Sukses

Regal Springs dan FAO Bahas Transformasi Blue Food di Indonesia, Apa Itu?

Transformasi pangan biru dapat menciptakan solusi dalam pemenuhan pangan dunia melalui potensi sumber daya yang ada, salah satunya adalah budidaya perikanan yang berkelanjutan

Liputan6.com, Jakarta Regal Springs Indonesia (PT Aqua Farm Nusantara) menerima kunjungan dari Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) University ke wilayah operasional perusahaan yang meliputi pabrik pengolahan (processing plant), pembenihan (hatchery), pabrik pakan (feedmill) di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara hingga area pembudidayaan ikan tilapia (farming) di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada 7-8 Mei 2024.

Kunjungan ini menegaskan komitmen Regal Springs Indonesia dalam mengampanyekan operasional akuakultur budidaya ikan tilapia dengan cara yang baik dan bertanggungjawab serta berkelanjutan untuk menghasilkan sumber protein terbaik dan berkualitas.

President Director Regal Springs Indonesia, Rudolf Hoeffelman mengucapkan terima kasih atas kunjungan ini.

“Kami sangat optimistis terhadap masa depan dan transformasi pangan biru dapat menciptakan solusi dalam pemenuhan pangan dunia melalui potensi sumber daya yang ada, salah satunya adalah budidaya perikanan yang berkelanjutan,” kata dia dalam keterangannya, Sabtu (11/4/2024).

Selain itu, Hoeffelman menekankan harapannya kunjungan dan diskusi ini dapat menjadi salah satu awal yang baik untuk memulai kolaborasi strategis antara Regal Springs Indonesia, FAO dan IPB University.

Rajendra Aryal, perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste mengapresiasi atas upaya yang telah dijalankan oleh Regal Springs Indonesia.

“Konsep ekonomi biru (The blue economy) patut dipertimbangkan sebagai prioritas untuk mewujudukan ketahanan pangan. Pangan biru memiliki peran penting dalam mengurangi kelaparan & kekurangan gizi/malnutrisi, serta berkontribusi pada transformasi sistem pangan yang berkelanjutan di Indonesia,” jelasnya.

Dalam kunjungan tersebut, delegasi dari FAO dan IPB University turut melihat proses pembenihan ikan tilapia yang semua tahapnya dilakukan secara alami, mengunjungi fasilitas pabrik pengolahan ikan tilapia, laboratorium pemantauan kualitas air danau, hingga berkeliling area keramba tempat budidaya ikan tilapia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Adopsi Teknologi

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M. SC, menyoroti pentingnya adopsi teknologi terkini, peningkatan keterampilan sumber daya manusia, dan menjaga keselarasan dengan alam dalam mewujudkan budidaya perikanan yang terpadu.

“IPB akan berperan secara ilmiah, melalui program magang, penelitian bersama, serta publikasi,” ujar dia.

Regal Springs Group terus berkontribusi dalam Gerakan pangan biru (Blue Food Movement) melalui berbagai inisiatif, termasuk kolaborasi kemitraan dengan Blue Food Partnership, program-program CSR yang menekankan pentingnya protein seperti Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan), dan peningkatan inovasi budidaya ikan tilapia yang berkelanjutan dan terintegrasi.

 

3 dari 4 halaman

KKP Apresiasi Penerapan Prinsip Berkelanjutan Budidaya Tilapia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengapresiasi komitmen penerapan budidaya berkelanjutan dalam meningkatkan produksi ikan nila nasional oleh perusahaan Regal Springs Indonesia (RSI).

Dengan begitu, manfaat sebesar-besarnya dan berkesinambungan bagi ekonomi masyarakat benar-benar dapat dirasakan. KKP berharap komitmen tersebut juga dapat dilakukan oleh seluruh perusahaan swasta maupun masyarakat yang melakukan usaha budidaya ikan.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto, menyampaikan hal tersebut setelah mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, memberikan sambutan dalam peluncuran merek "Regal Spring Indonesia" dan Program "Kami Peduli" di Jakarta, Jumat, 14 Juni 2019.

Apresiasi tersebut merujuk kepada keberhasilan RSI yang menjadi produsen tilapia/nila terbesar di dunia dan mampu menerapkan secara penuh prinsip-prinsip cara budidaya ikan yang baik (CBIB).

Selain itu, pengolahan limbah dan peningkatan nilai tambah dalam budidaya nila dengan KJA di Danau Toba, Sumatera Utara dan daerah lainnya di Indonesia melalui anak usahanya PT Aquafarm Nusantara.

RSI pun berhasil mengantongi sertikasi Aquaculture Stewardship Council (ASC) dan Best Aquaculture Practice (BAP) sehingga produknya dapat di ekspor ke pasar internasional seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan Australia. Selain itu, secara ekonomi RSI telah berhasil menciptakan lapangan kerja di Indonesia. 

"Kami menyadari kualitas produk tilapia premium dengan sertifikasi dan standar internasional yang dihasilkan oleh PT Aquafarm dapat menjadi contoh yang baik untuk menjamin keberterimaan produk ikan Indonesia di pasar Internasional," ucap Slamet saat membacakan sambutan Menteri KP, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (15/6/2019).

RSI merupakan perusahaan asal Swiss yang bergerak dalam  bisnis budidaya ikan. Perusahaan ini dikenal karena mampu melibatkan orang-orang yang kurang beruntung di wilayah sekitar usahanya, sehingga memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk memiliki pendapatan dan mata pencaharian yang layak.

Hingga kini, RSI memberikan dampak penyediaan lapangan pekerjaan dengan menyerap lebih dari 4.000 orang tenaga kerja di seluruh Indonesia.

4 dari 4 halaman

Potensi Lahan Budaya Air Tawar Indonesia

Komitmen penerapan budidaya berkelanjutan dan keamanan produk hasil perikanan budidaya oleh pemerintah dan stakeholder seperti yang dilakukan RSI menurut Slamet berhasil mendapat apresiasi dunia internasional.

"Terkait dengan keamanan produk perikanan budidaya, dapat kami informasikan bahwa hasil audit DG Sante dari Uni Eropa tahun 2018 lalu menyimpulkan tak ada temuan mayor pada proses produksi perikanan budidaya, sehingga Tim auditor UE menyampaikan apresiasi terhadap upaya pemerintah Indonesia untuk bisa meyakinkan konsumen masyarakat Eropa," lanjut Slamet.

Untuk itu lanjut Slamet, pemerintah Indonesia terus mengembangkan sistem sertifikasi IndoGAP dan monitoring residu yang dapat menjamin mutu produk perikanan budidaya dan meningkatkan keberterimaan di pasar internasional.

Dalam kesempatan itu, Slamet juga menyampaikan kebijakan pemerintah dalam kerja sama penanaman modal asing yakni investor melakukan kemitraan dengan stakeholder Indonesia, tidak hanya berbasis corporate based, tapi ada pemberdayaan masyarakat, sehingga ada share ekonomi ke masyarakat sekitar yang akan menjamin keberlanjutan usaha perikanan budidaya dan tidak memicu kecemburuaan sosial.

"Seperti kesuksesan Regal Springs yang berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia, kami juga berharap agar Regal Springs dapat memberikan pembinaan ke kelompok pembudidaya mitra sehingga pembudidaya mampu memenuhi syarat sertifikasi internasional," harap Slamet.

"Sekali lagi kami mengundang pemerintah serta perusahaan Swiss untuk kerja sama yang lebih luas, tidak hanya dari segi investasi namun juga bisa dalam bentuk teknologi inovasi serta peningkatkan kapasitas teknis," ajaknya.

Menurut Slamet, potensi lahan budidaya air tawar Indonesia masih sangat besar dan belum termanfaatkan secara optimal. Ini bisa menjadi peluang usaha. Namun, harus dilakukan secara berkelanjutan, bertanggung jawab, dan tidak merusak lingkungan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.