Sukses

Kepala IAEA: Program Nuklir Iran Berkembang Pesat

Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengakui bahwa program nuklir Teheran yang ada saat ini sangat berbeda dari program pada tahun 2015

Liputan6.com, Teheran - Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada Selasa (2/8), mengatakan program nuklir Iran “sedang tumbuh, baik dari segi ambisi maupun kapasitas.” Ia mengatakan lembaga yang dipimpinnya membutuhkan akses penuh untuk memverifikasi semua aspek terkait perkembangan tersebut.

Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengakui bahwa program nuklir Teheran yang ada saat ini sangat berbeda dari program pada tahun 2015, ketika perjanjian untuk mengandalikan program nuklir bersama sejumlah negara besar tercapai. Dia mengatakan bahwa semua pihak, termasuk Iran, menyadari hal itu.

“Mereka (Iran) mengatakan telah melangkah maju dan membuat pencapaian yang hebat serta program mereka bergerak maju sangat cepat. Tidak hanya maju, tetapi (program mereka) juga berkembang secara menyeluruh,” demikian kata Grossi kepada reporter di sela-sela konferensi kajian NPT di markas besar PBB.

“Program ini semakin bertambah luas, baik dalam hal ambisi, maupun kapasitas. Hal itu tidak berarti bahwa kita bisa memverifikasinya,” ditambahkan Grossi. “Tetapi jelas, kita perlu tingkat akses yang sesuai dengan ciri-ciri program itu.”

Ia mengatakan Iran kini punya lebih banyak fasilitas dan teknologi baru. Grossi menambahkan bahwa ia juga diberitahu bahwa Teheran kini sedang mempersiapkan unit-unit sentrifugal uranium baru, yang digunakan untuk memperkaya uranium.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menlu Iran: Kesepakatan Nuklir Akan Tercapai Jika AS Realistis

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada hari Senin mendesak Amerika Serikat untuk menjadi "realistis" untuk membantu mencapai kesepakatan dalam pembicaraan Wina yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

Diplomat Iran mengatakan dalam sebuah tweet bahwa "tuntutan berlebihan" dari Amerika Serikat dapat menyebabkan jeda dalam negosiasi Wina karena Iran "tidak akan pernah menyerah" pada tuntutan tersebut.

Amir-Abdollahian juga menunjukkan bahwa "kesepakatan dapat dicapai jika Amerika Serikat realistis."

Sebelumnya pada hari itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas penundaan pembicaraan di Wina.

Iran menandatangani JCPOA dengan kekuatan dunia pada Juli 2015. Namun, mantan Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian pada Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi sepihak terhadap Teheran, mendorong republik Islam itu untuk mengurangi beberapa komitmen nuklirnya di bawah kesepakatan sebagai pembalasan.

3 dari 4 halaman

AS Yakin Kesepakatan Nuklir dengan Iran Akan Tercapai

Washington mengatakan, pada Rabu (16/3), bahwa pihaknya “sudah hampir mencapai” kesepakatan dengan Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian tahun 2015 yang memungkinkan negara-negara Barat melonggarkan sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Teheran.

Hal itu merupakan tanda kemajuan terbaru menyusul kebuntuan yang berkepanjangan yang selama ini terjadi.

Berhari-hari setelah Rusia memyampaikan tuntutan yang tampaknya akan membahayakan pembicaraan di Wina mengenai pemulihan perjanjian tersebut, Sinyal positif terlihat pada minggu ini yang menandakan bahwa kesepakatan nuklir akhirnya dapat tercapai.

Kesepakatan tersebut termasuk pembebasan dua warga negara Inggris keturunan Iran pada Rabu (16/3) setelah sebelumnya ditahan selama bertahun-tahun di Iran, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (18/3/2022).

Selain itu, beberapa masalah yang masih harus diselesaikan sebagai bagian dari menghidupkan kembali perjanjian tahun 2015 itu, kini telah menyempit menjadi hanya dua.

4 dari 4 halaman

Upaya Negosiasi

Negosiasi dimulai pada April lalu antara Inggris, China, Prancis, Jerman, Iran dan Rusia, dengan Amerika Serikat yang menjadi pihak yang tidak langsung terlibat dalam negosiasi.

“Kami hampir mencapai kesepakatan, tapi kami belum sampai di sana,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price. “Kami pikir masalah yang tersisa dapat dijembatani,” tambahnya.

Berbicara kepada para wartawan, Price menolak untuk mengkonfirmasi klaim Teheran bahwa hanya ada dua masalah akhir yang harus diselesaikan, turun dari sebelumnya empat masalah, sebelum negara itu setuju untuk memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) enam pihak yang bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.