Sukses

11-6-1962: Misteri 3 Bandit yang Kabur dari Penjara Angker Alcatraz

Pada masa lalu, Alcatraz adalah penjara dengan reputasi angker dan ketat di Amerika Serikat. Konon, ada tiga napi yang berhasil kabur.

Liputan6.com, Washington DC - Pada masa lalu, Alcatraz adalah penjara dengan reputasi angker di Amerika Serikat. Pulau berjuluk 'The Rock' atau 'America’s Devil Island' itu jadi kerangkeng para bandit kelas kakap, termasuk gangster asal Chicago, Al Capone.

Sama sekali tak ada kemewahan di sana. Para narapidana menempati sel sempit, beberapa berukuran 1,5 x 2,7 meter, termasuk toilet dan wastafel. Aturan diam diberlakukan. Penghuni bisa bercakap-cakap selama makan dan waktu rekreasi. Selain itu, mereka dilarang ngomong apapun.

Legenda menyebut, mustahil kabur dari Alcatraz. Selain dijaga ketat, perairan yang mengelilingi pulau karang itu dingin lagi berbahaya.

Namun, sejarah mencatat, setidaknya ada tiga narapidana yang lolos dari sana. Mereka adalah Clarence Anglin, John Anglin, dan Frank Lee Morris. 

Anglin bersaudara terjebak di dunia hitam. Profesi mereka: perampok. Seperti dikutip dari Listverse, selama beraksi, kakak beradik itu berusaha untuk tidak melukai siapa pun.

Mereka merampok tempat bisnis pada jam tutup, menjarah bank dengan bersenjatakan pistol mainan. Perampokan di Columbia Savings Bank, Alabama menggiring mereka ke Alcatraz.

Berkomplot dengan sesama narapidana bernama Frank Morris, Anglin bersaudara berencana kabur dari Alcatraz.

Frank Morris adalah residivis yang terlibat kasus kepemilikan narkoba hingga perampokan bersenjata. 

Plot kabur telah dirancang sembilan bulan sebelumnya. Tiap malam, selama lima bulan, mereka melubangi dinding belakang sel mereka, menggunakan potongan pisau gergaji dan sendok logam yang diselundupkan dari kantin.

Secuil demi secuil dinding tua itu dibobol, mulai pukul 17.30, ketika mereka kembali ke sel hingga pukul 21.00, sebelum lampu dimatikan. Ketiganya menggunakan kedok ventilasi palsu untuk menyembunyikan aksi mereka dari pengawasan para penjaga.

Ketiga bandit itu juga mencuri 50 mantel hujan, yang disatukan dengan panas dari pipa uap yang mengalir di bawah sel. Untuk dijadikan semacam rakit. Mereka berencana mendayung ke Angel Island yang berada di dekat Alcatraz, mencuri perahu, dan lalu mobil untuk kabur.

Untuk menipu para penjaga yang memeriksa sel para narapidana tiap malam, komplotan itu membuat kepala palsu berbahan sabun, kertas toilet, dan campuran semen, yang kemudian dicat dan ditempeli rambut yang diambil dari tukang cukur di Alcatraz.

Pada 11 Juni 1962 malam, ketiganya merangkak lewat terowongan sempit di bagian belakang sel mereka, mengumpulkan potongan rakit, membawanya ke atas, memanjat tembok, lalu masuk ke teluk.

Ketika para penjaga menemukan boneka samaran di bawah selimut para narapidana yang kabur, mereka mengira ketiganya tak mungkin selamat.

Suhu air di sekeliling Alcatraz kala itu 12 derajat Celcius, dengan kecepatan gelombang 13 km/jam. Potongan rakit mereka ditemukan di teluk, sementara tak ada perahu atau mobil yang dilaporkan dicuri. Mungkin ketiganya tenggelam. Yang jelas, mereka raib tanpa jejak.

Nasib ketiga narapidana yang kabur dari Alcatraz terus jadi misteri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Surat Misterius Eks Napi Alcatraz

Meski tak diketahui keberadaannya usai kabur dari Alcatraz, John Anglin, Clarence Anglin, dan Frank Morris dinyatakan sebagai buron.

Pada 2013 muncul sebuah surat yang ditujukan untuk Kepolisian San Francisco. Penulisnya mengaku sebagai John Anglin.

"Nama saya John Anglin. Saya melarikan diri dari Alcatraz pada Juni 1962 bersama saudaraku Clarence dan Frank Morris," demikian kutipan surat tersebut.

"Ya, kami berhasil kabur pada malam itu, tapi nyaris gagal!"

John Anglin mengaku berusia 83 tahun saat menulis surat itu. Ia sakit kanker.

Sementara, kata dia, Clarence Anglin meninggal pada 2008 dan Morris tutup usia pada 2005.

Penulis surat tersebut mencoba membuat kesepakatan dengan aparat. "Jika Anda mengumumkan di televisi bahwa saya bakal dijanjikan untuk masuk penjara tidak lebih dari satu tahun dan mendapatkan perawatan medis, saya akan kembali menulis surat dan memberitahukan di mana saya berada," demikian dikutip dari BBC News.

US Marshals Service, yang bertanggung jawab atas kasus tersebut sejak 1978, menyerahkan surat itu ke laboratorium FBI untuk dilakukan analisis tulisan tangan secara forensik.

"Sampel tulisan tangan dari ketiga pelarian, John Anglin, Clarence Anglin dan Frank Morris, dibandingkan dengan surat anonim. Hasilnya dianggap 'tidak meyakinkan'," kata sebuah pernyataan dari US Marshals Service.

Terpisah, keponakan John dan Clarence Anglin, David Widner mengatakan kepada CBS bahwa neneknya menerima kiriman buket mawar selama beberapa tahun setelah pelarian itu. Ada tanda tangan John dan Clarence di kartu yang menyertainya.

3 dari 3 halaman

Alcatraz, Penjara Bereputasi Angker

Alcatraz pertama kali dieksplorasi oleh Juan Manuel de Ayala pada 1775, yang menyebutnya Isla de los Alcatraces (Pelicans) karena semua burung yang tinggal di sana. Fasilitas itu dijual pada tahun 1849 kepada pemerintah AS.

Mercusuar pertama di California berada di Alcatraz. Pernah menjadi benteng saat Perang Saudara AS dan kemudian jadi penjara militer pada tahun 1907.

Sel-sel di sana dihuni para napi kelas kakap semisal Al Capone -- sebelum akhirnya ditutup untuk selamanya pada 21 Maret 1963 oleh Jaksa Agung AS Robert F Kennedy.

Berakhirnya penggunaan penjara itu tak lantas mengakhiri perebutan Alcatraz. Pada Maret 1964, sekelompok Sioux -- suku asli Amerika -- mengklaim bahwa pulau itu milik mereka atas dasar perjanjian berusia 100 tahun.

Klaim mereka diabaikan sampai November 1969, ketika 89 penduduk asli Amerika yang mewakili American Indian Movement (AIM) menduduki Alcatraz. Mereka tinggal di sana sampai tahun 1971 sampai akhirnya dipaksa keluar oleh otoritas federal.

Berdasarkan pengakuan para wisatawan, reputasi angker Alcatraz ternyata tak lekang oleh waktu, meski tak ada lagi kerangkeng yang digunakan untuk mengurung orang di sana.

Seorang wisatawan, Sheila Sillery-Walsh yakin, ia telah mengabadikan sosok hantu. Ia menjumpai sosok kabur mirip seorang perempuan menatap dari balik jendela di foto yang ia ambil.

Perempuan Inggris itu mengaku sudah mendapat firasat aneh saat memasuki bangunan yang dulu digunakan sebagai hotel prodeo tersebut.

"Saat tur dengan panduan audio, aku beberapa kali berhenti dan iseng mengambil sejumlah foto jendela kunjungan kosong dengan iPhone-ku," kata Sheila, seperti di kutip dari Herald Sun.

Jendela yang ia bidik sebelumnya digunakan saat keluarga atau kerabat mengunjungi para tahanan. Di mana mereka masih bisa bertatap muka, namun tanpa kontak fisik

"Saat melihat hasil jepretan di ponselku, aku melihat sosok perempuan gelap dalam gambar. Aku menatap jendela lagi, tak ada siapapun di sana."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini