Sukses

Argentina Laporkan Kematian Pertama Akibat Cacar Monyet

Argentina mencatat kematian pertamanya akibat cacar monyet.

Liputan6.com, Buenos Aires - Argentina mencatat kematian pertamanya akibat cacar monyet. Pria dewasa dengan patologi dilaporkan meninggal dunia oleh Kementerian Kesehatan pada Senin kemarin.

Dalam sebuah buletin, kementerian kesehatan mengatakan bahwa pria berusia 44 tahun itu "telah menjalani perawatan intensif dengan ventilator sejak 9 Oktober."

Dikutip dari Xinhua, Selasa (29/11/2022), pihak otoritas juga menambahkan bahwa ia memiliki faktor risiko positif HIV/AIDS.

Hingga 22 November, negara yang terletak di Amerika Selatan itu telah mengakumulasi 895 kasus cacar monyet, peningkatan mingguan sebesar 3,46 persen, menurut data resmi.

Lebih dari 66,4 persen kasus yang dikonfirmasi terdaftar di kota Buenos Aires kemudia Cordoba, menyumbang 94,9 persen infeksi nasional, tulis buletin tersebut.

Sementara itu, infeksi telah tercatat di 15 dari 24 provinsi sejak kasus pertama terdeteksi pada 27 Mei, sedangkan usia rata-rata kasus yang dilaporkan adalah 35 tahun, dengan rentang usia 10 hingga 78 tahun.

Kementerian Kesehatan Argentina membentuk tim kerja untuk pengawasan dan rekomendasi khusus untuk tim kesehatan dan populasi setelah kasus pertama penyakit di negara non-endemik itu dilaporkan.

WHO Bakal Ubah Nama Virus Cacar Monyet dari Monkeypox Jadi Mpox

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin 28 November 2022 merekomendasikan agar nama virus cacar monyet (monkeypox) diganti menjadi "mpox". Rekomendasi tersebut dilakukan untuk menghindari stereotipe dan stigmatisasi yang rasis. 

"Kedua nama itu, baik mpox maupun monkeypox, akan digunakan secara bersamaan selama satu tahun, sementara nama monkeypox nantinya akan dihapus secara bertahap," kata WHO dalam sebuah rilis pers seperti dikutip dari Xinhua.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alasan Pengusulan

Perubahan itu dibuat setelah sejumlah individu dan negara menyampaikan keresahan mereka dalam beberapa pertemuan dan meminta WHO untuk mengusulkan sebuah cara guna mengubah nama itu ke depannya.

Periode transisi selama satu tahun itu berfungsi untuk mengurangi kekhawatiran para pakar terkait kebingungan yang ditimbulkan oleh perubahan nama di tengah merebaknya wabah secara global. Ini juga bertujuan untuk memberikan waktu dalam penyelesaian proses pembaruan Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases/ICD) dan membarui publikasi WHO.

Sudah menjadi tanggung jawab WHO untuk menetapkan nama penyakit baru dan yang sudah ada melalui proses konsultatif, yang melibatkan negara-negara anggota WHO.

Konsultasi terkait penamaan cacar monyet telah melibatkan para perwakilan dari otoritas pemerintah di 45 negara berbeda, urai WHO.

 

3 dari 4 halaman

Kasus Cacar Monyet Tembus 81.107

Menurut WHO, hingga Sabtu 26 November, sebanyak 110 negara anggota telah melaporkan 81.107 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi oleh laboratorium dan 1.526 kasus dugaan, termasuk 55 kematian.

Mayoritas kasus yang dilaporkan dalam empat pekan terakhir berasal dari kawasan Benua Amerika (92,3 persen) dan Benua Eropa (5,8 persen).

Jumlah kasus baru mingguan yang dilaporkan secara global mengalami penurunan sebesar 46,1 persen pada periode 21-27 November.

4 dari 4 halaman

TRUMP-22 Jadi Salah Satu yang Diajukan ke WHO untuk Nama Baru Cacar Monyet

Wacana penggantian nama monkeypox atau cacar monyet telah digaungkan oleh WHO sebelumnya. Organisasi Kesehatan Dunia itu pun meminta masukan publik untuk nama baru virus tersebut.

Seringkali nama penyakit dipilih secara tertutup oleh komite teknis, tetapi WHO kali ini memutuskan untuk membuka prosesnya kepada publik.

Puluhan usulan yang diajukan lewat internet dikirim oleh sejumlah pihak, termasuk akademisi, dokter, dan aktivis komunitas gay.

Usulan nama baru untuk cacar monyet sangat beragam, mulai dari nama yang teknis seperti OPOXID-22, yang diajukan oleh dokter Harvard Medical School Jeremy Faust, hingga Poxy McPoxface, yang diajukan oleh Andrew Yi merujuk pada Boaty McBoatface, nama pilihan publik untuk kapal penelitian kutub buatan Inggris.

Mengutip ABC Australia, Minggu (21/8/2022), ada tiga usulan yang dikirim sejauh ini ke WHO. Di antaranya Poxy McPoxface, TRUMP-22 atau Mpox.

Kenapa WHO Minta Pendapat Publik?

Perubahan nama ini adalah tanggapan dari WHO setelah menerima tekanan dan kritikan bahwa monyet bukanlah hewan inang asli dalam wabah ini.

Mereka juga khawatir nama tersebut dapat digunakan dengan cara yang rasis.

Sekelompok ilmuwan terkemuka menulis sebuah makalah pada bulan Juni menyerukan nama yang "netral, non-diskriminatif dan non-stigmatisasi.”

Sampai tahun ini, cacar monyet hanya menyebar di sekelompok negara di Afrika barat dan tengah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.