Sukses

UNICEF: 1,1 Miliar Dosis Vaksin COVID-19 Disiapkan untuk Negara Miskin

UNICEF, Aliansi Vaksin (GAVI); Center for Epidemics Preparedness Innovations (CEPI) dan lembaga lain untuk memastikan vaksin didistribusikan ke negara-negara termiskin di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - UNICEF mengumumkan kesepakatan dengan Serum Institute of India untuk memproduksi 1,1 miliar dosis vaksin buatan AstraZeneca/Oxford dan Novavax dengan biaya $ 3 atau Rp 42.126 per dosis.

"Ini, tentu saja, hanya tahap awal dari vaksin COVAX. Lebih banyak lagi akan menyusul. Kami akan terus mengupayakan perjanjian mengenai pasokan ini untuk memenuhi kebutuhan persyaratan vaksin COVAX untuk paruh pertama 2021," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore dalam sebuah pernyataan, Rabu (3/2).

COVAX merupakan kemitraan yang dikoordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO); Aliansi Vaksin (GAVI); Center for Epidemics Preparedness Innovations (CEPI) dan lembaga lain untuk memastikan vaksin didistribusikan ke negara-negara termiskin di dunia.

"Untuk negara-negara yang sudah memulai program vaksinasi, dan yang belum memulai, informasi itu menandai adanya harapan pada jalan berliku untuk keluar dari pandemi yang tidak akan benar-benar berakhir sampai semuanya berakhir untuk kita semua," kata Fore.

COVAX berencana mendistribusikan 100 juta dosis sampai akhir Maret dan 200 juta lagi sampai Juli mendatang.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Vaksin AstraZeneca

Studi terbaru dari Universitas Oxford menemukan indikasi bahwa vaksin AstraZeneca bisa mengurangi penularan COVID-19 dan memberikan perlindungan kuat selama tiga bulan. Hal itu bisa dicapai dengan satu dosis saja.

Dilansir AP News, Kamis (4/2/2021), umumnya vaksin COVID-19 butuh dua dosis. Pemerintah Inggris menunda pemberian dosis kedua hingga 12 minggu agar lebih banyak orang dapat segera mendapat dosis pertama.

Penelitian Oxford ini bisa membenarkan strategi kontroversial dari pemerintah Inggris itu.

Di Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci juga mendapat tuduhan sengaja menunda pemberian dosis kedua. Dr. Fauci berkata akan mengikuti sains. Vaksin Pfizer dan Moderna diberikan dengan jarak tiga sampai empat minggu.

Sebelumnya belum jelas apakah vaksinasi juga dapat menghentikan penularan virus, yaitu apakah orang yang sudah divaksin bisa tertap tertular, namun tidak jatuh sakit, tapi masih bisa menularkan COVID-19.

Vaksin AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer memiliki kemanjuran antara 70 persen hingga 95 persen. Meski demikian, pakar kesehatan tetap mengimbau supaya warga tetap memakai masker dan menjaga jarak walau telah divaksin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.