Sukses

Matahari Jadi Bahan Hoaks, dari Penampakan Gerhana sampai Terbit dari Barat

Berikut kumupulan hoaks seputar matahari.

Liputan6.com, Jakarta- Matahari merupakan salah satu benda langit yang memberikan pengaruh besar pada kehidupan manusia. Informasi seputar sumber cahaya tersebut pun bererdar di tengah masyarakat.

Kabar seputar matahari sebaiknya tidak langsung dipercaya sebelum memastikan kebenarannya, sebab kerap dijadikan bahan hoaks yang dapat menyesatkan bahkan merugikan jika dipercaya.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah membuktikan sejumlah informasi seputar matahari, hasilnya sebagian terbukti hoaks.

Berikut kumupulan hoaks seputar matahari.

 

Foto Penampakan Gerhana Matahari di Manokwari Papua Barat

 

<p>Gambar Tangkapan Layar Foto yang Diklaim Penampakan Gerhana Matahari di Manokwari, Papua Barat (sumber: Facebook).</p>

Sebuah foto yang diklaim penampakan gerhana matahari di Manokwari, Papua Barat beredar di media sosial. Foto tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 20 April 2023.

Foto tersebut memperlihatkan cahaya yang bersinar dari sebuah benda di langit. Bahkan, cahaya itu tampak menembus awan. Foto tersebut kemudian kaitkan dengan kabar bahwa penampakan Gerhana Matahari di Manokwari, Papua Barat.

"Gerhana Matahari dari Manokwari Papua Barat," tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 346 kali dibagikan dan mendapat 71 komentar dari warganet.

Benarkah foto tersebut merupakan penampakan gerhana matahari di Manokwari, Papua Barat? Simak hasil penelusurannya di sini...

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Video China Luncurkan Matahari Buatan

 

 Sebuah video yang diklaim China berhasil meluncurkan matahari buatan beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 9 Januari 2022.

Dalam video berdurasi 29 detik itu, memperlihatkan sebuah benda dengan cahaya yang terang terbang dari daratan. Sejumlah warga pun merekam peristiwa tersebut. Video itu kemudian dikaitkan dengan peluncurkan matahari buatan yang dibuat oleh China.

"Negara Tiongkok pun Sudah meluncurkan matahari buatan.

Sedang di negri ini, Matahari malah banyak yg di tutup akibat dampak pandemi covid... jadi lebih maju mana, coba.? 🤔

*Blass ga nyambung 😀," tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 11 kali ditonton dan mendapat 8 komentar warganet.

Benarkah dalam video tersebut China berhasil meluncurkan matahari buatan? Simak hasil penelusurannya di sini.

 

 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Rotasi Bumi Berbalik, Matahari Diprediksi Bakal Terbit dari Barat

Pada Minggu 4 Februari 2018, situs news.rakyatku.com mengunggah artikel berjudul Rotasi Bumi Berbalik, Matahari Diprediksi Bakal Terbit dari Barat.

Berikut isi artikel tersebut:

RAKYATKU.COM - Sejumlah ahli memprediksi jika kutub Bumi tak lama lagi akan berbalik arah. Hal ini diramalkan akan membuat rotasi Bumi ikut berbalik yang membuat Matahari tidak akan terbit dari timur, melainkan barat.

Dikutip dari Dailymail, Sabtu (3/2/2018), Direktur Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado, Amerika Serikat, Daniel Baker, mengaku bahwa tanda-tanda pembalikan magnet Bumi mulai nampak.

"Andaikata pembalikan terjadi, kemungkinan akan membuat beberapa area di Bumi punya label 'tidak dapat dihuni.' Pembalikan ini juga mematikan jaringan listrik dan mengubah suhu Bumi," kata Baker dalam laporannya.

Laporan dari satelit milik Badan Antariksa Eropa, Swarm Trio yang memantau medan magnet bumi menunjukkan adanya kemungkinan kemiringan dari inti Bumi, tempat di mana medan magnet dihasilkan.

Penyebab jaringan listrik mati akibat badai Matahari yang parah. Seiring medan magnet Bumi yang terus melemah, ia menyoroti pentingnya sistem energi off-grid, yakni sistem pembangkit listrik yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama untuk melindungi Bumi.

"Badai ini menciptakan radiasi sangat tinggi dapat berefek buruk bagi satelit dan para astronaut yang bertugas di luar angkasa," kata Ilmuwan Magnetosfer NASA, Mona Kessel.

Henrik Svensmark, seorang ilmuwan cuaca dari Danish National Space Centre, percaya kalau Bumi mengalami periode alami dari awan rendah karena sinar kosmik yang masuk ke atmosfer lebih sedikit.

Alhasil, menurut dia, dampaknya bisa menghancurkan kehidupan umat manusia, karena mengubah iklim Bumi secara radikal dan menaikkan status penyakit berat seperti kanker.

Bumi memiliki inti cair yang sangat panas, dan menghasilkan medan magnet yang mampu melindungi bumi dari radiasi matahari.

Pelindung ini sifatnya tak kasat mata, dan memiliki meluas ribuan kilometer ke luar angkasa. Daya tariknya mempengaruhi segalanya hal, mulai dari komunikasi global hingga jaringan listrik.

Medan magnet ini begitu penting bagi kehidupan di Bumi. Namun kini mulai melemah hingga 15 persen selama 200 tahun terakhir.

Alanna Mitchell, dalam buku terbitan terbarunya yang berjudul 'The Spinning Magnet: The Electromagnetic Force that Created the Modern World and Could Destroy It,' menyebut, secara historis, kutub magnet Bumi Utara dan Selatan telah membalik setiap 200 ribu atau 300 ribu tahun.

Namun, pembalikan saat ini terlambat, karena yang terakhir sekitar 780 ribu tahun yang lalu. Jika medan magnet terus menurun, Bumi bisa berakhir seperti Planet Mars.

"Dunia yang dulunya subur, berubah menjadi planet kering yang tandus sehingga tidak mampu lagi mendukung kehidupan," tutur Mitchell.

Kendati demkikian, masih belum bisa dipastikan waktu Bumi akan berbalik arah rotasi. Para ilmuwan bahkan mengaku heran mengapa hal ini terjadi, dan fenomena ini digambarkan sebagai 'aktivitas gelisah.'

Meski artikel lama, unggahan tersebut kembali viral di Facebook. Sejak kali pertama diunggah, artikel itu telah dibagikan sebanyak 10.500 kali.

Benarkah pembalikan kutub Bumi bisa membuat Matahari terbit dari barat? Simak hasil penelusurannya di sini...

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.