengaku terkejut ketika melakukan sebuah kegiatan di media sosialnya.

Dia meminta para pengikutnya di media sosial untuk bercerita tentang kekerasan yang pernah mereka alami.

"Saya sampai shock begitu banyak respons yang saya dapat. Saya di-DM (direct message) oleh ratusan followers dan mereka bercerita," kata Hannah dalam acara bincang-bincang di peresmian Yayasan Plan International Indonesia di Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Hannah mengaku bahwa banyak dari mereka yang bercerita mengalami kekerasan ketika berada di lingkungan sekolah.

"Banyak dari mereka yang masih membawa trauma akibat kekerasan yang diterima, walaupun kecil," ungkap Hannah.

Menurut Hannah Al Rashid, sebagian besar kekerasan yang dialami oleh pengikutnya di media sosial dilakukan oleh orang yang mereka kenal.

"Sayangnya, mereka yang mengalami kekerasan tidak berani ngomong ke siapa pun. Merasa tidak ada support system. Tidak ada tempat untuk mengungkapkan hal ini," tambah Hannah Al Rasyid, pemain film Warkop DKI Reborn ini. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pernikahan Dini Juga Bentuk Kekerasan pada Anak

Hal serupa diungkap oleh Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia.

Menurut Dini, salah satu bentuk kekerasan pada anak yang jarang disadari adalah pernikahan usia dini.

"Masih banyak orang yang belum menyadari bahwa perkawinan usia anak juga adalah bagian dari kekerasan pada anak," kata Dini dalam sambutannya.

Maka, dengan diresmikannya Yayasan Plan International Indonesia ini, Dini berharap mampu bergerak untuk memberikan harapan bagi anak-anak di Indonesia. Khususnya di daerah-daerah yang belum terjangkau.

Karena menurut Dini, anak bukan hanya pemimpin untuk masa depan, melainkan juga bisa menjadi pemimpin di masa kini.

"Karena bagi kami, anak bukan hanya pemimpin untuk generasi di masa depan, tapi juga pemimpin zaman now. Mereka juga bisa menjadi pemimpin untuk teman-temannya," kata Dini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.