Sukses

Taliban Begitu Cepat Kuasai Wilayah Afganistan, AS Prihatin

Juru bicara Pentagon menyampaikan bahwa AS turut prihatin dengan kemajuan Taliban merebut wilayah di Afganistan.

Liputan6.com, Jakarta - Juru bicara Pentagon, John Kirby, pada Minggu 11 Juli 2021 mengatakan bahwa Amerika Serikat "menyaksikan dengan keprihatinan mendalam" ketika para pemberontak Taliban yang merebut semakin banyak wilayah di Afganistan.

Peristiwa itu terjadi ketika pasukan AS dengan cepat kembali ke negara mereka sesuai perintah Presiden Joe Biden.

"Inilah saatnya bagi pasukan pemerintah Afganistan untuk maju dan membela negara mereka," ujar Kirby dalam acara Fox News Sunday," seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (12/7/2021).

"Ini saat untuk mengambil tanggung jawab," pungkas Kirby.

Selama hampir dua dekade, AS telah memasok Afganistan dengan persenjataan bernilai miliaran dolar untuk mempertahankan diri. 

Tetapi, dengan adanya perintah penarikan mundur pasukan AS dari Afganistan selambat-lambatnya pada 31 Agustus maka kendali atas negara itu semakin tidak pasti.

Pemberontak Taliban mengatakan mereka telah menguasai 85% wilayah Afganistan, namun klaim tersebut dibantah.

Namun Kirby tidak membantah evaluasi Fox News bahwa 13 juta warga Afganistan hidup di bawah kendali Taliban, 10 juta di bawah pemerintahan Afganistan dan sembilan juta lainnya di wilayah-wilayah yang kini diperebutkan.

AS pertama kali menginvasi Afganistan pada tahun 2001, dengan menyerbu pangkalan-pangkalan di mana teroris Al Qaeda berlatih untuk membajak pesawat-pesawat penumpang dan menyerang World Trade Center di New York dan Pentagon di Ibu Kota Washington D.C, yang menewaskan hampir 3.000 orang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hampir Semua Pasukan AS-NATO Sudah Tinggalkan Afganistan

Meski pasukan Amerika telah mundur, Kirby menyampaikan, bahwa AS masih dapat memberi nasehat kepada pasukan Afganistan dari pangkalan-pangkalan di negara lain.

Di sisi lain, hampir semua pasukan AS dan NATO sudah meninggalkan Afganistan.

Seluruh personel militer itu akan pulang selambat-lambatnya pada akhir Agustus mendatang.

Pekan lalu, Presiden Joe Biden membela keputusan menarik pasukan AS, meskipun di tengah kemajuan cepat Taliban merebut wilayah-wilayah di Afganistan.

Di Gedung Putih, Biden menuturkan, "Kita tidak berangkat ke Afganistan untuk membangun negara itu".

"Merupakan hak dan kewajiban warga Afganistan sendiri untuk memutuskan masa depan mereka dan bagaimana mereka ingin mengelola negara mereka," pungkasnya.

Biden menggambarkan penarikan mundur pasukan itu sebagai proses yang "berjalan aman dan teratur."

3 dari 3 halaman

Infografis 7 Tips Cegah Klaster Keluarga COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.