Sukses

Wapres Kamala Harris Melawat ke Afrika, Strategi AS Hadapi Geopolitik China-Rusia di Kawasan?

Liputan6.com, Washington D.C. - Presidensi Joe Biden telah mengirim tiga figur penting Amerika Serikat ke Afrika: Menteri Luar Negeri Anthony Blinken pada Agustus 2022, Ibu Negara Jill Biden pada awal Maret 2023, dan Wakil Presiden Kamala Harris yang akan tiba pada pengujung Maret 2023.

Serangkaian kunjungan oleh tokoh-tokoh terkemuka di pemerintahan AS ini mencerminkan meningkatnya kesadaran bahwa AS perlu memperdalam keterlibatannya dengan benua tersebut, demikian seperti dikutip dari BBC (26/3).

Ini semua datang dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dari kekuatan global lainnya, terutama China dan Rusia.

Ghana akan menjadi negara pertama yang dikunjungi Wapres Harris dalam lawatannya yang diperkirakan berlangsung selama sembilan hari. Tanzania dan Zambia juga masuk dalam daftar kunjungan.

Harris yang berdarah Afrika-Amerika setidaknya memiliki ikatan simbolis dengan Afrika. Itu akan berfungsi sebagai latar belakang untuk konsekuensi diplomatik yang akan dikejar oleh AS: merangkul negara-negara di benua itu agar semakin dekat ke Washington D.C dalam persaingan geopolitiknya dengan China dan Rusia di kawasan.

Perjalanannya, menurut sebuah pernyataan resmi, dimaksudkan untuk "membangun" KTT AS-Afrika bulan Desember di Washington di mana Presiden Joe Biden mengatakan AS "bersedia untuk masa depan Afrika".

Tetapi masa depan itu, didorong oleh populasi yang muda dan terus bertambah serta sumber daya alam benua yang sangat besar, yang telah menarik banyak negara kuat lainnya yang bersaing untuk mendapatkan pengaruh.

Sementara kunjungan Menteri Luar Negeri Anthony Blinken baru-baru ini ke Ethiopia dan Niger berfokus pada tantangan keamanan negara-negara ini, tur wakil presiden akan membawanya ke negara-negara yang menghadapi masalah ekonomi serius.

Dan hal yang AS tak inginkan terjadi adalah, Afrika yang dalam kondisi sulit semakin memperdalam hubungan perekonomiannya dengan China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Simak video pilihan berikut:

3 dari 5 halaman

Afrika dan Bantuan China

Ghana dan China, misalnya.

Perekonomian Ghana yang pernah berkembang pesat sedang mengalami krisis keuangan tersulit dalam beberapa dekade .

Namun negara itu tengah berusaha merestrukturisasi utangnya di tengah lonjakan inflasi lebih dari 50%. Mereka meminta bantuan restrukturisasi utang kepada China.

Menteri Keuangan Ken Ofori-Atta baru saja berada di Beijing memimpin negosiasi dengan pemerintah Tiongkok.

"Sejauh ini, pertemuan yang sangat positif dan menggembirakan di China," cuit menteri keuangan saat dia menyatakan optimisme bahwa Ghana akan mengamankan jaminan eksternal "segera" dari China.

Semudah itu mendapatkan bantuan dari Beijing, ketika sebuah negara memerlukan berbagai jenis jaminan untuk menerima dukungan keuangan dari Dana Moneter Internasional atau IMF.

Zambia pun dalam kondisi serupa. Negara kaya tembaga itu tengah mengalami kegagalan membayar utang saat pandemi COVID-19 melanda. Mereka kini dalam diskusi panjang dengan China untuk merestrukturisasi utang dan juga mencari dukungan keuangan dari IMF.

Soal bantuan infrastruktur pun, Tiongkok telah menempatkan kehadirannya di Afrika.

Bandara Internasional Kenneth Kaunda Zambia yang baru direnovasi --dan tempat di mana Harris akan mendarat-- mendapatkan pembiayaan dan pengerjaan proyek konstruksi dari China.

Iring-iringan mobil wakil presiden kemungkinan besar akan melewati jalan-jalan yang juga dibiayai oleh pinjaman China dan melewati gedung-gedung dengan iklan China.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan bahwa restrukturisasi utang Zambia mengancam kemajuan mereka karena China memegang sekitar $6 miliar dari $17 miliar utang luar negeri negara itu.

Washington D.C. tak ingin Afrika menebalkan hubungannya dengan Beijing.

Namun, masih tidak jelas bantuan apa yang bisa ditawarkan oleh Wapres Harris. Setidaknya, D.C berusaha menyamakan level permainan dengan menunjukkan perhatian mereka terhadap Afrika.

Kantor berita Reuters mengutip seorang pejabat senior AS yang mengatakan bahwa Wapres Harris "akan membahas cara terbaik bagi masyarakat internasional untuk mengatasi tantangan utang yang dihadapi oleh Ghana dan Zambia".

4 dari 5 halaman

Menjadikan China sebagai Alasan Akan Menyulitkan AS Mendekat ke Afrika

Misi profil tinggi itu akan menempatkan wakil presiden pada tali diplomatik yang ketat.

Wapres Harris dihadapkan pada posisi untuk menunjukkan kepada negara-negara Afrika bahwa AS menginginkan kolaborasi sejati untuk memperkuat potensi benua itu dan untuk menghindari menjebak negara-negara Afrika sebagai pion dalam strategi geopolitik Amerika Serikat yang lebih besar --kata para ahli.

"Bahayanya adalah kami pergi ke sana, dan kami berkata, 'kami ingin berbicara dengan Anda tentang China,'" kata Mark Green, presiden lembaga pemikir Wilson Center dan mantan duta besar AS untuk Tanzania.

"Akan sangat sulit untuk menyalahkan orang Afrika, jika mereka tidak mendengarnya dan berkata, 'aha, ini bukan tentang kami, ini tentang China.'"

Tetapi masalah China dan pengaruhnya akan menggantung di latar belakang hampir semua keterlibatan Harris yang diawasi ketat ketika para pejabat berusaha untuk menegaskan kembali kepemimpinan AS di negara-negara Afrika untuk melawan investasi saingan yang telah menempatkan AS di belakang.

5 dari 5 halaman

AS Teman --seperti China dan Rusia

Di tengah persaingan dan kompetisi geopolitik yang terjadi di seluruh dunia --baik yang disebabkan oleh AS, China, dan Rusia-- ada sentimen yang berkembang di Afrika bahwa negara-negara di benua itu harus memiliki pilihan bebas dalam hubungannya dengan seluruh dunia.

"Zambia melihat Amerika Serikat dengan cara yang sama seperti melihat China dan Rusia - seorang teman," kata Dr Sishuwa kepada BBC.

"Ketika sebuah negara berpaling ke China, atau Rusia, atau AS untuk mendapatkan dukungan, ini tidak boleh dilihat sebagai melecehkan satu blok kekuatan besar atau lainnya."

Dia mengatakan upaya untuk mencari hubungan eksklusif dengan negara-negara Afrika mungkin kontraproduktif dan tidak berkelanjutan.

Ini menggemakan komentar Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa selama kunjungan ke Washington tahun lalu ketika dia berkata: "Kita tidak boleh didikte oleh siapa pun tentang kepada dan dengan siapa kita ingin bergaul."

China memiliki kebijakan non-campur tangan dalam urusan politik internal negara - sesuatu yang telah memuluskan keterlibatannya dengan para pemimpin otokratis.

Dan kehadiran pasukan terafiliasi Rusia di negara-negara Afrika yang baru-baru ini mengalami kudeta - Burkina Faso dan Mali - telah menyebabkan memburuknya hubungan antara mereka dan Barat, terutama Prancis , bekas kekuatan kolonial yang mempertahankan hubungan dekat dengan kedua negara.

Invasi Rusia ke Ukraina tidak diragukan lagi memberi negara-negara Barat rasa urgensi tambahan untuk memenangkan lebih banyak negara Afrika. Suara PBB untuk mengutuk Rusia memecah belah negara-negara Afrika yang menyumbang setengah dari semua negara yang abstain, termasuk Tanzania yang juga termasuk dalam rencana perjalanan Wapres Harris.

Seorang pejabat senior administrasi mengatakan AS telah memperjelas bahwa, "hubungan kami dengan Afrika tidak dapat dan tidak boleh dan tidak akan ditentukan oleh persaingan dengan China."

"Kami tidak meminta mitra kami untuk memilih," tambah pejabat itu. "Kami ingin memperluas opsi Afrika, bukan membatasinya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.