Sukses

Covid-19 Diklaim Jadi Penyebab Menurunnya Angka Pernikahan dan Kelahiran di China

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan COVID-19 telah berkontribusi pada penurunan angka pernikahan dan kelahiran di negara itu.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan COVID-19 telah berkontribusi pada penurunan angka pernikahan dan kelahiran di negara itu yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena tingginya biaya pendidikan dan pengasuhan anak.

Banyak wanita terus menunda rencana mereka untuk menikah atau memiliki anak, kata komisi itu kepada kantor berita Reuters pada Senin (22/8/2022), menambahkan bahwa perkembangan ekonomi dan sosial yang cepat telah menyebabkan "perubahan besar."

Orang-orang muda yang pindah ke daerah perkotaan, lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk pendidikan, dan lingkungan kerja yang bertekanan tinggi juga memainkan peran mereka, katanya.

Para ahli demografi juga mengatakan bahwa kebijakan "nol-COVID" China yang segera membasmi wabah apa pun dengan kontrol ketat pada kehidupan orang-orang mungkin telah menyebabkan kerusakan mendalam dan langgeng pada keinginan mereka untuk memiliki anak.

“Virus corona juga memiliki dampak yang jelas pada pengaturan pernikahan dan kelahiran beberapa orang,” kata komisi itu. Komentar itu dikirim ke Reuters melalui fax pada Senin malam sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang topik tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Angka Kelahiran Menurun

Kelahiran baru di China akan turun ke rekor terendah tahun ini, kata ahli demografi, dengan perkiraan menyerukan penurunan di bawah 10 juta dibandingkan dengan 10,6 juta bayi tahun lalu - tingkat 11,5 persen lebih rendah dari pada tahun 2020.

China memiliki tingkat kesuburan 1,16 pada tahun 2021, salah satu tingkat terendah di dunia dan di bawah tingkat 2,1 yang menurut OECD diperlukan untuk populasi yang stabil.

Setelah memberlakukan kebijakan satu anak dari tahun 1980 hingga 2015, China telah mengakui bahwa populasinya berada di ambang penyusutan potensi krisis yang akan menguji kemampuannya untuk membayar dan merawat orang tua.

Untuk mengatasi masalah ini, otoritas nasional dan provinsi selama setahun terakhir telah memperkenalkan langkah-langkah seperti keringanan pajak, cuti hamil yang lebih lama, asuransi kesehatan yang ditingkatkan, subsidi perumahan, dan uang tambahan untuk anak ketiga. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Universitas di China Tunda Semester Baru Akibat COVID-19

Institusi pendidikan tinggi China memilih waspada ancaman COVID-19. Ada lebih dari 20 universitas yang akhirnya memilih menunda semester baru. Lokasi universitas itu termasuk di ibu kota Beijing hingga di Pulau Hainan. 

Dilaporkan Global Times, Senin (22/8/2022), penundaan semester itu diumumkan setelah Kementerian Pendidikan mengajak universitas di seantero negeri untuk melaksanakan pencegahan epidemi secara ilmiah dan tepat. Kementerian juga meminta agar proses kembalinya murid diatur dengan hati-hati.

Ada empat universitas di Provinsi Shaanxi yang memilih menunda pendaftaran bagi mahasiswa baru. Provinsi tersebut memang sedang melawan varian Omicron BA.2.76 dan BA.5.13 yang belakangan ini melonjak.

Pada Sabtu lalu, ada 156 kasus lokal dan penyebar (silent carriers) yang diidentifikasi oleh otoritas kesehatan provinsi.

Pakar menilai travel musim panas dan tahun ajaran baru memberikan risiko lebih besar bagi pihak provinsi untuk mencegah epidemi.

Provinsi Hainan juga sedang mengalami lonjakan kasus, bahkan dibayangi isu lockdown. Hainan Normal University, Hainan University, Hainan Medical University, dan Hainan Vocational University of Science and Technology memutuskan agar menunda registrasi atau tanggal datangnya para murid.

Tak hanya kampus, destinasi turis populer seperti Sanya dan Haikou juga sedang menjalani "manajemen statis" karena ada penularan di Sanya dan menyebar di kota-kota lain di provinsi.

Di ibu kota China, Peking University akan menyambut para mahasiswa pada 28 dan 29 Agustus. Tsinghua University telah menyambut 3.700 mahasiswa baru pada 17 Agustus lalu. Beijing Institute of Technology, Beijing Normal University, dan Central Academy of Fine Arts memilih registrasi online atau menunda semester baru hingga September.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.