Sukses

FSAI 2025: 7 Film Kolaborasi Australia dan RI Jangkau Penonton 10 Kota di Indonesia

FSAI ke-10 atau FSAI 2025 ini bakal digelar dari 15 Mei hingga 14 Juni 2025. Gratis!

OlehTanti YulianingsihDiperbarui 09 Mei 2025, 13:50 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2025, 13:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Satu dekade sudah Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Australia di Indonesia menggelar Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI), dengan menampilkan film-film terbaik Australia ke Indonesia. FSAI ke-10 bakal digelar dari 15 Mei hingga 14 Juni 2025. 

FSAI 2025 menampilkan lima film Australia, dua film Indonesia yang menampilkan alumni Australia, dan sejumlah film pendek karya sineas Indonesia yang telah mengikuti kursus singkat Australia Awards tentang produksi film pada awal tahun ini.

"Tahun ini FSAI dengan bangga menayangkan tujuh film Australia dan Indonesia pilihan yang masing-masing merupakan jendela budaya Australia dan Indonesia. Di FSAI kita akan melihat kisah-kisah mulai dari drama menenggangkan seperti The Dry, komedi romantis seperti dalam Royal in Paradise, hingga tentu saja horror dalam Late Night with the Devil," ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia Rod Brazier dalam Media Launch Festival Cinema Australia Indonesia 2025 (FSAI 2025) di CGV Pacific Place Mall, Lantai 6, Jakarta, Jumat (9/5/2025).

"Tak lupa film Indonesia Heartbreak Motel, sebuah film tentang cinta dan kehilangan yang ditulis dari novel Laris Indonesia yang ditulis oleh penulis dan alumni Australia, Ika Natasa," tuturnya.

Dubes Rod Brazier mengatakan, satu dekade yang lalu FSAI dimulai pada tahun 2016 sebagai sebuah inisiatif sederhana untuk menghubungkan para sinias dan pelaku ekonomi kreatif Indonesia.

"Dan saat itu FSAI hanya diadakan di Jakarta. Setiap tahunnya FSAI hadir dengan kemitraan baru, audiens baru, lokasi baru. Dalam satu dekade, kini FSAI telah berkembang menjadi platform yang kuat untuk menjadi tempat para sinias Australia dan Indonesia berkolaborasi dan menciptakan peluang kerja sama baru antara industri film Australia dan Indonesia," paparnya.

FSAI, sambung Dubes Rod Brazier, kini menjangkau 10 kota di seluruh Indonesia, mulai dari Jakarta, Bandung, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Mataram, Makassar, dan Manado. "Ini bukan hanya tentang film, tetapi juga perayaan persahabatan. Film memiliki kekuatan luar biasa untuk menyatukan perbedaan dan membuka ruang dialog," jelasnya.

Dan di sinilah, kata dia, FSAI berperan membawa film-film Australia yang jarang ditayangkan secara komersial di bioskop-bioskop Indonesia langsung ke layar lebar di hadapan penonton Indonesia.

"FSAI juga akan menampilkan beberapa film pendek hasil karya peserta Australia Awards yang mengikuti pelatihan produksi film di Australia tahun ini. Melihat karya mereka kami semakin yakin kolaborasi dalam pendidikan membawa dampak positif bagi industri kreatif kita bersama," papar Dubes Rod Brazier.

 

2 dari 2 halaman

Sesi Masterclass Gratis

FSAI 2025 juga menawarkan sesi masterclass interaktif yang dibawakan oleh para pakar film Australia. Topiknya meliputi penulisan naskah, penyutradaraan film, dan menciptakan pengalaman layar yang imersif.

Dubes Rod Brazier yang pernah menjadi mahasiswa Universitas Hasanudin Makassar itu mengatakan bahwa pakar film Australia seperti Dean Jacob dan sutradara Adrian Powers akan memberikan lokakarya tentang penulisan naskah, penyutradaraan, teknologi baru, dan penggunaan media sosial bagi pembara pembuat film. "Saat ini menatap 10 tahun ke depan FSAI, fokus kami jelas. Dengan budaya Australia dan Indonesia yang kaya, dan industri film yang menarik, ada potensi yang sangat besar," ucapnya.

"Bersama-sama industri kreatif kita berada pada posisi yang tepat untuk mengubah kolaborasi menjadi peluang kerjasama ekonomi ke depannya. Saatnya untuk memperkuat koneksi antar pembuat film, antar komunikasi, antar budaya, dan FSAI adalah salah satu platform terbaik untuk itu. Selamat menikmati Festival Sinema Australia Indonesia 25," pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, turut hadir di antara undangan Menteri Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menteri Ekraf) Teuku Riefky Harsya, dan Marissa Anita jurnalis dan aktris Indonesia sekaligus good friend of the Australian Embassy.

Sebagai informasi, tiket pemutaran film dan acara FSAI 2025 ini tidak dipungut biaya, kendati demikian memiliki jumlah kursi yang terbatas.Â