Sukses

Pemerintah Kejar Target Kemiskinan Ekstrem Jadi 0 Persen di 2024

Selain kemiskinan, Presiden Joko Widodo meminta kepala daerah untuk menurunkan angka stunting menjadi hanya 3,8 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menargetkan angka kemiskinan ekstrem bisa turun menjadi 0 persen, sedangkan angka kemiskinan turun menjadi 6,5 persen. Hal tersebut diungkap oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai Rapat Terbatas, di Kantor Presiden, Senin (20/2/2023).

"Penurunan kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen akan diupayakan pada 2024," tutur Sri Mulyani.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akanmengerahkan anggaran pendanaan di 2023 dan 2024 secara maksimal. Selain itu, Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk penurunan stunting sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo.

Dalam arahannya, Presiden Joko Widodo meminta kepala daerah untuk menurunkan angka stunting menjadi hanya 3,8 persen.

"Ini akan menimbulkan implikasi dari anggaran yang harus disediakan pada tahun ini dan tahun depan," kata dia.

Untuk itu, dalam 2 tahun terakhir ini Pemerintah perlu meningkatkan kinerja demi mencapai tujuan tersebut. Mengingat masa jabatan Presiden Joko Widodo dan wakilnya Maruf Amin akan berakhir pada tahun depan.

 

"Ini berarti perlu upaya effort tambahan yang keras dan alokasi anggaran yang disediakan untuk tahun ini dan tahun depan," kata dia.

 

"Dalam jangka sangat pendek sesuai dengan arahan Bapak Presiden bahwa 2024 adalah tahun terakhir dari pemerintahan Jokowi dan Wapress Ma'aruf Amin. Oleh karena itu, berbagai program-program prioritas akan dilakukan fokus di dalam pelaksanaannya," sambungnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wapres Ma'ruf Amin: Kita Tetap Inginkan 2024 Kemiskinan Ekstrem Nol Persen

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan agar penggunaan anggaran program pengentasan kemiskinan jangan habis untuk studi banding maupun rapat.

"Imbauan Menteri PAN-RB (yang mengatakan) terlalu besar kepada anggaran yang sifatnya itu biaya perjalanan, biaya studi banding, sehingga menyedot (anggaran pengentasan kemiskinan) saya kira wajar dan kita memang itu jangan sampai itu terlalu ke sini (anggaran perjalanan dinas), tapi justru tepat sasaran," kata Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Sabtu 4 Februari 2023.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Abdullah Azwar Anas pada 27 Januari 2023 menyebut anggaran pengentasan kemiskinan yang mencapai Rp500 triliun banyak habis untuk rapat dan studi banding di hotel.

"Kan penanggulangan kemiskinan itu ada dua, yang satu perlindungan sosial supaya jangan sampai lebih turun lebih jauh, mereka bisa survive. Kedua adalah pemberdayaannya supaya mereka bisa tidak lagi miskin. Dua hal itu memang besar dan tersebar di dalam berbagai kementerian lembaga," ungkap Wapres.

Namun, anggaran pengentasan kemiskinan juga meliputi koordinasi program dan konvergensi anggaran.

"Anggaran ini kan jangan sampai masing-masing menjalankan sendiri-sendiri tapi ada konvergensi sehingga anggaran itu efektif," ujar Wapres.

Apalagi pemerintah memiliki target untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem pada 2024 hingga mencapai nol persen.

"Karena anggarannya sudah cukup besar maka kinerja yang (harus) lebih efektif, ini mungkin yang harus dibenahi," tambah Wapres.

 

3 dari 3 halaman

Langkah Efektif

Wapres selaku Ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengungkapkan pemerintah tetap berkeinginan dengan berbagai cara melakukan langkah-langkah efektif dan terobosan serta membuat sasaran prioritas dimana tingkat kemiskinan masih tinggi.

"Ini kan kita sudah ada 12 provinsi yang menjadi sasaran karena kita masih tetap inginkan supaya 2024 itu (kemiskinan ekstrem) nol persen. Artinya kita masih tetap berkeinginan. Bahwa ada pandemi itu memang terhambat, sehingga memang lebih berat tapi masih sisa waktu ini akan kita genjot terus," tegas Wapres.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 9,57 persen, meningkat 0,03 persen poin dibanding Maret 2022 dan menurun 0,14 persen poin dibanding September 2021.

Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang, meningkat 0,20 juta orang dibanding Maret 2022 dan menurun 0,14 juta orang dibanding September 2021.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.