Sukses

AS dan China Lakukan Pertukaran 3 Tahanan Setelah Proses Diplomasi yang Panjang

Dalam beberapa bulan terakhir, Biden dan Xi Jinping dilaporkan berupaya meredakan ketegangan dengan mengadakan pembicaraan untuk mencari cara bekerja sama sambil mengelola risiko keamanan nasional.

Liputan6.com, Beijing - Pada Rabu (27/11/2023), Gedung Putih mengonfirmasi bahwa China telah membebaskan tiga warga negara Amerika Serikat (AS), yaitu Mark Swidan, Kai Li, dan John Leung. Pembebasan ini mengakhiri bertahun-tahun upaya diplomasi terkait penahanan mereka yang menurut Washington dilakukan secara tidak sah di China.

Sumber yang dekat dengan masalah ini menyatakan bahwa pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan pertukaran dengan Beijing, yang juga melibatkan tiga warga negara China yang ditahan di AS. Identitas mereka tidak diungkapkan.

Dewan Keamanan Nasional AS menyatakan bahwa pembebasan ketiga warga AS menandakan bahwa semua warga negara AS yang ditahan secara tidak sah di China kini telah dibebaskan.

"Mereka akan segera kembali dan dipertemukan kembali dengan keluarga mereka setelah bertahun-tahun terpisah," kata Dewan Keamanan Nasional AS dalam pernyataannya yang dikutip dari CNA pada Sabtu (30/11).

Harrison Li, anak dari Kai Li, mengucapkan terima kasih kepada pejabat pemerintahan Biden atas upaya pembebasan ayahnya.

"Mereka berhasil melakukannya tepat sebelum liburan," ujarnya, merujuk pada perayaan Thanksgiving yang jatuh pada hari Kamis.

Kai Li telah ditahan di China sejak 2016 dengan tuduhan spionase yang sudah dia bantah. Mark Swidan, seorang pengusaha asal Texas, dipenjara selama 12 tahun di China atas tuduhan narkoba dan pada 2019 dijatuhi hukuman mati yang ditangguhkan, meskipun tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut. Sementara itu, John Leung dijatuhi hukuman seumur hidup pada 2023 setelah dituduh menjadi mata-mata AS.

Pejabat senior AS telah beberapa kali mengangkat masalah ketiga tahanan ini dalam pembicaraan dengan pejabat China, namun keluarga mereka khawatir kasus ini terabaikan karena pertimbangan lain mengingat hubungan yang rumit antara AS dan China.

Seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa Presiden Joe Biden telah mendesak pengembalian ketiga tahanan tersebut ketika dia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan regional di Peru bulan ini. 

Pada Kamis (28/11), Kementerian Luar Negeri China mengonfirmasi bahwa tiga warganya yang ditahan secara tidak sah di AS kini telah kembali ke China, meskipun tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

"Setelah upaya keras dari pemerintah China, tiga warga negara yang ditahan secara tidak sah oleh pihak AS kini telah kembali dengan selamat ke tanah air," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers rutin di Beijing.

"Ini menunjukkan bahwa China tidak akan pernah meninggalkan sesama warga negara dan tanah air selalu ada sebagai kekuatan cadangan yang kuat bagi mereka."

Dia menegaskan bahwa China menentang keras penindasan atau perlakuan buruk terhadap warganya oleh pihak AS yang didorong oleh tujuan politik. China akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan hukum warga negaranya.

Mao juga menyebutkan bahwa pertukaran ini mencakup ekstradisi seorang buronan yang telah melarikan diri dari keadilan selama bertahun-tahun.

"Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang bisa lolos dari hukum dan tidak ada tempat yang aman bagi para penjahat yang melarikan diri," tegasnya. "Pemerintah China akan terus meningkatkan kemampuan untuk mengejar buronan dan membawa mereka ke pengadilan, tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan."

Pada bulan September, China membebaskan pendeta AS David Lin, yang telah dipenjara sejak 2006 dan juga dianggap ditahan secara tidak sah. Namun, pejabat AS menolak mengonfirmasi laporan yang menyebutkan bahwa seorang warga negara China dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran untuk Lin.

2 dari 2 halaman

Travel Advisory

Biden, yang masa jabatannya berakhir pada 20 Januari, telah berhasil mengamankan pembebasan lebih dari 70 warga negara AS yang ditahan di luar negeri, termasuk dengan menukar mereka dengan tahanan di AS.

Pada tahun 2022, China termasuk salah satu dari enam negara yang mendapatkan peringatan "D" dalam saran perjalanan atau travel advisory Kementerian Luar Negeri AS, yang menandakan adanya risiko penahanan warga negara AS yang dapat digunakan sebagai alat tawar-menawar.

Pejabat AS mengatakan mereka telah memberitahu pihak China bahwa masalah penahanan warga negara AS harus diselesaikan sebelum peringatan perjalanan itu diubah.

Pada hari Rabu, peringatan itu akhirnya dihapus dan travel advisory AS ke China diubah dari Level 3, "pertimbangkan kembali perjalanan," menjadi Level 2, "lebih berhati-hatilah". Meski begitu, tetap ada peringatan bahwa warga negara AS di China mungkin akan diinterogasi dan ditahan tanpa perlakuan yang adil atau transparan sesuai hukum.

Â