Sukses

Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 2 Persen karena Kekhawatiran Resesi Memudar

Harga minyak dunia Brent menyelesaikan minggu lalu dengan penurunan sekitar 5,3 persen. Sementara harga minyak mentah AS anjlok 7,1 persen, bahkan setelah rebound hari Jumat.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik lebih dari 2 persen pada perdagangan Senin karena kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat (AS) telah memudar. Harga minyak dunia juga naik karena pelaku pasar melihat penurunan yang telah terjadi selama tiga pekan ini merupakan kekhawatiran yang berlebihan.

Mengutip CNBC, Selasa (9/5/2023), harga minyak mentah Brent naik USD 1,65 atau 2,19 persen menjadi USD 76,95 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik USS 1,78 atau 2,5 persen menjadi USD 73,12 per barel.

Laporan pekerjaan AS untuk bulan April yang membaik membantu harga minyak mentah naik sekitar 4 persen pada hari Jumat, meskipun kekuatan pasar tenaga kerja dapat memaksa Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral AS untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.

Harga minyak dunia Brent menyelesaikan minggu lalu dengan penurunan sekitar 5,3 persen. Sementara harga minyak mentah AS anjlok 7,1 persen, bahkan setelah rebound hari Jumat. Kedua tolok ukur harga minyak dunia tersebut turun selama tiga minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak November.

"Rebound minyak (pada hari Senin) mengikuti kembalinya saham-saham energi di Wall Street Jumat lalu setelah AS melaporkan data pekerjaan yang kuat, yang meredakan kekhawatiran tentang resesi ekonomi yang akan segera terjadi," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Kekhawatiran perbankan telah melanda pasar keuangan dan komoditas baru-baru ini setelah runtuhnya tiga bank regional utama. Saham bank regional pada hari Senin, bagaimanapun, memperpanjang kenaikan dari rebound pada hari Jumat.

"Pasar saat ini tidak terlalu khawatir tentang krisis perbankan yang dapat menyebabkan resesi dan mengurangi permintaan," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aksi Jual yang Berlebih

Sedangkan Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, mengatakan penurunan minyak baru-baru ini terlihat berlebihan.

"Kondisi pasar oversold dikombinasikan dengan Brent yang berhasil menemukan support menjelang level terendah Maret memaksa short seller yang baru didirikan untuk mencari perlindungan, berpotensi menyoroti bahwa aksi jual baru-baru ini berlebihan," katanya.

Analis Goldman Sachs pada hari Sabtu juga mengatakan bahwa kekhawatiran atas permintaan jangka pendek dan peningkatan pasokan berlebihan.

Putaran pemotongan produksi sukarela oleh beberapa anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, dimulai bulan ini dan kelompok tersebut mengadakan pertemuan berikutnya pada 4 Juni.

Sebelum itu, angka inflasi harga konsumen AS untuk bulan April akan menjadi fokus pada hari Rabu, berpotensi memengaruhi sikap Fed terhadap keputusan suku bunga di masa depan.

Laporan pasar minyak bulanan terbaru OPEC akan dirilis pada hari Kamis, memberikan pembacaan terbaru tentang prospek permintaan dan penawaran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini