Sukses

Kapal Selam Miliarder Elon Musk Siap Evakuasi Korban Terjebak di Gua Thailand

Kapal selam buatan miliarder pemilik SpaceX, Elon Musk, sudah meluncur ke lokasi penyelamatan di gua terlarang Chiang Rai, Thailand.

Liputan6.com, Bangkok - Kapal selam ukuran anak-anak rancangan miliarder Elon Musk tiba di Thailand, Senin, 9 Juli 2018 malam waktu setempat. Benda tersebut langsung dikirim ke gua Tham Luang di Chiang Rai, sebelah utara Thailand, untuk membantu operasi penyelamatan sekelompok remaja laki-laki yang terperangkap di dalamnya.

Musk membagikan kabar tersebut melalui akun Twitter pribadinya.

"Tim kami baru kembali dari Cave 3. Kapal selam mini siap beraksi jika diperlukan. Benda itu terbuat dari bagian roket & dinamakan Wild Boar, seperti tim sepak bola remaja tersebut. Aku menempatkannya di sini, mungkin berguna di masa depan. Thailand sangat indah." tulis @elonmusk pada pukul 05.05, 10 Juli 2018.

 

Di Instagram, Elon Musk juga mengunggah sebuah video yang menunjukkan kondisi gua tersebut. Terlihat air menggenang setinggi dada orang dewasa. Rekaman tersebut juga menampakkan ia, timnya, dan tim penyelamat Thailand berjalan menyusuri lorong gua.

 

Just got back from Cave 3

A post shared by Elon Musk (@elonmusk) on

Cave Three berjarak sekitar 2 km dari pintu masuk utama gua terlarang itu. Tempat ini menjadi titik kumpul tim penyelamat Thailand. Sementara itu, para korban yang menanti evakuasi berada sekitar 2 km lebih dalam, pada titik yang sangat sulit untuk diakses.

Meski demikian, sejauh ini belum ada petunjuk mengenai penggunaan kapal selam Elon Musk tersebut oleh tim SAR Thailand.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Uji Coba Kapal Selam

Dua belas remaja dan seorang pelatihnya ditemukan dalam kondisi hidup di sebuah liang batu, yang berjarak sekitar 4 kilometer dari mulut sebuah gua di Chiang Rai, Thailand.

Mereka sudah ada di sana sejak 23 Juni 2018. Kondisi gua masih kering saat mereka melakukan penjelajahan. Namun, tiba-tiba lorong berstalaktit itu penuh air setelah banjir bandang yang datang tiba-tiba.

Sementara itu, tim penyelamat berlomba dengan waktu. Hujan lebat diprediksi akan turun pada Minggu, 8 Juli 2018. Liang tempat mereka berada berpotensi terendam air. Belum lagi risiko munculnya sinkhole atau lubang runtuhan.

Alternatif untuk mengevakuasi para korban dengan penyelaman sempat tercetus. Namun, tak semua anak yang berusia 11-16 tahun bisa berenang, apalagi menyelam. Kematian seorang anggota tim penyelamat membuktikan bahwa gagasan itu berisiko besar. 

Saman Gunan, nama korban tewas, adalah seorang penyelam terlatih sekaligus mantan anggota Angkatan Laut Thailand.

Musibah di Thailand tersebut menarik perhatian warga dunia. Para relawan dan penyelam internasional berdatangan ke lokasi kejadian untuk menawarkan bantuan. Elon Musk, miliarder sekaligus pemilik perusahaan Tesla dan SpaceX, juga mengirimkan sejumlah insinyur ke lokasi kejadian.

"Sejumlah umpan balik didapat dari beberapa ahli gua di Thailand," kata dia di dalam akun Twitternya, @elonmusk.

Ia mengusulkan pembuatan sejenis kapsul (pod) yang layak dicoba untuk mengevakuasi para korban. "Juga membangun sebuah tabung tiup dengan segel (airlock)," tambah Musk. "Kurang bisa bekerja secara efektif, menimbang kontur (gua) yang rumit. Namun, akan luar biasa jika bisa dilakukan."

Perusahaan milik Musk, Boring Co--yang piawai membangun terowongan untuk sistem transportasi dan punya radar penembus tanah yang canggih--dikerahkan ke Thailand.

"(Saya) akan melakukan yang terbaik untuk membantu tim," kata dia. "Tim akan menggali lebih dalam dan akan membantu dengan kemampuan terbaiknya."

James Yenbamroong, dari perusahaan kedirgantaraan Thailand, juga bergabung dalam misi penyelamatan.

"Tim SpaceX menghubungi kami hari ini, meminta kami menghubungkan ke pemerintah Thailand," kata dia.

Tim Thailand memberikan masukan pada tim Space X. Misalnya, informasi bahwa lorong gua yang tersempit berukuran 70 sentimeter, panjangnya sekitar 5 kilometer. "Untuk pengeboran vertikal, sekitar setengah mil ke bawah, sulit dilakukan," tambah Yenbamroong.

Mendapat informasi tersebut, Musk memiliki ide. "Mungkin pantas dicoba: masukkan tabung nilon berdiameter 1 meter (atau set tabung yang lebih pendek untuk bagian yang paling sulit) melalui jaringan gua, yang dikembangkan mirip pelampung (bouncy castle)," kata dia.

Namun, harus dipikirkan bagaimana cara memasukkan suplai oksigen ke dalamnya, juga daya tahan lapisannya terhadap stalaktit yang tajam dan punya fleksibilitas di lokasi yang aneh, seperti lubang yang menyempit hingga diameter 70 cm.

Belakangan dilaporkan, level oksigen di dalam gua menurun, dari 21 persen menjadi 15 persen. Tim penyelamat harus terus mengirimkan tabung oksigen, selain makanan, obat, selimut, dan perlengkapan lain. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.