Sukses

8 Fakta Unik Tentang Kentut yang Perlu Diketahui

Disembunyikan atau tidak, kentut adalah proses alamiah. Tapi meskipun itu suatu hal yang rutin, ada fakta yang belum diketahui semua orang. Peneliti menemukan hal menarik tentang bakteri yang memproduksi gas dalam usus.

Jakarta - Kentut atau yang dalam bahasa medis dikenal sebagai 'flatuensi' adalah keluarnya gas melalui anus akibat akumulasi gas dari dalam perut, yang terutama datang dari usus besar.

Kentut merupakan hal yang normal dialami setiap orang. Kentut 10 kali dalam sehari merupakan gambaran tubuh sehat. 

"Sistem pencernaan adalah cara tubuh untuk menyerap nutrisi, yang penting dalam bertahan hidup. Sistem itu juga merupakan salah satu perisai tubuh dari penyakit dan rumah bagi triliunan bakteri baik," kata ahli gastroenterologi Columbia University Medical Center, Amerika Serikat, Shilpa Ravella.

Berikut adalah fakta-fakta seputar 'buang gas' yang telah dirangkum oleh DW Indonesia, Rabu (15/1/2010):

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1. Kentut 10-20 Kali

Kentut adalah hasil kerja bakteri yang hidup di dalam usus, kata Purna Kashyap dari Mayo Clinic yang meneliti mikrobiom. Kita mengonsumsi banyak karbohidrat, tetapi tubuh tidak punya enzim yang diperlukan untuk mengolahnya. Akhirnya karbohidrat sampai di usus, dimana mikroba menghancurkan dan mengambil energi lewat proses fermentasi. Dari proses tersebut timbullah gas.

2. 99% gas yang diproduksi tubuh tidak bau

99% gas yang diproduksi di usus terdiri dari hidrogen, karbondioksida, dan metana. Ini semua tidak berbau, oleh sebab itu sebagian besar kentut tidak tercium sama sekali. Sementara 1% yang berbau diakibatkan oleh kandungan sulfur. Makanan yang mengandung sulfur antara lain kacang-kacangan, bawang, kembang kol, brokoli, dan produk-produk susu.

3. Permen karet dan soda sebabkan kentut

Selain diakibatkan bakteri, sejumlah gas terbentuk dari udara yang dihirup. Gas ini tidak berbau, sebagian besar terdiri dari nitrogen dan oksigen, tetapi jika kentut suara yang keluar tetap sama. Udara masuk ke tubuh terutama ketika kita sedang tidur, tetapi ini juga bisa bertambah jika kita mengonsumsi minuman bersoda dan mengunyah permen karet.

4. Hasil proses sehat dan kompleks di usus

Masyarakat modern menilai kentut hal yang negatif. Padahal ini adalah hasil kerja ekosistem bakteri di dalam usus. Selain itu, kita juga dapat keuntungan. Ilmuwan masih berusaha mengungkap semua peran mikrobiom dalam sistem pencernaan. Tapi sudah diketahui juga, bahwa bakteri yang memproduksi gas juga membentuk vitamin dan asam lemak yang menjaga kesehatan lapisan usus, dan mendukung kekebalan tubuh.

3 dari 3 halaman

5. Tidak terganggu kentut sendiri

Penyebabnya, kita terbiasa dengan bau kentut sendiri. Seperti halnya kita mencium bau tertentu jika masuk rumah orang lain, tetapi tidak mencium apapun di rumah sendiri. Bau yang disebabkan bakteri di usus berbeda sedikit dari satu orang ke orang lainnya. Oleh sebab itu, bau kentut kita mengganggu orang lain, tapi tidak mengganggu diri kita sendiri. 

6.Kentut bisa sulut api

Karena kentut sebagian besar mengandung gas-gas yang bisa terbakar, seperti metana dan hidrogen, kentut bisa menyulut api. Tapi sebaiknya tidak dicoba, karena bisa berbahaya.

7. Kentut tidak bisa hilang dengan sendirinya

Kadang, setelah kentut ditahan karena ingin sopan, kita merasa kentut hilang dengan sendirinya. Tetapi ini tidak mungkin. Kita hanya berhenti memperhatikannya, oleh sebab itu tidak sadar jika kentut keluar secara perlahan. Secara fisika kentut mudah dijelaskan: kentut adalah gelembung gas, harus keluar dan jalan keluarnya hanya ada satu.

8. Tidak baik membuat bakteri di usus kelaparan

Bagi banyak orang, kentut tidak perlu dibatasi. Jumlah yang diproduksi tunjukkan keseimbangan bakteri yang baik dan makanan yang dikonsumsi. Jika tidak mengalami gangguan atau merasa sakit, sebaiknya proses itu tidak diganggu. Jadi kita tidak perlu berusaha mengurangi bakteri di usus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.