Sukses

Strategi Marketing Bisnis Online 'Fake Buyer' sedang Ramai Diperbincangkan, Apa Itu?

Fake buyer bertugas menciptakan kesan bahwa ada banyak pembeli yang puas dengan produk atau layanan suatu perusahaan, padahal sebenarnya ulasan dan testimoni yang diberikan adalah palsu atau dibuat oleh akun palsu.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini istilah fake buyer sedang menjadi pembicaran hangat di media sosial. Tidak sedikit content creator TikTok yang membahas perihal fake buyer. Fenomena ini mulai mencuat setelah TikTok Shop resmi ditutup pada tanggal 4 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB lalu.

Ditambah dengan postingan para owner produk yang membagikan pengalaman mereka mendapat penghasilan milayaran rupiah hanya dalam sekali live. Selain itu, jangka waktu live yang tergolong singkat, tetapi berhasil mendapat penghasilan fantastis membuat pertanyaan bagi segelintir warganet. Hal ini karena dianggap tidak wajar dan aneh dengan adanya batasan tertentu.

Pada era digital yang semakin berkembang ini, bisnis online shop tampaknya sudah menjadi tren yang mendominasi pasar e-commerce. Meskipun banyak online shop yang jujur dan berkualitas, tetapi ada beberapa yang memanfaatkan strategi marketing licik, salah satunya adalah fake buyer. Pelaku fake buyer ini memberikan penawaran tunai pada produk yang mereka tahu tidak dapat dibeli dan kemudian menghilang tanpa jejak dalam banyak kasus. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Itu Fake Buyer?

Fake buyer merupakan istilah dari bahasa gaul yang merujuk kepada praktik palsu di dunia online shop. Bila dikaji secara bahasa, fake buyer berasal dari dua kata, yaitu fake yang berarti 'palsu' dan buyer yang bermakna 'pembeli'. Jadi, secara bahasa istilah fake buyer bermakna pembeli palsu.

Fake buyer bertugas menciptakan kesan bahwa ada banyak pembeli yang puas dengan produk atau layanan suatu perusahaan, padahal sebenarnya ulasan dan testimoni yang diberikan adalah palsu atau dibuat oleh akun palsu. Tentunya, tujuan dari adanya fake buyer ini untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan suatu perusahaan. 

3 dari 4 halaman

Mengapa Pelaku Usaha Menggunakan Fake Buyer?

Melihat sisi gelap online shop, salah satu warganet membahas perihal fake buyer di akun twitternya, yaitu @ardianpancaa. Menurutnya, busuknya jualan di toko daring itu terjadi karena algoritma dari e-commerce memang hanya berkutik pada barang-barang laku untuk tampilan depan atau halaman utama. 

"Banyak banget online shop yang gagal sampe barangnya numpuk enggak jelas. Jangan dikira online shop itu laku terus, banyak perihnya. Omset milyaran atau ratusan juta itu ngeluarin duitnya gila-gilaan. Kenapa bikin fake order? Karna emang dipaksa begitu sama algoritmanya," dikutip dari akun twitter @ardianpancaa.

Pelaku usaha atau seller yang menggunakan iklan dan mengabiskan sepuluh juta rupiah pun bila barangnya tidak laku, iklan itu akan tetap turun dan akan kalah dengan yang menggunakan iklan sehari satu juta rupiah atau tidak iklan sama sekali.

Bagaimana Fake Buyer Bekerja?

Seorang content creator TikTok membagikan cerita perihal fake buyer melalui video pada akunnya yang bernama @andreayudias. Dalam videonya, ia menceritakan tentang penghasilan fantasis yang bisa diperoleh oleh para seller dalam waktu yang singkat hanya melalui live di e-commerce tertentu.

Pada videonya tersebut, ia juga menceritakan pengalaman temannya sebagai fake buyer yang berhasil mendapatkan sekitar satu setengah juta rupiah dalam satu bulan. Berikut rangkuman cara kerja fake buyer dalam dunia bisnis online.

Pertama, fake buyer akan bergabung dalam sebuah grup freelance yang fokus pada aplikasi obrolan. Dalam grup tersebut, setiap fake buyer harus beraksi ketika live di e-commerce tertentu.

Kedua, fake buyer harus melakukan check out pada sepuluh akun berbeda dalam satu hari. Kemudian, mereka akan dibayar dengan jumlah yang lumayan kecil, yaitu sekitar lima ribu rupiah untuk setiap transaksi check out.

Ketiga, barang yang di check out oleh fake buyer tetap dikirim sebagai barang utuh, bukan sampah seperti dugaan terhadap yang sedang viral saat ini. Kemudian, fake buyer wajib memberikan rating dan testimoni yang baik untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen.

Keempat, pembayaran untuk para fake buyer ini dilakukan dengan sistem COD (Cash on Delivery). Seller dan ekspedisi akan berkolaborasi untuk mengirimkan produk kepada fake buyer.

 

 

4 dari 4 halaman

Bagaimana Mengidentifikasi Fake Buyer?

  • Pembeli hanya melakukan kontak melalui pos-el atau pesan teks
  • Pembeli bersedia mempercayai agen yang mereka temukan di internet tanpa harus berbicara atau bertemu langsung.
  • Pembeli berada di luar negeri atau berada jauh dari daerah untuk jangka waktu tertentu. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan merujuk seller untuk berbicara dengan pihak ketiga atas nama mereka.
  • Pembeli ingin membeli properti yang tidak terlihat, terkadang di komunitas yang tidak mereka ketahui sama sekali.

Penting untuk memahami bahwa integritas dan transparansi dalam bisnis online merupakan hal penting untuk membangun hubungan yang kuat dengan calon customer.

Praktik fake buyer, meskipun mungkin menguntungkan sejenak, dapat merusak reputasi jangka panjang dan kepercayaan customer. Oleh karena itu, penting bagi para pelaku bisnis online untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan fake buyer.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.