Sukses

Usai Pasukan AS Mundur, Turki-Rusia Siap Menghabisi Teroris di Idlib

Pasca AS menarik mundur pasukannya dari Suriah beberapa waktu lalu, Turki semakin dekat dengan Rusia.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitra pasukan keamanannya, Recep Tayyip Erdogan yang tak lain adalah Presiden Turki, menyatakan siap melawan teroris di Provinsi Idlib-Suriah.

Erdogan menemui Putin di Moskow pada Kamis 24 Januari 2019 bersama dengan beberapa anggota kabinet Turki. Dua pemimpin tersebut bertemu untuk membahas situasi di Suriah mengingat konflik delapan tahun hampir berakhir.

Sebelum kedatangan Erdogan di Moskow, Kementerian Luar Negeri Rusia telah terlebih dahulu menyatakan situasi terkini di wilayah Idlib.

Menurut institusi tersebut, meskipun Turki-Rusia telah mencoba membuat zona de-eskalasi, namun kondisi dengan cepat memburuk dan hampir berada di bawah kendali penuh Hay'et Tahrir al-Sham (HTS). Demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (24/1/2019).

HTS adalah kelompok pemberontak yang disebut-sebut berafiliasi dengan jaringan teroris Al-Qaeda.

"Sayangnya di sana (Idlib) terdapat banyak masalah dan kami melihantnya," ujar Putin yang tengah bersama dengan Erdogan dalam sebuah jumpa pers pasca-pertemuan di Moskow.

Saksikan video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Antara Turki, Rusia, dan Iran

Pada September tahun lalu, Turki berjanji akan melucuti senjata dan menyingkirkan pejuang HTS di Idlib ketika kesepakatan ditandatangani antara Turki dan Rusia.

Kesepakatan yang dimaksud berhasil mencegah serangan pemerintah Suriah yang didukung Rusia di Idlib, yang merupakan rumah bagi hampir tiga juta orang.

Putin juga mengatakan bahwa ia telah sepakat menjadi tuan rumah pertemuan antara Rusia, Turki, dan Iran, yang akan membahas situasi di Suriah.

Putin menambahkan bahwa Komite Konstitusi Suriah sangatlah penting dan oleh karenanya dialog harus dimulai di antara semua pihak, mengingat komite serupa yang didukung PBB akan sangat sulit terbentuk.

Turki sendiri berusaha membangun zona aman dengan radius 30 kilometer sepanjang perbatasan Suriah untuk menampung milisi Kurdi sekutu AS yang dianggapnya sebagai kelompok 'teroris'.

Meskipun demikian, belum terdapat kesepakatan yang jelas di antara kedua negara terkait masalah pembangunan zona aman yang disebut Turki dan situasi di Idlib.

"Ya, kami akan membantu Turki untuk memastikan keamanan mereka, tetapi cara Rusia yang lebih disukai adalah dengan membuat Damaskus dan Kurdi berbicara," pungkasnya.

Di sisi lain Erdogan mengatakan bahwa sangat penting untuk memastikan bahwa penarikan AS dari Suriah tidak memberikan ruang bagi kelompok teroris untuk berkeliaran dengan bebas.

Erdogan menambahkan bahwa Turki dan Rusia akan melanjutkan usaha memerangi organisasi 'teroris' di Provinsi Idlib.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.