Sukses

4 Pemuda Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel di Kamp Penampungan di Tepi Barat

Ratusan orang tewas akibat serangan Israel di Tepi Barat.

Liputan6.com, Tepi Barat - Dampak kekerasan Israel di perang yang sedang terjadi tidak hanya dirasakan rakyat di Jalur Gaza. Sejumlah orang yang berada di Tepi Barat juga mengalami penyerangan.

Tentara Israel dilaporkan menembak empat orang pemuda Palestina di kawasan Tepi Barat. Mereka semua merupakan penghuni di kamp pengungsian.

Tiga korban ditembak di kepala, satu lainnya ditembak di dada.

Berdasarkan laporan Arab News, Senin (18/12), identitas korban yang ditembak di dada adalah Rashed Habib Al-Aydi (17). Tiga korban lainnya adalah Mohammad Samir Milhem (17), serta kakaknya Hikmat (24), kemudian satu korban lagi bernama Yazan Khatib (20).

Semenjak perang 7 Oktober 2023 dimulai, pejabat kesehatan Palestina berkata kini ada 301 orang Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel atau para pemukim Israel di Tepi Barat.

Pihak tentara Israel belum berkomentar atas kematian empat pemuda tersebut.

Pada insiden terpisah pada Seninw aktu setempat, seorang wanita berusia 27 tahun juga terluka di Ramallah akibat penembakan ke mobil.

Di awal Desember 2023, pasukan Israel juga menembak setidaknya enam orang Palestina di kamp pengungsian. Salah satu korban masih berusia 14 tahun. Saat itu, tentara Israel berkata sedang melakukan operasi kontra-terorisme.

Wilayah Tepi Barat dikuasai oleh pemerintah Palestina yang diakui dunia internasional, sementara Jalur Gaza dikendalikan oleh Hamas yang ditentang Amerika Serikat.

Sejak perang Oktober 2023 dimulai, kementerian kesehatan pihak Hamas berkata ada lebih dari 18.800 orang yang tewas, mayoritas anak-anak dan wanita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Serangan Udara Israel Tewaskan Lebih dari 100 Orang di Gaza dalam 24 Jam Terakhir

Serangan udara di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 100 orang selama 24 jam terakhir di tengah tekanan internasional yang semakin besar terhadap Israel untuk melakukan gencatan senjata dan perundingan pembebasan sandera.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza pada Minggu (17/12) menuturkan bahwa setidaknya 90 orang tewas akibat pengeboman Israel di kamp Jabalia di utara Kota Gaza dan 12 lainnya dibunuh dalam pengeboman di pusat Kota Deir al-Balah. Demikian seperti dilansir The Guardian, Senin (18/12).

Serangan Israel sejak 7 Oktober telah memicu tragedi kemanusiaan mengerikan di Jalur Gaza, di mana sekitar 85 persen warga mengungsi berbarengan dengan kelangkaan makanan, air, bahan bakar hingga listrik. Pada hari Minggu, puluhan orang dilaporkan menggerebek truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah.

Sementara itu, pengiriman bantuan melalui penyeberangan Kerem Shalom dengan Israel dilanjutkan kembali pada hari Minggu untuk pertama kalinya sejak perang Hamas Vs Israel terbaru pecah, meskipun lembaga-lembaga bantuan telah memperingatkan bahwa perkiraan jumlah bantuan yang masuk setiap hari akan berlipat ganda – yaitu 100 truk – masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan untuk meringankan tragedi kemanusiaan.

Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berhasil mengirimkan pasokan ke Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu menggambarkan kompleks medis tersebut sebagai "pertumpahan darah", dengan sedikit air dan makanan untuk ribuan orang yang menggunakannya sebagai tempat berlindung.

3 dari 4 halaman

Prancis hingga Jerman Serukan Gencatan Senjata

Paus Fransiskus pada hari Minggu menyerukan perdamaian dan menyesalkan kematian dua perempuan Kristen di sebuah kompleks gereja di Jalur Gaza akibat penembak jitu Israel pada Sabtu.

"Saya terus menerima kabar yang sangat menyedihkan dan menyakitkan dari Gaza," tutur Paus Fransiskus, seperti dikutip Reuters. "Warga sipil tidak bersenjata menjadi sasaran pengeboman dan penembakan. Dan ini terjadi bahkan di dalam kompleks paroki Keluarga Kudus, di mana tidak ada teroris, melainkan keluarga, anak-anak, orang sakit atau cacat, biarawati."

Juga pada hari Minggu, Prancis bergabung dengan Inggris dan Jerman dalam menyerukan gencatan senjata segera dalam konflik yang telah berlangsung 10 minggu dan telah menewaskan lebih dari 19.000 orang.

Selama kunjungannya ke Israel, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengungkapkan, gencatan senjata akan memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke Jalur Gaza, membantu menjamin pembebasan lebih banyak sandera, dan menggerakkan semua pihak menuju awal dari solusi politik.

London dan Berlin turut mengubah sikap mereka terhadap perang di Jalur Gaza pada Sabtu, di mana Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron dan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyerukan gencatan senjata yang berkelanjutan dan memperingatkan terlalu banyak warga sipil yang terbunuh.

Amerika Serikat (AS) telah menekan Israel selama berminggu-minggu untuk mengurangi operasi di Jalur Gaza dan memberikan rencana yang solid mengenai bagaimana perang akan berakhir dan siapa yang diharapkan mengendalikan wilayah tersebut ketika pertempuran berhenti, namun pada saat bersamaan AS tetap memberikan perlindungan militer dan diplomatik yang kuat. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin adalah orang terbaru dari sejumlah pejabat senior AS yang diperkirakan akan mengunjungi Israel pekan ini.

4 dari 4 halaman

Israel Didesak Kembali Berunding dengan Hamas

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berulang kali mengatakan kepada sekutunya di AS bahwa Israel akan berperang sampai kemenangan mutlak melawan Hamas dan para menterinya mengatakan perang dapat berlangsung beberapa bulan lagi.

Netanyahu menyampaikan pula bahwa Israel tidak akan menyetujui kemungkinan pemerintahan Palestina di Jalur Gaza.​Netanyahu memperbarui janjinya untuk membawa kembali sekitar 129 warga Israel yang masih disandera di Gaza di tengah kemarahan publik atas kesalahan militer Israel membunuh tiga sandera pada Jumat.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan penembakan terhadap tiga sandera tersebut, yang diduga melarikan diri dari penculiknya di Kota Gaza dan membawa bendera putih, melanggar aturan keterlibatan tentara dan sedang diselidiki di tingkat tertinggi.

Ratusan pengunjuk rasa dilaporkan berkumpul di luar Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv dalam protes mingguan pada Sabtu malam, menuntut dimulainya kembali perundingan yang dimediasi secara internasional untuk mengembalikan sandera dengan imbalan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Terkait hal tersebut, Direktur Badan Intelijen Israel (Mossad) David Barnea dilaporkan telah mengunjungi Qatar, mediator utama Hamas, pada akhir pekan.

Saat gencatan senjata selama seminggu pada akhir November, Hamas melepaskan 100 sandera dan sebagai imbalannya 240 perempuan dan anak-anak Palestina dibebaskan dari penjara Israel. Israel sendiri berhasil menyelamatkan satu sandera, membunuh tiga orang, dan enam sandera lainnya dikonfirmasi oleh pejabat Israel sebagai orang yang tewas dalam penawanan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.