Sukses

Harga Minyak Mentah Anjlok Dampak Data Inflasi AS yang Mengecewakan

Duku bunga yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama akan membuat nilai tukar dolar AS lebih kuat dibandingkan mata uang lainnya sehingga akan memberikan tekanan pada harga minyak.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun di bawah USD 82 per barel pada perdagangan selasa. penurunan harga minyak mentah ini terjadi karena data inflasi dan ekonomi yang mengecewakan.

Analis senior Price Futures Group Phil Flynn menjelaskan, pelaku pasar mulai menghitung lagi beberapa pilihan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

Selain itu, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh penurunan kepercayaan konsumen pada April ke level terendah sejak Juli 2022.

Aktivitas manufaktur di wilayah Chicago mengalami kontraksi dengan indeks manajer pembelian berada di angka 37,9, yang merupakan level terendah sejak November 2022.

Biaya kompensasi bagi pekerja naik sebesar 1,2% pada kuartal awal, lebih cepat dari perkiraan 1%.

Rincian Harga Energi

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juni di harga USD 81,93 per barel, turun 70 sen, atau 0,85%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS telah naik lebih dari 14%.

Sedangkan untuk harga minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia untuk kontrak Juni dipatok USD 87,87 per barel, turun 53 sen, atau 0,6%. Sampai saat ini patokan harga minyak global ini naik 14%.

Untuk harga bensin RBOB kontrak Mei dipatok USD 2,71 per galon, turun 1,38%. Sampai saat ini, bensin naik sekitar 29%.

Gas alam kontrak Juni di harga USD 1,99 per seribu kaki kubik, turun 1,92%. Sampai saat ini, gas turun sekitar 21%.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Bunga Tinggi

Presiden Lipow Oil Associates Andy Lipow menjelaskan, suku bunga yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama akan membuat nilai tukar dolar AS lebih kuat dibandingkan mata uang lainnya sehingga akan memberikan tekanan pada harga minyak.

Harga minyak dunia bergerak positif di awal sesi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menepis harapan bahwa kesepakatan penyanderaan yang diusulkan akan mencegah serangan terhadap kota Rafah di Gaza selatan.

AS mendorong gencatan senjata untuk mencegah serangan Israel terhadap Rafah. Washington khawatir invasi ke kota tersebut akan secara dramatis meningkatkan krisis kemanusiaan dan ketegangan regional. Namun Netanyahu mengancam akan mengambil tindakan terhadap Rafah terlepas dari apakah kesepakatan penyanderaan tercapai.

“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya adalah mustahil,” kata Netanyahu pada Selasa di sebuah forum keluarga sandera.

“Kami akan memasuki Rafah dan melenyapkan batalion Hamas di sana – dengan atau tanpa kesepakatan, untuk mencapai kemenangan total.” tambah dia.

 

3 dari 3 halaman

Usulan Israel

Israel telah mengusulkan pembebasan 33 sandera yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas gencatan senjata dan pembebasan tahanan Palestina. Pejabat senior pemerintahan AS dan diplomat Arab mengatakan kepada NBC News bahwa Israel untuk pertama kalinya telah mengindikasikan bahwa mereka akan menerima gencatan senjata yang berlangsung lebih dari enam minggu.

“Jika hal itu terjadi, Anda melihat risiko geopolitik muncul dari pasar minyak karena kemungkinan gangguan pasokan dari Timur Tengah akan berkurang,” kata Lipow tentang potensi gencatan senjata.

Harga minyak turun lebih dari 1% pada hari Senin di tengah harapan bahwa kesepakatan akan meredakan ketegangan regional.

Delegasi Hamas membahas proposal tersebut dengan para pejabat Mesir di Kairo pada hari Senin. Israel sedang menunggu tanggapan Hamas sebelum mengirim perundingnya ke Mesir, kata seorang pejabat Israel kepada NBC News.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini