Sukses

Teliti Kanker Serviks Stadium 3, Dosen FKUI Raih Gelar Doktor

Fitriyadi meneliti kadar survivin, telomerase dan sitokrom C sebagai prediktor respons terapi radiasi pada pasien kanker serviks.

Liputan6.com, Jakarta Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Dr.dr. Fitriyadi Kusuma Djajasasmita, Sp.OG (K) meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasi dalam ujian terbuka di Fakultas Kedokteran UI Salemba, Jakarta Senin (17/).

Dalam disertasinya, Fitriyadi meneliti kadar survivin, telomerase dan sitokrom C sebagai prediktor respons terapi radiasi pada pasien karsinoma sel skuamosa serviks stadium IIIB.

Fitriyadi yang juga dokter di Rumah Sakit Pondok Indah ini sukses mempertahankan disertasi di hadapan promotor Prof Dr. dr. Andrijono, Sp.OG (K) yang juga Guru Besar Departemen Obstetri Ginekologi Staf Pengajar Program Studi Ilmu Obsteri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI dan co-promotor Dr.dr.Laila Nuranna, Sp.OG (K) dan Dr.dr.Ani Retno Prijanti, M.S. Setelah melalui sesi tanya jawab dengan tim penguji, Fitriyadi dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.

Dalam risetnya, Fitriyadi menyebut kanker serviks merupakan kanker yang sering terjadi pada perempuan dan berhubungan erat dengan infeksi virus human papilloma (HPV).

Pada 2008 lalu, WHO menyatakan terdapat 528.000 kasus baru kanker serviks dan 10 persen merupakan kanker serviks stadium invasif. Fitriyadi menjelaskan, kanker serviks menyebabkan kematian 266.000 perempuan setiap tahunnya. Dari angka itu, 88 persen terjadi di negara berkembang.

Menurutnya, kanker serviks menempati posisi ke-5 terbanyak dari seluruh kanker pada manusia dan posisi ke-3 dari seluruh kanker pada perempuan setelah kanker payudara dan kanker kolorektal.
Bahkan, Kementerian Kesehatn memperkirakan kejadian kanker serviks berkisar 100 per 100.000 penduduk.

Lebih lanjut dijelaskannya, angka kesintasan 5 kanker serviks di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2012 adalah 73 persen pada stadium I, 52 persen pada stadium II, 31 persen pada stadium III dan 0 persen pada stadium IV.

Berdasarkan data yang dikumpulkannya, angka kematian kanker serviks di Indonesia masih tinggi karena 90 persen pasien yang datang dengan diagnosis kanker invasif stadium lanjut atau terminal. Sebanyak 66,4 persen pasien kanker serviks yang datang ke RSCM diterima pada stadium lanjut (IIIB sampai IVB) sehingga pengobatannya sering mengecewakan.

Respons terapi radiasi pada pasien kanker serviks stadium lanjut bervariasi walau dengan faktor klinikopatalogi yang sama seperti stadium, masa tumor, jenis histopatologi, derajat diferensiasi, invaso limfovaskular, reaksi limfosit dan nekrosis. “Oleh karena itu, dipikirkan faktor prognosis lain seperti apoptosis, telomerase dan sitokrom c,” jelasnya.

Penelitian ini ujarnya bertujuan untuk mengetahui peran survivin, telomerase dan sitokrom c sebagai prediktor respons terapi radiasi pada serviks stadium lanjut, khususnya stadium IIIB.

Studi yang dilakukan Fitriyadi bersifat prospektif menggunakan metode nested case control. Pengambilan data dilakukan di Poliklinik Onkologi Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM serta Departemen Patologi Anatomi FKUI pada Januari 2016 hingga Mei 2017. Dari 90 subjek penelitian, didaparkan rerata usia pasien 50 tahun, rerata masa tumor 6,7 cm.

Melalui risetnya, Fitriyadi menyimpulkan, kadar survivin tinggi dan telomerase tinggi berhubungan dengan respon terapi radiasi negatif," pungkas Fitriyadi.

Hasil Disertasi Fitriyadi ini akan dibuat suatu model prediksi untuk keberhasilan terapi radiasi pada kanker serviks yang akan di daftarkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Universitas Indonesia .

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini