Sukses

PM Narendra Modi Sebut India Ibu dari Demokrasi di Dunia, Sudah Ada Sejak Zaman Kuno

Perdana Menteri Narendra Modi pada Rabu (29/3) mengatakan India adalah ibu dari demokrasi.

Liputan6.com, New Delhi - Perdana Menteri Narendra Modi pada Rabu (29/3) mengatakan India adalah ibu dari demokrasi.

Hal ini ia kemumakan setelah mendapat gagasan tentang pemilihan pemimpin merupakan hal yang umum di India kuno, jauh sebelum negara lain di dunia melakukannya.

"India adalah ibu dari demokrasi. Gagasan tentang pemilihan pemimpin adalah ciri umum di India kuno, jauh sebelum dunia lain," kata PM Modi, dikutip dari laman Thestatesman, Minggu (4/2/2023).

Sementara itu, Narendra Modi adalah pemimpin India yang kembali dilantik untuk masa jabatan kedua sebagai perdana menteri pada Mei 2019.

Ia dilantik seminggu setelah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa dengan mudah naik kembali ke kekuasaan.

Sebanyak 8.000 orang menghadiri pelantikan Modi di istana kepresidenan India pada Kamis 30 Mei 2019, termasuk di antaranya pemimpin dari beberapa negara sahabat, seperti Bangladesh, Myanmar, dan Thailand.

Dikutip dari Al Jazeera, Modi mengucap sumpah jabatan sebagai perdana menteri sesuai dengan konstitusi India, yang diberikan oleh presiden negara itu.

Suksesnya raihan mayoritas oleh BJP, menurut para pengamat, adalah sebuah rekor sejak pemilu 1970-an, di mana sekaligus menempatkan Modi sebagai pemimpin terkuat India dalam beberapa dekade terakhir.

Setelah kampanye yang kerap dituduh polarisasi, Modi mengetwit bahwa ia bertekad "membangun India yang kuat dan inklusif".

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gunjang-ganjing Usai PM Narendra Modi Kembali Terpilih di Tahun 2019

Tiga hari setelahnya, dalam sebuah pidato akhir pekan, Modi mengatakan minoritas India "hidup dalam ketakutan" dan BJP perlu mendapatkan kepercayaan mereka.

Namun, setelah seorang pria Muslim berkopyah diserang di kota Gurugram di antara serangkaian kejahatan rasial, perbedaan antara retorika dan kenyataan, yang sering terlihat di masa lalu, kembali mengemuka kala itui.

Contoh nyatanya terlihat pada sosok Gautam Gambhir, yang mendapat reaksi keras dari partainya sendiri --BJP-- karena mengkritik insiden Gurugram.

Bagi banyak orang di BJP, terpilihnya kembali Modi sebagai perdana menteri India adalah konsolidasi lebih lanjut dari proyek negara Hindu yang eksklusif.

"Ini adalah pemenuhan mimpi," kata Praveen Shankar Kapoor, juru bicara BJP. "Itu sebabnya kami sangat senang."

Kapoor menelusuri kembali silsilah partainya, dari permulaannya pada 1950-an sebagai supremasi Hindu Jana Sangh yang terbuka, sebelum berubah menjadi Bharatiya Janata Party pada 1980.

"Bagaimanapun, kami adalah partai yang sama," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.