Sukses

Mengapa Wanita Tidak Bisa Terpilih Menjadi Paus Roma? Bagaimana Protokol Ketat Vatikan untuk Konklaf Kepausan?

Hanya kardinal di bawah usia 80 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan beragama Katolik yang diperbolehkan memberikan suara dalam pemilihan paus baru. Apa alasannya?

Diperbarui 08 Mei 2025, 17:03 WIB Diterbitkan 08 Mei 2025, 17:03 WIB

Liputan6.com, Roma - Setelah kematian Paus Fransiskus pada 21 April, dimulailah masa Sede Vacante—periode khusus dalam Gereja Katolik di mana serangkaian protokol diaktifkan untuk memastikan transisi yang tertib. Masa ini berakhir dengan pemilihan paus baru dalam konklaf, yang akan dimulai pada 7 Mei.

Segala hal tentang konklaf dipenuhi kerahasiaan, keunikan, dan aturan yang berakar pada tradisi berabad-abad yang hampir mustahil diubah. Contoh nyata adalah ketidakmungkinan seorang wanita menjadi Paus Roma.

Mengapa wanita tidak bisa menjadi paus?

Melansir en.as.com, Kamis (8/5/2025), disebutkan bahwa hal pertama yang perlu dipahami adalah prosedur yang diikuti Gereja Katolik untuk memilih pemimpin barunya hampir tidak berubah selama delapan abad terakhir. Aturan seperti hanya kardinal di bawah 80 tahun yang berhak memilih, dan bahwa semua pemilih harus laki-laki dan Katolik, masih berlaku dalam konklaf kepausan.

Dengan kata lain, pemilihan Uskup Roma yang baru adalah proses yang sangat tradisional, diatur oleh Code of Canon Law (Hukum Kanonik), yaitu seperangkat hukum yang mengatur Gereja Katolik. Kode ini secara khusus menyatakan bahwa salah satu syarat untuk menjadi paus adalah berjenis kelamin laki-laki.

Selain itu, untuk menjadi paus, seseorang harus terlebih dahulu menjadi imam—gelar yang tidak diperbolehkan untuk wanita—sebelum naik pangkat menjadi kardinal dan uskup. Dalam beberapa dekade terakhir, Gereja Katolik telah menegaskan kembali bahwa penahbisan imam tidak dapat diberikan kepada wanita.

Legenda Paus Joan

Meskipun tidak ada catatan resmi tentang seorang wanita yang pernah menjabat sebagai paus, ada legenda tentang seorang wanita bernama Joan yang menyembunyikan jenis kelaminnya dan menjadi Paus Roma. Kisahnya biasanya berlatar antara tahun 855 dan 857, dengan beberapa versi yang beredar.

Semua versi sepakat bahwa Joan lahir di Jerman dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Roma, bekerja sebagai guru dan menyamar sebagai pria. Menurut legenda, ia sangat terpelajar sehingga naik pangkat dalam hierarki Gereja Katolik dan akhirnya terpilih sebagai paus menggantikan Leo IV.

EnamPlus