Sukses

Erdogan Ajak Boikot Prancis, Tapi Terkuak Istrinya Punya Tas Hermes Rp 700 Juta

Ibu Negara Turki Emine Erdoğan punya tas Hermes dengan harga fantastis. Hal itu terkuak saat sang suami tengah gencar mengajak boikot barang Prancis.

Liputan6.com, Paris - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengajak agar ada boikot produk-produk Prancis. Ajakan itu dibuat karena kontroversi kartun Nabi Muhammad di Prancis.

Terkait kartun tersebut, pemerintah Prancis berkata menolak ujaran kebencian, namun tetap melindungi hak kebebasan berpendapat.

"Jangan memuji barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya," ujarnya seperti dilansir Hurriyet Daily News, Selasa 27 Oktober 2020.

Namun, terkuak bahwa istri Erdogan, Emine Erdogan, ternyata menggemari barang Prancis, yakni tas mewah Hermes. Harganya pun melewati setengah miliar rupiah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hermes Milik Istri Erdogan

Tas Hermes milik Emine Erdogan terpantau media saat wanita itu berkunjung ke Jepang pada 2019.

Netizen yang penasaran langsung mencari harga tas berwarna hitam yang dibawa Emine Erdogan.

Harganya ternyata nyaris US$ 50 ribu (sekitar Rp 700 juta). Tas itu adalah edisi terbatas.

Ahval News menyebut harga tas tersebut setara gaji tahunan 11 orang yang memiliki gaji minimum di Turki.

Harga tas itu dikritik karena kondisi ekonomi Turki yang sedang menurun. Pada 2019, pertumbuhan ekonomi Turki hanya 0,9 persen.

3 dari 3 halaman

Prancis Dibela Pemimpin Eropa

Negara-negara Uni Eropa kompak mendukung Prancis. Mereka juga mengkritik hinaan Presiden Erdogan kepada Macron.

"Kami berdiri di sisi Prancis setelah terjadinya serangan teroris yang membunuh Samuel Paty," ujar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen via Twitter. 

High Representative of the EU for Foreign Affairs and Security Policy, Joseph Borrell Fontelles, turut menyesalkan ucapan Presiden Erdogan. Ia pun mengingatkan Turki bakal makin terisolasi jika tidak berdiplomasi secara positif.  

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas juga menyebut ucapan Erdogan tak bisa diterima. Jerman berkata akan terus mendukung Prancis melawan aliran Islam yang ekstremis.

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte berkata ucapan Presiden Erdogan tidak membantu situasi. 

"Hinaan personal tidak membantu agenda positif yang ingin Uni Eropa bangun dengan Turki," ujar Conte seperti dikutip Politico. "Solidaritas penuh dengan Presiden Emmanuel Macron."

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte juga mengatakan bahwa Belanda "berdiri teguh dengan Prancis dan untuk nilai-nilai kolektif Uni Eropa."

(US$ 1 = Rp 14.650)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.