Sukses

Harga Minyak Dunia Merosot Gara-gara Data ekonomi dan Keperkasaan Dolar AS

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia menetap lebih rendah karena pesanan pabrik industri di Amerika Serikat (AS) turun. Sementara dolar menguat, membuat harga minyak mentah lebih mahal untuk pembeli non-Amerika.

Melansir laman CNBC, Jumat (3/2/2023), harga minyak mentah berjangka Brent menetap di  posisi USD 81,98 per barel, turun 86 sen, atau 1,04 persen. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap di level USD 75,77 per barel, turun 64 sen, atau 0,84 persen.

Saat pesanan baru untuk barang manufaktur AS naik  pada bulan Desember, ternyata pesanan untuk peralatan industri dan mesin lainnya turun, menurut data Departemen Perdagangan terbaru.

“Hal itu menyoroti lebih banyak perlambatan ekonomi, terutama di sisi industri, yang berdampak negatif bagi minyak bumi,” kata John Kilduff, partner di Again Capital.

Menurut Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates rebound terjadi dalam indeks dolar, yang mencapai level terendah sembilan bulan di awal sesi karena taruhan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih lemah. Hal ini juga membebani harga minyak.

Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

The Fed menaikkan suku bunga sesuai targetnya sebesar seperempat persentase poin di awal minggu. Bahkan terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari perjuangannya melawan inflasi.

"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata Bank Sentral AS dalam sebuah pernyataan yang menandai pengakuan eksplisit atas kemajuan yang dibuat dalam menurunkan laju kenaikan harga dari level tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi

Sementara inflasi tampaknya telah melambat di negara-negara ekonomi utama, respons bank sentral dan kecepatan pembukaan kembali dari penguncian COVID-19 tidak pasti.

“Investor menjadi kurang percaya diri dengan kekuatan prospek; sesuatu yang dapat kita lihat berubah berulang kali pada kuartal pertama ini karena kurangnya visibilitas suku bunga dan transisi COVID China,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Adapun hal yang membantu menjaga minyak agar tidak bergerak lebih rendah adalah larangan Uni Eropa terhadap produk olahan Rusia yang akan mulai berlaku pada 5 Februari, berpotensi memberikan pukulan bagi pasokan global.

"Negara-negara UE akan mencari kesepakatan atas proposal Komisi Eropa untuk menetapkan batas harga produk minyak Rusia setelah menunda keputusan pada hari Rabu karena perpecahan di antara negara-negara anggota," kata para diplomat.

 

3 dari 3 halaman

Pembatasan Harga

Komisi Eropa pada minggu lalu mengusulkan bahwa mulai 5 Februari Uni Eropa menerapkan batas harga USD 100 per barel untuk produk minyak premium Rusia seperti solar dan batas USD 45 per barel untuk produk diskon seperti bahan bakar minyak.

Sementara itu, panel OPEC+ mendukung kebijakan produksi kelompok produsen saat ini pada pertemuan pada hari Rabu, membiarkan pengurangan produksi yang disepakati tahun lalu tidak berubah di tengah harapan permintaan China yang lebih tinggi dan prospek pasokan Rusia yang tidak pasti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.