Sukses

WHO Imbau Negara Maju Tunda Vaksinasi COVID-19 Anak, Alihkan ke Negara Miskin

Negara-negara yang lebih kaya harus menunda rencana untuk memberikan vaksin COVID-19 kepada anak-anak dan remaja dan sebaliknya menyumbangkan pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah, kata WHO.

Liputan6.com, Jenewa - Negara-negara yang lebih kaya harus menunda rencana untuk memberikan vaksin COVID-19 kepada anak-anak dan remaja dan sebaliknya menyumbangkan pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Jumat 15 Mei 2021 mendesak negara-negara untuk memasok lebih banyak vaksin ke skema akses urunan vaksin global.

Hal itu disampaikannya ketika situasi istribusi vaksin COVID-19 internasional masih sangat tidak merata.

Sejak vaksin pertama disetujui pada bulan Desember, negara-negara yang lebih kaya telah membeli sebagian besar pasokan.

Banyak yang berlomba untuk memvaksinasi sebanyak mungkin populasi mereka.

Berbicara pada konferensi virtual di Jenewa pada hari Jumat, Dr Tedros WHO mengatakan dia mengerti mengapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja, tetapi mengatakan "saat ini, saya mendesak mereka untuk mempertimbangkan kembali".

"Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, pasokan vaksin COVID-19 belum cukup bahkan untuk bahkan imunisasi petugas kesehatan, dan rumah sakit sedang dibanjiri oleh orang-orang yang membutuhkan perawatan penyelamatan jiwa segera," katanya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (16/5/2021).

Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden menetapkan rencana untuk memulai vaksinasi virus corona untuk anak berusia 12 hingga 15 tahun sesegera mungkin. Dia juga mengatakan dia berharap bahwa 70% orang dewasa AS akan menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 pada 4 Juli, ketika keluarga Amerika diperkirakan akan berkumpul untuk menandai Hari Kemerdekaan.

Sementara itu, Kanada telah mengesahkan penggunaan vaksin virus corona Pfizer untuk anak-anak berusia antara 12 dan 15 tahun. Provinsi Alberta, yang memiliki tingkat virus tertinggi di negara ini, sudah mulai menawarkan suntikan kepada warga di atas usia 12 tahun.

Di Swiss, beberapa tempat mulai menawarkan janji vaksinasi COVID-19 kepada anak berusia 16 tahun pekan lalu.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS dan China Terdepan dalam Program Vaksinasi

Sejauh ini, AS dan China telah memberikan jumlah dosis vaksin tertinggi secara keseluruhan, dengan India di tempat ketiga. Tetapi sementara hampir seluruh Eropa dan Amerika telah memulai kampanye vaksinasi, beberapa negara di Afrika masih harus memulai.

Skema Covax dikembangkan dengan tujuan untuk memvaksinasi 20% populasi pertama di 92 negara miskin yang mendaftar, dimulai dengan petugas kesehatan.

Skema ini dipimpin bersama oleh WHO, Aliansi Vaksin Global (Gavi) dan Koalisi inovasi kesiapsiagaan Epidemi (Cepi), dengan dana anak-anak PBB, Unicef, sebagai mitra implementasi utama.

Selama konferensi Jumat, Dr Tedros juga memperingatkan bahwa tahun kedua pandemi kemungkinan akan lebih mematikan daripada yang pertama, dan bahwa situasi di India menjadi perhatian besar.

Di India, banyak petugas kesehatan di garis depan yang menangani pasien coronavirus belum divaksinasi, dan beberapa sedang sekarat. Kekurangan dosis yang parah datang di tengah gelombang COVID-19 kedua yang mematikan dan peringatan gelombang ketiga yang akan datang.

WHO mengatakan ini adalah bencana moral, yang bisa sangat berdampak pada lebih banyak negara berpenghasilan rendah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.