Sukses

Abaikan Trump Soal Perang Yaman, DPR AS Setop Bantuan untuk Saudi

DPR AS telah sepakat untuk menghentikan bantuan AS kepada Saudi di Perang Yaman.

Liputan6.com, Washington DC - House of Representatives Amerika Serikat (DPR AS) yang didominasi fraksi Demokrat, sepakat untuk menghentikan dukungan Amerika terhadap koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman. Keputusan itu diambil setelah melalui pemungutan suara pada Rabu 13 Februari 2019 waktu setempat.

Hal itu merupakan bagian dari upaya Kongres AS untuk memperkeras kebijakan Trump terhadap Arab Saudi, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Kamis (14/2/2019).

Sayangnya, keputusan yang didukung oleh 248 suara melawan 177 itu, tidak cukup kuat jika harus mengalahkan hak veto yang dimiliki Donald Trump.

Fraksi Demokrat dan Republik mengajukan resolusi dua pekan lalu sebagai cara mengirim pesan kuat kepada Arab Saudi tentang bencana kemanusiaan di Yaman dan mengutuk pembunuhan wartawan Saudi, Jamal Khashoggi.

Pemerintahan Trump dan banyak anggota Republik di Kongres mengatakan keputusan itu tidak tepat, sebab Amerika hanya membantu pesawat pengisi bahan bakar di udara, sedangkan dukungan lain di Yaman tidak memberikan bantuan kepada pasukan.

Selain itu, dikatakan bahwa resolusi itu dapat merusak hubungan di kawasan Timur Tengah dan merugikan kemampuan Amerika mencegah penjalaran ekstremisme keras.

 

Simak pula video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Saudi Pernah Tolak Intervensi Senat AS

Pemerintah Arab Saudi pernah menolak "campur tangan" resolusi Senat Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri dukungan militer terhadap perang yang dipimpin Negeri Petrodolar itu di Yaman, pada 16 Desember 2018 lalu.

Riyadh juga menolak desakan Washington untuk menahan Putra Mahkota Mohamed bin Salman, yang dituding bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

"Kerajaan mengutuk keputusan Senat AS yang didasarkan pada tuduhan tanpa bukti, kami menolak campur tangan terang-terangan dalam urusan internal," kata kementerian luar negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan resmi.

Meskipun sebagian besar berbentuk simbolis, suara Senat AS pada Desember lalu, menyampaikan peringatan baru kepada Donald Trump untuk meninjau ulang dukungannya terhadap Arab Saudi, terkait dengan keterlibatan negara Teluk itu pada konflik Yaman dan pembunuhan Jamal Khashoggi.

Khusus untuk konflik di Yaman, Senat AS menyerang hak prerogatif presiden untuk meluncurkan aksi militer. Sebanyak 49 anggota berhaluan Demokrat dan sekutunya memilih mendukung kritik terkait, bersama dengan tujuh anggota Republik, sementara tiga Republik lainnya dikabarkan abstain.

Senat juga menyetujui resolusi mengutuk pembunuhan Khashoggi dan menyebut Putra Mahkota Mohammed bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi, "bertanggung jawab" untuk itu.

Kementerian Arab Saudi memperingatkan bahwa pihak kerajaan tidak akan menoleransi "ketidakhormatan" kepada para penguasanya.

"Senat AS mengirim pesan yang salah kepada semua orang, bahwa rekomendasi tersebut bisa menimbulkan keretakan dalam hubungan kedua negara," kata kementerian itu.

Arab Saudi berharap bahwa keputusan Senat AS tidak memicu perdebatan politik domestik Negeri Paman Sam, sekaligus menghindari dampak negatif terkait hubungan strategis kedua negara.

Resolusi Senat AS mengakui hubungan dengan Arab Saudi "penting", tetapi meminta Riyadh untuk "memoderasi kebijakan luar negerinya yang semakin tidak menentu".

Resolusi tersebut tidak dapat diperdebatkan lebih jauh sebelum sidang pascalibur Natal pada Januari mendatang, dan menurut para pengamat, kemungkinan besar akan diveto oleh Donald Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.