Sukses

Rasa Sakit di Bagian Tubuh Tertentu Ungkap Masalah Emosional Anda, di Mana Saja?

Leher kaku atau punggung pegal? Itu berarti lebih dari yang Anda pikirkan, karena bisa jadi Anda memiliki stres atau masalah emosional.

Liputan6.com, Jakarta - Anda sering merasakan nyeri di bagian tubuh tertentu? Selain disebabkan oleh masalah kesehatan, ternyata rasa nyeri yang dirasakan di area tubuh tertentu bisa juga diakibatkan oleh pikiran atau beban emosional.

Sebab, seringkali Anda akan berusaha untuk menghilangkan perasaan yang tidak dinginkan, seperti rasa jengkel, takut, sedih, dan marah akibat terlalu bergantung pada orang lain atau masalah-masalah lainnya. 

Selain itu, pastinya Anda suka mengasosiasikan perasaan seperti itu dengan keputusasaan atau ketidakberdayaan. Jadi, untuk menghapuskan hal tersebut, terpaksa dilakukan dengan cara penyangkalan. Alih-alih mengakui, memproses, dan melepaskan perasaan yang tidak diinginkan ini, kita malah memendamnya.

Dilansir dari Psychologytoday, Senin (20/11/2023), pendiri The Psychology of Self-Esteem, Nathaniel Branden, menegaskan bahwa kita harus menerima semua perasaan kita tanpa terkecuali. Di mana kita tidak boleh menyangkal, atau menekan bagian mana pun dari pengalaman kita.

Dia menunjukkan bahwa menyangkal perasaan kita berarti terus-menerus berada dalam konflik internal. Semakin Anda menjauhkan diri dari perasaan Anda, semakin Anda tidak berdaya dan kehilangan kontak dengan diri Anda yang sebenarnya.

Tapi kemana perginya perasaan yang tidak diinginkan ini? Rupanya, rasa sakit atau nyeri misterius yang Anda rasakan bisa jadi buntut dari menyimpan emosi yang tidak diinginkan. Memang tidak semua nyeri atau penyakit pada tubuh bersifat psikosomatis. Namun, pola yang berulang muncul saat dia mengamati reaksi tubuh seseorang terhadap stres.

Nah, kira-kira bagian tubuh mana saja yang paling sering Anda rasakan sakit atau nyeri berlebihan? Yuk, cek selengkapnya. Daftar di bawah ini paling baik digunakan sebagai pengenalan umum tentang gejala psikosomatis, titik awal untuk eksplorasi pribadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Punggung Bawah: Kemarahan

Pernahkah Anda merasakan ketika duduk dalam keadaan frustasi dan tidak stabil, punggung bawah terasa begitu sakit? Jika iya, hal ini dikarenakan punggung bagian bawah adalah tempat umum untuk menyimpan amarah yang tertahan.

Untuk meredakannya, belajarlah untuk mengartikulasikan rasa frustrasi secara konstruktif dan mengatasi konflik dengan orang lain. Belajar memanfaatkan kekuatan amarah dan mengubahnya menjadi kekuatan kreatif sangat penting untuk menjalani kehidupan yang aktif dan bermanfaat.

2. Perut dan Usus: Ketakutan

Saat Anda takut, perut dan usus Anda cenderung tegang. Ucapan seperti, “Perutku sakit,” biasanya merupakan respons tubuh terhadap konflik.

Semakin Anda menyangkal atau menekan rasa takut, semakin banyak reaksi fisik yang akan muncul. Mulailah dengan mengakui rasa takut Anda dan membicarakannya dengan seseorang yang Anda percayai.

Pertimbangkan semua pilihan dan hasil Anda. Semakin Anda bisa mengungkapkan rasa takut dengan kata-kata, semakin sedikit pengaruhnya terhadap tubuh Anda.

3 dari 6 halaman

3. Jantung dan Dada: Rasa Sakit Hati

Sempat ada sebuah cerita tentang seorang wanita yang mengeluh nyeri pada dadanya. Serangkaian pemeriksaan medis tidak menemukan penyebab psikis dari gejalanya.

Apakah dia seharusnya hidup dengan ketidaknyamanan kronis? Dengan enggan, dia beralih ke terapi.

Ketika ahli bertanya apakah seseorang yang dia cintai telah menyakitinya, dia tertawa terbahak-bahak dan menganggap pertanyaan tersebut sebagai omong kosong belaka. Setelah beberapa sesi kemudian, ketika dia berbicara tentang berakhirnya hubungan terakhirnya, dia mulai menangis tidak terkendali. Ternyata, sudah terlalu lama dia mengabaikan patah hatinya.

Dia perlu meratapi hubungan itu dan menghormati kesedihannya. Setelah pelepasan ini, ketegangan di dadanya akhirnya hilang. Ternyata, rasa sakit karena putus cinta tidak boleh disepelekan, ya.

4 dari 6 halaman

4. Sakit kepala: Kehilangan Kendali

Jika Anda termasuk orang yang suka mengontrol, baik besar maupun kecil, Anda berada dalam tantangan nyata. Tidak peduli seberapa kuat keinginan Anda, penekanan pada kendali pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan – dan sakit kepala yang hebat.

Tidak semua kesulitan dalam hidup dapat diselesaikan dengan akal atau berusaha mengendalikan segalanya. Kecenderungan mengendalikan memperburuk banyak masalah.

Melepaskan, menerima apa yang bisa dan tidak bisa Anda kendalikan, dan mengembangkan latihan mindfulness adalah langkah-langkah yang perlu Anda ambil untuk menyembuhkan rasa sakit kepala Anda.

5. Ketegangan Leher/Bahu: Beban dan Tanggung Jawab

Memikul terlalu banyak tanggung jawab adalah hal yang menyusahkan. Anda mungkin merasa terlalu terbebani jika mengalami ketegangan pada leher dan bahu.

Daripada meminta bantuan orang lain, Anda mungkin akan melakukan semuanya sendiri. Hal ini paling sering menyebabkan leher dan bahu terasa sesak.

Belajar mendelegasikan, meminta dukungan, memutuskan apa yang layak dilakukan, dan demi kebaikan, berbagi tanggung jawab dengan orang lain.

5 dari 6 halaman

6. Rasa kelelahan: Kebencian

Kebencian membebani seluruh tubuh Anda dan menyebabkan lebih banyak kerusakan pada Anda daripada orang yang Anda benci. Seperti misalnya menyalahkan orang lain, mempermainkan korban, serta menghidupkan kembali peristiwa yang terjadi.

Kebencian menghalangi Anda untuk hidup pada saat ini dan merasakan manfaat dari kehadiran Anda saat ini. Ketika Anda berfokus pada orang yang berbuat salah kepada Anda, Anda seperti selalu memikirkan orang tersebut di kepala.

Sebaliknya, cobalah untuk fokus pada pengampunan atau, paling tidak, move on. Upayakan hubungan yang lebih memuaskan, tambahkan self care yang sehat, dan Anda akan merasa jauh lebih muda. 

7. Mati rasa: Trauma

Saat dibebani oleh suatu peristiwa, kita cenderung mematikan perasaan. Ini adalah cara jiwa kita untuk melepaskan diri dari rasa sakit atau bahaya yang luar biasa.

Peristiwa traumatis tidak selalu mengancam nyawa—peristiwa traumatis dapat diakibatkan oleh ancaman nyata atau khayalan, atau riwayat kekerasan atau penelantaran pada masa kanak-kanak. Seiring waktu, jika Anda tidak memproses trauma tersebut, ingatannya akan tersimpan di tubuh Anda.

Akibatnya, Anda mematikan perasaan Anda saat rentan; mempercayai orang lain adalah hal yang mustahil, dan keintiman sejati akan hilang. Situasi apa pun yang membuat Anda merasa tidak aman menyebabkan kebingungan besar.

Anda akan mengalami rasa 'membeku; atau menjadi kosong. Langkah pertama untuk membebaskan diri dari trauma adalah mengenali kekuatannya atas diri Anda dan meminta bantuan.

6 dari 6 halaman

8. Kesulitan Bernapas: Kecemasan

Kesulitan bernapas, serangan panik yang membuat Anda terengah-engah, dan perasaan tercekik saat cemas. Ini adalah gejala-gejala yang saya perhatikan pada orang-orang yang menekan kesedihan yang mendalam.

Mereka tidak ingin menangis dan menghindari peristiwa duka yang tragis. Sebaliknya, mereka menyembunyikan kesedihan, move on dan fokus pada hal lain.

Namun membatasi air mata sama seperti menahan napas. Ketika Anda akhirnya menangis, air mata itu keluar, dan rasa sakit dan kelegaan akan datang. Melepaskan kesedihan yang terpendam ibarat menyedot oksigen segar. 

9. Masalah Suara dan Tenggorokan: Penindasan

Orang yang tertindas tidak diperbolehkan bersuara. Jika Anda tumbuh dalam suasana yang menindas, mengutarakan pikiran atau mengungkapkan kebutuhan Anda adalah hal yang berbahaya.

Anda juga membawa kritik batin yang keras. Akibatnya, ketika sudah dewasa, Anda cenderung menahan perasaan. Ketika Anda memiliki dorongan untuk berbicara, Anda menggunakan kecenderungan masa kecil Anda untuk membungkam dan menekan suara Anda.

Bentrokan antara keinginan untuk berbicara dan menahan diri menyebabkan ketegangan dan seringkali bermanifestasi dalam masalah tenggorokan dan suara. Dalam terapi, ahli menemukan bahwa menulis jurnal adalah cara yang bagus untuk mengungkap kritik batin Anda dan mulai membalasnya.

10. Insomnia: Kehilangan Diri Sendiri

Orang cenderung kurang tidur saat terjadi peristiwa yang mengubah hidup – baik atau buruk. Anda mengalami kecemasan ketika keadaan hidup Anda berubah-ubah.

Hal ini dapat terjadi pada saat stres atau pada saat pertumbuhan pribadi yang signifikan. Silakan tuliskan kekhawatiran Anda atau, lebih baik lagi, bicarakan dengan teman dekat.

Belajarlah untuk menghadapi perubahan daripada menekan rasa takut Anda terhadap perubahan. Bekerja dengannya, Anda bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah.​

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.