Sukses

Kesepian Jadi Ancaman untuk Generasi Muda Amerika Serikat

Ancaman laten terkait isu kesehatan publik masyarakat Amerika Serikat adalah kesepian, yang justru diderita generasi muda.

Liputan6.com, Washington DC - Muncul opini bahwa ancaman terbesar yang laten terkait isu kesehatan publik masyarakat Amerika Serikat (AS) adalah kesepian, yang menurut sebuah studi ilmiah terbaru, rentan terjadi pada generasi muda.

Penelitian, yang dilakukan oleh firma asuransi kesehatan Cigna dan firma riset pasar Ipsos, menemukan bahwa orang muda berusia 18 hingga 22 tahun adalah yang paling mungkin merasa kesepian.

Dikutip dari Time.com pada Rabu (2/5/2018), kesepian adalah ancaman besar terhadap mental, fisik, dan emosional orang Amerika, di mana memiliki konsekuensi besar bagi kesehatan masyarakat secara umum.

Pendapat ini berasal dari hubungan yang diteliti dengan saksama antara kesepian dan masalah kesehatan, mulai dari penyalahgunaan obat-obatan hingga risiko penyakit jantung.

"Fakta terbesar yang kami dapat adalah kebanyakan generasi muda Amerika cenderung kesepian. Ini adalah statistik yang mengkhawatirkan," kata Dr. Doug Nemecek dari Cigna.

"Tetapi yang lebih penting, semua orang yang melakukan kontak dengan data ini dapat bertanya pada diri sendiri, apa yang dapat mereka lakukan di komunitas mereka demi perubahan ke arah yang lebih baik, itu akan menjadi langkah pertama yang benar-benar bermakna," lanjutnya.

Dalam penelitian ini, sekitar 20.100 orang dewasa AS berpartisipasi dalam kuis Skala Kesepian, yang dirilis oleh tim kesehatan masyarakat dari UCLA.

Survei tersebut berisi 20 pertanyaan tentang seberapa sering mereka setuju dengan sejumlah kategori seperti, "Tidak ada orang yang dapat saya tuju," dan "Saya merasa menjadi bagian dari kelompok pertemanan".

"Skor kesepian dihitung berdasarkan tanggapan tersebut. Penulis penelitian mengklasifikasikan apa pun di atas skor 43 sebagai tanda kesepian. Adapun skor rata-rata yang didapat adalah 44, menunjukkan bahwa kesepian mencapai tingkat epidemi di AS," tulis hasil studi tersebut dalam sebuah rilis resmi.  

Beberapa tanda kesepian hadir di seluruh kelompok studi. Hampir setengah dari responden mengatakan bahwa mereka kadang-kadang atau selalu merasa sendiri atau ditinggalkan.

Sebanyak 43 persen mengatakan bahwa mereka kadang-kadang, atau selalu, merasa bahwa hubungan mereka tidak bermakna. Di sisi lain, sebanyak 53 persen mengatakan bahwa mereka memiliki interaksi pribadi yang berarti setiap hari.

Namun, demografi tertentu lebih buruk daripada yang lain. Generasi Z  (kelompok dewasa usia 18-22 tahun) adalah generasi paling kesepian, dengan skor kesepian rata-rata 48,3.

Lebih dari separuh responden dari generasi ini mengidentifikasi dengan 10 dari 11 permintaan survei terkait dengan kesepian.

Sementara itu, mudah menyalahkan penggunaan media sosial yang merajalela terkait efek buruk ini, di mana ditemukan skor kesepian responden yang paling aktif secara digital, tidak jauh berbeda dari rekan-rekan mereka.

Namun, penelitian itu tidak melihat pada apa yang menyebabkan orang merasa kesepian.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tingkat Kesepian Generasi Tua Lebih Rendah

Sementara itu, kelompok pensiunan dan generasi yang lebih tua (72 tahun ke atas), justru memiliki skor kesepian yang lebih rendah dari generasi Z, yakni rata-rata 38,6.

"Tampaknya kelompok ini telah menemukan komunitas orang-orang yang dapat mereka andalkan untuk dukungan mental, dan emosional ketika mereka membutuhkannya," kata Nemecek.

Adapun kemungkinan kesepian yang berisiko pada masalah kesehatan, bisa terjadi secara timbal balik (vice-versa), yakni kondisi seseorang bisa memicu perasaan hampa dan tidak bergairah.

"Ketika seseorang memiliki penyakit kronis, atau dalam kesehatan yang buruk, maka dapat membatasi kemampuan mereka untuk keluar dan berinteraksi dengan orang lain," ujar Nemecek.

"Tetapi, ketika seseorang kesepian, hal itu dapat berdampak pada bagaimana mereka merawat diri sendiri, bagaimana mereka makan, mengelola obat-obatan mereka untuk tetap aktif, yang semuanya dapat mengarah pada hasil kesehatan yang lebih buruk," lanjutnya menjelaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.