Sukses

Ekonomi Inggris Cuma Tumbuh 0,1 Persen di Kuartal I 2023, Inflasi Setinggi Langit

Produk domestik bruto (PDB) Inggris naik hanya 0,1 persen di kuartal pertama tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta Perekonomian Inggris dilanda perlambatan yang signifikan pada kuartal pertama 2023, karena konsumen melakukan lebih sedikit pengeluaran.

Melansir CNN Business, Senin (15/5/2023) produk domestik bruto (PDB) Inggris naik 0,1 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2023, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, menurut data dari Kantor Statistik Nasional (ONS).

Output juga turun 0,3 persen di bulan Maret, dibandingkan dengan bulan Februari, karena penurunan pada permintaan di seluruh sektor jasa, kata Darren Morgan, direktur statistik ekonomi di ONS.

Morgan menambahkan bahwa serangkaian pemogokan oleh pekerja sektor publik juga membebani aktivitas ekonomi negara itu.

"Sementara Inggris sejauh ini telah berhasil menghindari resesi teknis, yang didefinisikan sebagai pertumbuhan dua kuartal berturut-turut, angka bulan Maret menyoroti latar belakang pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus lamban," ungkap Victoria Scholar, kepala investasi di Interactive Investor.

"Inflasi setinggi langit, pertumbuhan upah riil yang negatif, dan tekanan biaya hidup secara umum membebani konsumen, dan pada gilirannya industri jasa yang biasanya merupakan mesin pertumbuhan utama bagi ekonomi Inggris," tambahnya dalam sebuah catatan.

Bank of England atau Bank Sental Inggris sejauh ini telag menaikkan suku bunga sebanyak 12 kali untuk meredam inflasi.

Bank sentral memperkirakan ekonomi Inggris hanya akan tumbuh 0,25 persen tahun ini dan 0,75 persen pada tahun 2024.

Namun, ini menandai prediksi yang jauh lebih positif daripada bulan Februari, ketika ekonomi negara itu diperkirakan akan kontraksi masing-masing sebesar 0,5 persen dan 0,25 persen.

"Inggris tetap menjadi satu-satunya negara G7 di mana ukuran triwulanan utama PDB belum pulih ke puncak sebelum Covid-19," kata Samuel Tombs, kepala ekonom Inggris di Pantheon Macroeconomics.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Inflasi yang Tinggi Masih Hantui Ekonomi Inggris

Inflasi harga konsumen di Inggris juga masih tinggi, bertahan di atas 10 persen pada kuartal pertama 2023.

ONS mengatakan bahwa harga yang tinggi telah membebani pengeluaran rumah tangga riil pada kuartal pertama, yang datar, dibandingkan dengan kenaikan 0,2 persen pada kuartal terakhir 2022.

"Dengan sisi jasa utama ekonomi terus melambat dalam menghadapi biaya pinjaman yang tinggi dan kenaikan harga, rasanya kita masih berjalan melalui treacle," kata Tom Stevenson, direktur investasi pribadi di Fidelity International.

"Dengan inflasi yang masih dalam dua digit, rasanya seperti mengulang kembali kondisi ekonomi di tahun 1970-an," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Ramalan OECD, Ekonomi Inggris Paling Terpuruk di Antara Negara G7 di 2023

Badan internasional Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memprediksi bahwa ekonomi Inggris akan mengalami pukulan terbesar dari krisis energi global daripada negara-negara maju lainnya. 

Dilansir dari BBC, Rabu (23/11/2022) OECD meramal ekonomi Inggris akan berkontraksi lebih besar daripada negara lain di kelompok G7 (AS, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang) pada tahun 2023 mendatang.

OECD memperkirakan ekonomi Inggris bakal menyusut 0,4 persen pada 2023 diikuti oleh pertumbuhan yang hanya di 0,2 persen pada 2024.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi di AS dan zona euro akan melemah, tetapi Jerman adalah satu-satunya negara ekonomi utama lainnya yang diperkirakan akan menyusut. 

Produk domestik bruto (PDB) Jerman diperkirakan akan menurun 0,3 persen

Sementara itu, laporan terbaru OECD memprediksi kekuatan negara-negara berkembang, ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 2,2 persen tahun depan.

 

4 dari 4 halaman

OECD : Dampak Perang Rusia-Ukraina Bakal Pengaruhi Ekonomi Global

Tetapi OECD memperingatkan, perang Rusia-Ukraina akan mempengaruhi ekonomi secara tidak merata, dengan negara-negara Eropa menanggung beban terberat dari dampak pada bisnis, perdagangan dan lonjakan harga energi.

Sebaliknya, Office for Budget Responsibility (OBR) pekan lalu memperkirakan ekonomi Inggris akan menyusut 1,4 persen tahun depan, meskipun juga memperkirakan pertumbuhan yang lebih kuat, sebesar 1,3 persen pada tahun 2024.

Produk domestik bruto (PDB) Jerman diperkirakan akan menurun 0,3 persen.

Dari kelompok negara-negara G20, Rusia, yang dikenai sanksi ekonomi oleh Barat, diprediksi bernasib lebih buruk daripada Inggris, sebut OECD.

"Penargetan yang lebih baik dari langkah-langkah untuk meredam dampak dari harga energi yang tinggi akan menurunkan biaya anggaran, mempertahankan insentif yang lebih baik untuk menghemat energi, dan mengurangi tekanan pada permintaan pada saat inflasi tinggi," kata badan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini