Sukses

Cerita Jurnalis Al Jazeera Soal Getirnya Dampak Perang Rusia-Ukraina

Mengungkap realitas perang di Ukraina melalui pandangan Stephanie Vaessen, jurnalis Al Jazeera.

Liputan6.com, Jakarta - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menggelar sebuah diskusi publik bertajuk "Ukraine Behind the Scenes" pada Senin, 25 September 2023. Acara ini bertujuan untuk membuka mata publik terhadap situasi nyata yang tengah terjadi di Ukraina.

Ukraina telah menjadi fokus perhatian dunia karena parahnya situasi yang terjadi di sana, seperti yang dibongkar oleh Stephanie Vaessen, seorang jurnalis Al Jazeera yang menjadi narasumber utama dalam diskusi publik yang diadakan oleh FPCI.

Vaessen mulai bercerita tentang kehidupan yang dijalani masyarakat Ukraina saat ini. Agar para peserta diskusi bisa turut merasakan suasana yang terjadi di Ukraina, ia memutar sebuah rekaman audio sirine melalui telepon genggamnya.

"Kami mendengar ini setiap hari, menjalani hidup yang dengan serangan setiap harinya," ujarnya.

Vaessen melanjutkan bagaimana serangan dari Rusia mempengaruhi hampir seluruh sektor penting yang berjalan di Ukraina, salah satunya adalah sektor perekonomian. Masyarakat Ukraina tak dapat bekerja dengan normal dengan keadaan seperti ini.

"Banyak yang begitu kelelahan sehingga mereka enggan pergi ke tempat penampungan karena akan sulit untuk beraktivitas. Bagaimana mungkin seseorang bisa menjalani kehidupan normal saat mereka berada di tempat penampungan sepanjang hari ketika mereka harus bekerja? Perekonomian sedang berjalan, orang-orang harus bekerja," jelasnya.

Sektor pendidikan turut terkena imbasnya, Vaessen bercerita tentang bagaimana gedung universitas, asrama mahasiswa, sekolah-sekolah hancur karena terkena seranngan misil.

"Saat saya berada di Kharkiv, asrama mahasiswa diserang dan seluruh bangunan hancur. Namun, beruntungnya pada saat itu banyak siswa yang belajar secara daring dan tidak berada di lokasi. Sudah jelas serangan ini menargetkan pada masyarakat sipil, tak ada militer di dalamnya,” jelas Vaessen.

Serangkaian serangan berkelanjutan yang terus menghantam Ukraina telah membuat masyarakat setempat berharap untuk bertahan hidup dalam kondisi yang semakin sulit dan penuh ketidakpastian.

“Mereka hanya berharap bahwa keesokan paginya masih hidup,” ujar Vaessen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Realitas Kelam Kyiv Pasca Invasi Rusia, Sudut Pandang Masyarakat Ukraina

Setelah itu, Stephanie Vaessen melanjutkan ceritanya tentang kunjungannya pertama kali ke Kyiv setelah terjadinya invasi besar-besaran.

Ia memutar sebuah video yang menggambarkan keadaan saat itu dan menguraikan seberapa mengkhawatirkannya situasi di Kota Kyiv saat itu. Video yang diputar berfokus pada keadaan masyarakat, bukan pemerintah ataupun militer.

"Banyak warga yang memilih untuk tetap tinggal di kota, bersembunyi di bawah tanah stasiun metro. Keadaannya sangat mencekam. Tank-tank Rusia memenuhi seluruh Kota Kyiv, dan barisan panjang tank Rusia terlihat melintasi perbatasan menuju Kyiv," tutur Vaessen.

Vaessen juga membagikan kisah-kisah tentang kekejaman yang terjadi setelah pasukan Rusia akhirnya diusir dari Kyiv, “Ada banyak insiden kekerasan dan dugaan tindakan kejahatan perang yang mulai terungkap. Banyak nyawa melayang di sana, beberapa di antaranya tewas secara sewenang-wenang, dan kasus pemerkosaan terhadap perempuan juga terjadi.”

Stephanie memilih untuk mendekati isu ini dari perspektif masyarakat yang merasakan dampak langsung dari konflik ini. Baginya, berinteraksi secara langsung dengan warga adalah prioritas utama, karena merekalah yang paling merasakan getirnya perang ini.

3 dari 4 halaman

Krisis Kesehatan Mental, Dampak Trauma Akibat Konflik yang Mengguncang Ukraina

Dalam diskusi ini, Stephanie Vaessen turut berbicara bagaimana situasi yang terjadi di Ukraina saat ini telah mengakibatkan krisis kesehatan mental. Banyak dari masyarakat mengalami trauma yang mendalam akibat mengalami kepada kejadian-kejadian yang sangat mengerikan.

"Saya telah berkesempatan untuk mewawancarai beberapa pria yang berasal dari pabrik, di mana ratusan dari mereka telah ditahan oleh pihak Rusia. Mereka harus menyaksikan sendiri rekan-rekan mereka yang lebih muda menjadi korban. Para pria ini kemudian ditahan di Rusia sebelum akhirnya dibebaskan dan sekarang mereka sedang menjalani berbagai bentuk terapi," ungkap Vaessen.

Menurut Vaessen, masalah kesehatan mental ini tidak hanya memengaruhi segelintir individu, tetapi telah meluas dan menjadi masalah besar bagi seluruh bangsa Ukraina.

"Mereka telah menyaksikan terlalu banyak hal mengerikan, dan bahkan kita belum membahas kisah-kisah yang terjadi di terhadap masyarakat kecil, juga yang terjadi di tempat pendudukan oleh pasukan Rusia," tambahnya.

Vaessen meyakini bahwa Ukraina sedang menghadapi krisis kesehatan mental serius pada saat ini. Dampak dari tekanan konflik yang telah berlangsung selama satu setengah tahun terakhir sudah mulai terasa, meskipun masyarakat berupaya untuk tetap kuat, gejala-gejala beban ini jelas terlihat.

"“Pemberian bantuan dan dukungan dalam hal kesehatan mental di Ukraina saat ini menjadi sangat penting. Setiap tindakan atau program yang mampu membantu mengatasi krisis ini akan menjadi langkah positif menuju penyembuhan dan pemulihan mental bagi masyarakat Ukraina yang merasakan dampak berat dari konflik ini," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Dubes Ukraina: Perlu Keberanian Ungkap Krisis Kemanusiaan di Ukraina

Vasyl Hamianin, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia turut memberikan pandangannya mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi di negaranya saat ini.

"Kita berada di tengah situasi yang sangat rumit di Ukraina. Kita bertarung melawan musuh yang sangat kuat dan sangat brutal. Tidak mengenal belas kasihan, termasuk kepada wanita dan anak-anak," ungkap Dubes Vasyl Hamianin.

Dubes Vasyl Hamianin kembali mendeskripsikan suasana mencekam yang terjadi di Ukraina, “Setiap hari Anda bisa mendengar hujan rudal, setiap hari Anda dapat mendengar dan membaca berita tentang pemboman dan gangguan yang terjadi pada orang-orang di Ukraina.”

Oleh karena itu, Dubes Vasyl Hamianin menggarisbawahi bahwa keberanian sangat dibutuhkan dalam menghadapi situasi di Ukraina.

"Hal ini sangat membutuhkan keberanian. Keberanian untuk pergi ke medan perang tanpa senjata, keberanian untuk berbicara tentang apa yang dilihat, dan keberanian untuk menyampaikan semua informasi ini kepada dunia," jelasnya.

Dalam menghadapi situasi seperti yang terjadi di Ukraina, Dubes Vasyl menganggap bahwa jurnalis adalah pahlawan yang memegang peranan penting.

"Semua jurnalis, semua awak media, semua pengamat yang mengunjungi Ukraina, mereka melaporkan semua realitas yang mereka lihat, semua yang mereka alami. Itu adalah pekerjaan yang besar untuk dunia dan untuk umat manusia. Mereka adalah pahlawan," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.