Sukses

AS Minta Jerman Hentikan Kerja Sama Bisnis dengan Iran

Duta Besar Amerika Serikat, Richard Grenell, mengimbau pelaku ekonomi dan bisnis Jerman untuk menghentikan relasi dengan Iran.

Liputan6.com, Berlin - Duta Besar Amerika Serikat, Richard Grenell, mengimbau pelaku ekonomi dan bisnis Jerman untuk menghentikan relasi dengan Iran.

Imbauan itu disampaikan Grenell usai menyerahkan credential letter kepada Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, Selasa 8 Mei 2018.

"Seperti yang disampaikan Donald Trump, sanksi-sanksi AS akan menarget sektor-sektor ekonomi Iran yang kritis. Perusahaan-perusahaan Jerman yang berbisnis di Iran harus menghentikan operasi segera," kata Grenell dalam cuitan Twitter, seperti dikutip dari VOA Indonesia (9/5/2018).

Tweet itu muncul pasca keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik AS keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Dengan begitu, AS bisa kembali menerapkan sanksi terhadap Negeri Persia.

Jerman adalah salah satu negara penandatangan Kesepakatan Nuklir Iran, bersama P5 Dewan Keamanan PBB (AS, Rusia, China, Prancis, Inggris) dan Uni Eropa.

Kendati demikian, Kanselir Jerman Angela Merkel yakin AS harus tetap berada dalam perjanjian itu.

Sementara itu, dalam sebuah rilis resmi yang diperoleh dari Kedutaan Inggris di Jakarta, Prancis, Jerman, dan Britania sepakat untuk tetap berkomitmen pada Kesepakatan Nuklir Iran.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sah, Amerika Serikat Keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran

Pada Selasa, 8 Mei 2018, Donald Trump menandatangani memorandum presiden yang menarik Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran atau yang dikenali pula dengan sebutan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Tidak hanya itu, Donald Trump juga akan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.

Presiden ke-45 Amerika Serikat tersebut mengklaim bahwa kesepatan nuklir Iran yang dianggapnya "cacat", tidak menghentikan Teheran mengembangkan bom nuklir.

Iran dituding gagal berlaku jujur tentang ambisi nuklirnya, mendukung kelompok teroris, dan bertindak dengan cara yang semakin bermusuhan di Timur Tengah.

"Jelas bagi saya bahwa kita tidak bisa mencegah bom nuklir Iran di bawah struktur perjanjian saat ini yang rusak dan membusuk," ujar Donald Trump seperti dikutip dari Telegraph, Rabu 9 April 2018.

"Pada intinya, kesepakatan Iran cacat. Jika kita tidak melakukan apa-apa, kita tahu pasti apa yang akan terjadi. Hanya dalam waktu singkat, negara pemimpin sponsor teror dunia akan berada di titik puncak untuk memperoleh senjata paling berbahaya di muka bumi."

"Oleh karena itu, saya umumkan hari ini bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran."

Donald Trump menambahkan, "Setiap negara yang membantu Iran dalam mewujudkan senjata nuklir dapat dikenakan sanksi keras oleh Amerika Serikat".

Inggris, Prancis, dan Jerman mengutuk kebijakan Donald Trump. Ketiganya pun berjanji akan tetap bertahan dengan kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada tahun 2015, saat pemerintahan Barack Obama.

Dalam pernyataan bersamanya, Inggris, Prancis, dan Jerman menegaskan bahwa kesepakatan nuklir Iran merupakan satu-satunya cara untuk mencegah perlombaan nuklir di Timur Tengah.

Di lain sisi, kebijakan Donald Trump untuk hengkang dari pakta nuklir Iran, didukung oleh Israel, yang beberapa waktu lalu merilis apa yang diklaimnya data intelijen menyangkut program nuklir Iran.

Sejumlah negara Arab, salah satunya Arab Saudi, juga menyambut baik keputusan Donald Trump.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.