Sukses

Pemerintah Bikin Ulah, Bank Sentral Benah-benah

Para bankir di bank-bank sentral Asia saat ini dituntut untuk menyulap keadaan ekonomi yang buruk karena ulah pemerintah.

Para bankir di bank-bank sentral Asia saat ini dituntut untuk menyulap keadaan ekonomi yang buruk karena ulah pemerintah, agar menjadi lebih baik. Pemerintah di negara-negara Asia gagal untuk menguatkan landasan perekonomian dan terjerumus ke masa-masa sulit.

Seperti dikutip dari CNBC, Rabu (5/2/2014). sejumlah kritik menudik pemerintah di negara-negara Asia tak banyak bertindak menghapuskan rintangan investasi bisnis asing dan domestik, memangkas aturan birokrasi dan meningkatkan infrastruktur. Padahal semua hal tersebut dapat berdampak positif pada pasar-pasar keuangan saat Asia masih diguyur dana stimulus dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).

Sekarang, saat The Fed memutuskan untuk menarik dana stimulusnya, bank-bank sentral yang justru harus bertindak mengendalikannya. Semua itu dapat terlihat dari berbagai kebijakan baru terkait stabilitas keuangan dan harga guna meningkatkan perekonomian yang mulai melemah di masing-masing negara Asia.

Tahun lalu, Indonesia dan India merupakan dua negara Asia pertama yang ditinggal kabur para investor saat The Fed mengumumkan rencananya untuk menarik dana stimulusnya sebesar US$ 85 miliar secara bertaham. Kedua negara tersebut langsung mengambil langkah-langkah darurat seperti menaikkan suku bunga acuan untuk menguatkan nilai tukar rupiah yang ambruk.

Bank Sentral Indonesia (BI) dan India mulai meningkatkan pertahanan guna menghindari lebih banyak dana asing yang keluar. Sayangnya, para ekonom menilai pemerintah di dua negara tersebut gagal mengatasi kekurangan pasokan yang menyebabkan inflasi bahan bakar.

Indonesia dan India sama-sama tengah menghadapi tahun politik yang dapat menunda kebijakan lebih lanjut serta dapat menyebabkan tindakan populis.

"Kebijakan pemerintah dan moneter seharusnya berjalan seimbang," ungkap pimpinan ekonom di Nomura, Rob Subbaraman.

Sebelumnya, BI telah melakukan serangkaian peningkatan suku bunga acuan tahun lalu. Pada Oktober 2013, pihaknya mengungkapkan pemerintah tidak menyelesaikan akar masalah pembengkakan selisih perdagangan dan transaksi berjalan dengan pengeluaran negara.

"Kami harus mencari tahu akar penyakitnya (ekonomi negara) saat kami sedang demam. Obatnya tentu bukan hanya Panadol yang cuma bisa meredakan demam," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo.

Bahkan di negara yang memiliki stabilitas kepemimpinan politik yang kuat seperti Jepang dan China, bank sentral tetap harus menanggung beban yang berat karena arah kebijakan yang ditentukan pemerintah masing-masing. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini